Kisah Sedih Fifin Maidarina, Ketinggalan Pesawat, Kamera Kecemplung Air, Digoda Sopir Angkot
Traveling tak selalu menyenangkan. Ini kisah Fifin Maidarina, ketinggalan pesawat, kamera kecemplung laut dan digoda sopir angkot. Duh!
Editor: Agung Budi Santoso
Laporan Wartawan Surya, Wiwit Purwanto
TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Perjalanan traveling (jalan-jalan) tidak selalu sepenuhnya menyenangkan. Ada cerita menyebalkan, seperti dialami seorang backpacker bernama Fifin Maidarina, yang semoga bisa jadi pelajaran buat para packpacker lain. Bagaimana kisahnya?
SEDIH Ketinggalan Pesawat, Digoda Sopir Angkot dan Taraaa… Memory Card Ketinggalan!
Bagi Fifin Maidarina, seorang backpacker dari Surabaya yang juga staf sebuah perbankan, traveling merupakan hobi yang tak bisa dilewatkan.
Kala hari libur atau tanggal merah dan jika tidak ada keperluan yang sangat penting, sudah dipastikan ia akan pergi traveling.
Banyak pengalaman dan cerita suka duka yang didapat dari traveling.
Bukan dengan akomodasi yang sudah ‘cemepak’ atau siap dengan segala galanya, namun Fifin lebih suka dengan gaya backpacker.
Sebutan itu sebenarnya bukan mau keren-kerenan, tapi ala backpacker karena sebenarnya ngirit dan meminimalisir biaya trip.
Termasuk memangkas biaya tour guide dan cenderung blusukan sendiri.
Alhasil semakin banyak cerita dan kisah yang terjadi. Suka dan duka pastinya.
Banyak suka tentunya, tapi momen duka atau kejadian-kejadian unik yang terjadi, juga menarik untuk dikenang.
Cewek Panjat Gunung Sendirian
Sebagai cewek, Fifin pernah ke Gunung Welirang sendirian.
Naik bus dan angkot dari Surabaya, nenteng ransel sendiri dan kembali ke Surabaya
dengan cara yang sama.
Nah, bukan perjalanan naik gunungnya yang melelahkan, bukan juga takut ketemu setan waktu di hutan, tapi yang
ditakutkan adalah keisengan sopir angkot yang lebih sering menjadi momok.
“Sendirian neng? Mau dianter kemana neng? Ga mau istirahat dulu neng?” Wah, kalau sudah mulai seperti itu, pengen rasanya segera turun saja.
Seorang backpacker wanita sedang menikmati perjalanannya. (jetsettimes.com)
Cerita lainnya adalah ketinggalan pesawat. Kadang cerita itu sering terdengar dari teman, dan bersyukur karena setiap ada kemacetan di jalan, ia merasa beruntung tidak pernah ditinggal.
Tapi satu ketika, akhirnya ia mengalami juga ketinggalan pesawat.
Nah.. rencananya Fifin melakukan penerbangan Sabtu pagi dari Surabaya ke Balikpapan untuk menghadiri pernikahan teman di malam harinya.
Tetapi betapa kagetnya karena bangun kesiangan dan pesawat tidak sempat terkejar.
Alhasil terpaksa beli tiket baru untuk penerbangan berikutnya.
Kamera Rusak Kecemplung Air
Karena saya hobi jepret jepret dan dipotret, musibah pernah terjadi pada kameranya.
Duka mendalam tentunya bagi seorang backpacker, yang pertama, saat liburan di pulau Menjangan dan snorkeling bareng
teman-teman.
Karena penutup baterai kurang rapat, maka kamera waterproof pun bisa rusak pas nyemplung ke laut. Air lautnya masuk ke dalam kamera dan tidak tertolong.
Kecelakaan kedua terjadi saat menuju ke Pulau Sempu.
Untuk bisa masuk ke pulaunya, kapal harus bersandar di tepian rawa-rawa, bukan di pantai berpasir, sehingga tinggi air laut sekitar
selutut ketika kita berdiri.
Seorang teman mengalungkan kamera SLR milik Fifin di lehernya dan menuruni tangga kapal untuk turun ke laut.
Kejadian tak diharapkan, ia terpeleset, hingga kamera mandi air laut dan tidak terselamatkan.
Memang sayang dengan rupiah barangnya, tapi yang lebih menyedihkan, hari itu ia tidak bisa memotret apa-apa dan mood langsung jelek selama perjalanan memasuki pulau Sempu tersebut.
Soal kamera, ada lagi kejadian lucu. Ketika berempat siap blusukan ke Sukamade dan Alas Purwa. Sejak malam hari sudah berangkat menuju lokasi.
Pagi sempat sarapan di Jember dan belanja sayur mayur untuk bekal selama kemping di Sukamade.
Menjelang siang, kami makan siang dan membeli ikan segar dari nelayan untuk lauk nanti malam. Melihat pantai yang biru, tangan langsung gatal ingin motret. Ambil kamera di mobil dan jepret.
Taraaaaaa.....no memory card. Arcchhh... ketinggalan di laptop rumah sepertinya.
Sepanjang perjalanan banyak teman temannya mem-bully, “Banyak warung tuh, kita bisa berhenti, mungkin ada jual memory card”.