Waspadai Kawasan Rawan Longsor usai Hujan Lebat
Gangguan tanah longsor mengancam pemudik saat melintasi pegunungan.
Editor: Mohamad Yoenus
TRIBUNNEWS.COM - ACEH - Gangguan tanah longsor mengancam pemudik saat melintasi pegunungan di wilayah Aceh.
Gunung Kulu, Paro dan Geurutee untuk wilayah pantai barat Aceh merupakan daerah rawan longsor.
Gangguan tanah longsor juga bakal muncul di jalur lintas tengah Aceh.
Longsor di kawasan Gunung Kulu, Lhoong, Aceh Besar, Selasa (22/5). (Serambi Indonesia/Budi Fatria)
Daerah rawan longsor untuk jalur lintas tengah ini berada di jalur Takengon Blangkejren, dengan panjang jalan mencapai 150 km.
Ada dua titik lokasi yang sering terjadi longsor, yaitu Km 20 30, dan Km 98 125, di lokasi Ise Ise dan Pantan Cuaca.
"Apalagi, kalau sudah dua bulan panas, tiba tiba datang hujan lebat dua hari dua malam, peluang untuk terjadi tanah longsor dan banjir bandang di setiap lintasan wilayah tangah, sangatlah besar," kata Kepala Dinas Bina Marga Aceh, Anwar Ishak kepada tim Tour de Sumatera.
Daerah lain yang rawan longsor berada di jalur Blangkejren Kutacane yang panjang jalannya 112 km.
Dua lokasi yang menjadi langgaran longsor adalah Km 10 40 dan 50 70.
Sedangkan pada Km 70 112 kondisi badan jalannya relatif aman dari ancaman tanah longsor, karena kawasan itu sudah berada di perkampungan penduduk yang tofografi tanahnya datar, tidak berbukit.
Sementara, lintasan Subulussalam Tapaktuan sudah relatif bagus, setelah di tebing jalan nasional di pinggiran Gunung Batu Itam Tapaktuan, sudah dibangun jalan beton kantilever sepanjang 3 km.
Kalaupun terjadi tanah longsor, membersihkannya lebih mudah.
Untuk ruas jalan Singkil Subulussalam, yang jarak tempuhnya sekitar 62 km, kondisi badan jalannya relatif baik meski berada di areal perbukitan kelapa sawit.
Kalaupun terjadi tanah longsor, karena jarak tempuhnya pendek dan medan jalannya tak begitu menantang, dinas teknis bisa secepatnya mengirim alat berat untuk membersihkan tumpukan tanah longsor yang menimbun badan jalan.
Berbeda dengan jalur lintas tengah Takengon Blangkejren dan Blangkjeren Kutacane.
Kalau terjadi bencana tanah longsor, untuk membersihkan tumpukan tanah yang menimpa badan jalan, butuh waktu cukup lama, karena medan jalannya, sangat curam.
"Maka diperlukan penyiapan alat berat bersama operator dan BBM yang cukup pada lintasan tersebut karena sering terjadi bercana tanah longsor.
Ini merupakan pelayanan pemerintah untuk membahagiakan masyarakatnya yang akan mudik ke kampung halamannya untuk berlebaran dan bersilaturahmi dengan saudara dan kerabat dekatnya," ujar Kepala Bappeda Aceh, Abubakar Karim MS.
Ia berharap, dinas teknis menyiapkan posko alat berat bersama operatornya di lintasan yang rawan longsor itu pada tujuh hari sebelum Lebaran dan tujuh hari setelah Lebaran Idul Fitri 1436 Hijriah.
Untuk menjaga agar jalur lalu lintas di wilayah tengah tidak terjadi kemacetan arus lalu lintas yang terlalu lama pada saat terjadi gangguan tanah longsor, pihak Dinas Bina Marga Aceh telah menyiapkan posko alat berat bersama operator serta BBM yang cukup.
Rencananya, posko alat berat bersama operatornya berada di masing masing wilayah.
Antara lain, untuk wilayah Bireuen Takengon, poskonya di Bireuen, untuk wilayah Takengon Blangkejeren, posko alat beratnya ada di Takengon dan Blangkejeren.
Begitu juga dengan rute Blangkejren Kutacane, poskonya berada di dua kabupaten tersebut.
Sedangkan untuk ancaman gangguan tanah longsor di wilayah Gunung Paro, Kulu, dan Geurutee, posko alat beratnya, ada di Aceh Besar dan Calang. (serambi indonesia/her)