Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Yuk Ngemil Turubuk

Makanan ini memiliki rasa yang gurih dan memiliki tekstur yang lembut

Penulis: Achmad Rafiq
Editor: Deodatus Pradipto
zoom-in Yuk Ngemil Turubuk
Tribunnews
Makanan khas Sukabumi ini merupakan bunga tebu dan menjadi salah satu makanan khas untuk menjamu wisatawan yang mengunjungi Buniayu. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mengunjungi objek wisata Buniayu Adventure & Training (BAT) di kawasan Sukabumi, Jawa Barat, jangan sampai  ketinggalan mencicipi makanan khas di daerah sana, yaitu turubuk.

Makanan khas Sukabumi ini merupakan bunga tebu dan menjadi salah satu makanan khas untuk menjamu wisatawan yang  tengah mengunjungi isi perut bumi di Buniayu. Makanan yang sejenis dengan tanaman asparagus ini memiliki rasa yang gurih dan memiliki tekstur makanan yang lembut ketika diolah  menjadi bahan makanan.

"Rasanya gurih dan ada sedikit rasa manis. Turubuk yang semakin muda, semakin manis," ujar seorang pemandu BAT, Qonita.

Qonita menambahkan, turubuk bisa disajikan berbagai macam cara seperti dibakar, direbus atau langsung dimakan untuk lalapan. Menurut Qonita, orang Sunda biasanya menggunakan turubuk sebagai lalapan. Selain itu turubuk biasa dimasak menggunakan santan.

"Daun mudanya juga bisa dimakan.  Rasanya agak asam," katanya.

Tim Tour de Java sempat mencicipi turubuk bakar yang telah disediakan BAT. Turubuk bakar tersebut disajikan dengan tambahan bumbu sambal kecap, membuat makanan tersebut memiliki rasa pedas dan manis.

Turubuk rupanya hanya bisa tumbuh di daerah bersuhu sejuk dan tidak cocok ditanam di kawasan Jakarta. Bagi warga Jakarta yang  ingin membawa pulang turubuk, bisa beli langsung di sana.

BERITA REKOMENDASI

"Kalau dijual ke Jakarta bisa satu ikat (ada lima) Rp 5.000, jadi tiap batang Rp 1000, tapi kalau beli langsung di sini harganya sekitar  Rp 400,-," kata Qonita.

Turumbuk biasanya dipanen setiap sebulan sekali. Ketika panen, tanaman  tersebut bisa menghasilan cabang baru."Satu pohon yang berbunga terus patah dan nanti tumbuh lagi. Dalam satu pohon nanti bisa bercabang lagi,"  tutur Qonita. (rfq)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas