Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Goa Tewet di Pegunungan Marang, Kutai Timur, Jejak-jejak Tangan Misterius di Dindingnya

Goa Tewet di Pegunungan Marang, Kutai Timur, menyimpan banyak misteri. Banyak jejak tangan misterius di dindingnya. Dua hari menuju lokasi!

Editor: Agung Budi Santoso
zoom-in Goa Tewet di Pegunungan Marang, Kutai Timur,  Jejak-jejak Tangan Misterius di Dindingnya
Dokumentasi Suryawan
Jejak-jejak tangan misterius di Goa Tewet di Pegunungan Marang, Kutai Timur. (Suryawan) 

Laporan Wartawan Tribun Kaltim, Budhi Hartono

TRIBUNNEWS.COM, SAMARINDA  - Menelusuri hutan Borneo (Kalimantan), menjadi tantangan dan dibutuhkan keberanian.

Jejak di pedalaman hutan dengan dinding tebing tinggi, terdapat Goa Tewet.

Goa yang ditemukan sejak tahun 1965, menyimpan ratusan jejak telapak tangan misterius.

Goa Tewet, terletak di dalam hutan wilayah Kabupaten Kutai Timur, Provinsi Kalimantan Timur.

Tepatnya di gugusan gunung atau Goa Karst terdapat beberapa goa.

Di antaranya Goa Tewet yang belum sepenuhnya dieksplor oleh peneliti.

Berita Rekomendasi

Goa yang memiliki jejak telapak tangan, terletak di dalam kawasan pegunungan Marang, di Kecamatan Bengalon, Kabupaten Kutai Timur, Provinsi Kaltim.


Pemandu wisata bernama Pak Tewet sedang merokok di mulut Goa Tewet. Dialah yang menemukan goa tersebut pada tahun 1965.

Gunung Marang, masih menjadi bagian gugusan gunung tebing Karst di Kecamatan Sangkulirang.

Panjang gugusan Karst, sekitar 500 kilometer dari Kecamatan Bengalon, Kecamatan Sangkulirang hingga masuk wilayah Kabupaten Berau, Provinsi Kaltim.

Untuk bisa menuju Goa Tewet, dibutuhkan waktu sekitar dua hari.

Dari Ibukota Provinsi Kaltim, Kota Samarinda, menuju Kabupaten Kutai Timur ke Sangatta, harus ditempuh sekitar 6 jam perjalanan darat.

Perjalanan dilanjutkan ke Desa Sepaso, Kecamatan Bengalon.

Kendaraan yang digunakan hanya dengan ketinting (perahu yang menggunakan mesin dinamo mengandalkan bahan bakar minyak atau disebut motorist), untuk bisa tembus ke Goa Tewet.


Tebing menuju Goa Tewet, harus dilalui dengan memanjat menggunakan peralatan pendaki gunung (Suryawan)

Tanpa penutup ketingting, perahu yang memiliki panjang tiga meter, membelah Sungai Bengalon yang berwarna coklat dan berkelok kelok.

Di sepanjang Sungai Bengalon, terlihat buaya dengan ukuran sekitar 3-4 meter sedang berjemur diatas batu.

Ini membuat perasaan menjadi ciut, selama lima jam duduk bersila di atas ketingting.

Dua dari ketinting yang disewa, mengalami patah kemudi.

Suryawan dan ketiga temannya (Ebi, Rayani, Demi), serta dua pengemudi terpaksa menginap untuk memperbaiki batang kemudi.

Ini terjadi tiga tahun lalu (2012), saat ia menelusuri ekowisata di Kabupaten Kutai Timur, dipimpin Pak Tewet.

Kawasan Hutan Borneo, disebut rain forest atau hutan hujan.

Banyak Hewan Buas

Karakteristik hutan di Kaltim mirip atau memiliki kesamaan di Hutan Amazone.

Liar dan dihuni satwa buas yang langka. Sepanjang perjalanan, ia menjumpai kawanan hewan seperti monyet dan burung enggang khas Kaltim.

Pagi hari, lanjut menuju Goa Tewet. Dari Batu Ampur, perjalanan menempuh waktu 4 jam lamanya. Mendekati lokasi yang dituju. Rombongan berjalan menanjak keatas setinggi sekitar 150 meter.

Rombongan mengenakan tali clambing menuju muara Goa Tewet selama dua jam. Setelah dua jam, sampailah Gua Tewet.

Goa ini dinamakan Goa Tewet. Pasalnya, penemu goa bernama Tewet tahun 1965 silam.

Tewet warga asli Dayak Basap, saat itu masih berusia belasan. Ia tidak sengaja menemukan goa saat mencari sarang burung walet.


Binatang langka jenis monyet di hutan Borneo yang dapat ditemui dalam perjalanan menuju Goa Tewet di Pegunungan Marang, Kutai Timur (Suryawan)

Dua hari menempuh perjalanan, yang melelahkan, hilang seketika dengan rasa ketakjuban lukisan dinding yang terpampang dilangit-langit gua. Lukisan bergambar telapak tangan polos, bergaris bertitik dan berpola.

Adapun bentuk gambar berbentuk binatang, seperti rusa, kura-kura, dan tokek dengan warna merah coklat dan hitam.

"Jumlahnya sekitar ratusan, itu gambar-gambar telapak tangan. Mungkin ini bentuk komunikasi dari masyarakat masa lampau yang sederhana, tapi sulit untuk dipahami," kata Suryawan, mantan fotografer koresponden luar negeri yang kini tinggal di Samarinda, Minggu (24/5/2015).

Surya terkejut dan bertanya-tanya kepada Pak Tewet yang menemani rombongan saat berada dalam goa.

"Untuk apa telapak tangan di dinding? Bagaimana mereka membuat gambar. Karena tempat ini tinggi dan sulit dijangkau," tuturnya, menceritakan.

Kata dia, ketinggian Goa Tewet dari atas permukaan air sungai setinggi 147 meter.

Itu berdasarkan GPS (Global Positioning System). Goa tewet memang tidak terlalu besar. Luas ukurannya selebar lapangan bola voli.

Perlahan Matahari larut menenggelamkan bentuknya. Rombongan memutuskan untuk menginap di Goa Tewet.

Belum muncul sinar Matahari, kami dikejutkan dengan suara kepakan sayap Burung Rangkong.

Kepakan sayapnya, menyerupai suara baling-baling helikopter, yang sedang melintas di atas gua.

Di atas ketinggian Goa Tewet, kami menikmati pemandangan alam dari kejauhan.

Secara jelas, awan berkumpul berarakan dibawah muara Goa yang menyelimuti hutan belantara Borneo.

"Saya sempat foto awan yang menyelimuti hutan," ujarnya.

Misteri Goa Karst

Hingga kini, para ahli dan peneliti belum bisa memecahkan misteri gambar telapak tangan.

Bagaimana zaman dahulu bisa menggambar dan hidup di goa yang berada di tebing pengunungan?

Sudah berapa ribu tahun usia lukisan cadas di dinding Goa Tewet itu.

Kepala Dinas Pariwisata dan Olahraga Kabupaten Kutai Timur, Dwi Susilanto Gamawan membenarkan, Goa Tewet merupakan satu diantara goa-goa yang ada di kawasan pegunungan Karst.

Goa yang berada dikawasan itu, resmi menjadi ekowisata Kutim.


Suasana pagi hari (pukul 5.30 wita) sebelum terbit Matahari, terlihat pemandangan awan menyelimuti hutan Borneo. (Suryawan)

"Memang untuk menempuh, harus melewati jalur sungai. Termasuk Goa Karst. Goa Karst itu sudah didaftarkan ke Unesco sebagai salah satu warisan dunia. Cuma masih dalam proses," ungkap Dwi, Minggu (24/5/2015).

Untuk diketahui, Goa Karst yang sedang diperjuangkan sebagai warisan dunia, memiliki keunikan ekosistemnya, secara fisik, maupun dalam aspek keanekaragaman hayati.

Ciri goa-goa yang ada di kawasan pegunungan Karst, adanya sungai-sungai di bawah permukaan tanah, adanya endapan sedimen lempung berwama merah hasil dari pelapukan batu gamping dan permukaan yang terbuka nampak kasar.

Sumber: Tribun Kaltim
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas