Candi Tebing Bali yang Tersembunyi, Tempat Warga Bermeditasi
Letak Candi Tebing Tegallinggah yang berada di Desa Tegallinggah, Bedulu, Blahbatu, Gianyar, Bali, cukup tersembunyi.
Editor: Mohamad Yoenus
Laporan Wartawan Tribun Bali/Cisilia Agustina S
TRIBUNNEWS.COM, GIANYAR - Letak Candi Tebing Tegallinggah yang berada di Desa Tegallinggah, Bedulu, Blahbatu, Gianyar, Bali, cukup tersembunyi.
Tempat ini merupakan peninggalan sejarah, satu di antara benda cagar budaya Bali.
Untuk mencapai lokasi Candi Tebing ini, harus mengeluarkan sedikit keringat karena menuju area situs yang letaknya agak di bawah ini, harus melewati ratusan anak tangga.
Melewatinya pun harus berhati-hati karena cukup licin.
Kawasan Candi Tebing Tegallinggah di Desa Tegallinggah, Bedulu, Blahbatu, Gianyar, Bali. (Tribun Bali/Cisilia Agustina Siahaan)
"Ada 300 anak tangga dari atas tempat masuk sampai ke bawah sana, termasuk yang sudah rusak-rusak," ujar Suletra, petugas pemelihara Candi Tebing Tegallinggah.
Namun, keringat yang dikeluarkan tidak seberapa dibanding suasana segar dan tenang yang didapatkan selama perjalanan ke bawah.
Tampak seperti di tengah hutan, di sini pengunjung dapat menikmati suasana alam yang sulit diperoleh di perkotaan.
Candi Tebing Tegallinggah di Desa Tegallinggah, Bedulu, Blahbatu, Gianyar, Bali. (Tribun Bali/Cisilia Agustina Siahaan)
Selain kondisi jalan yang licin, ada juga beberapa anak tangga yang sudah rusak di sini.
Para pengunjung harus benar-benar memperhatikan setiap langkah kaki.
Menurut Suletra, rencananya akan ada perbaikan segera untuk akses ini agar tidak berbahaya bagi yang melewatinya.
Tempat ini diberi nama Candi Tebing karena situs dari abad ke-12 ini berada di Tebing Sungai Pakerisan dan merupakan situs purbakala di Gianyar, yang melalui sungai tersebut.
Suasananya asri dan masih sangat alami.
Terdengar suara-suara burung berkicau hingga suara aliran air sungai Pakerisan.
Lokasi Candi Tebing Tegallinggah ini dapat ditempuh sekitar satu jam dari Kota Denpasar.
Setelah melewati Tugu Patung Dewi Kadru mengambil arah lurus ke Jalan Wanayu, sekitar 1 km akan menemukan sebuah minimarket lokal, ambil jalan kecil ke kiri.
Sekitar 100 meter, ada pertigaan, ambil jalan ke kiri.
Dari sana sekitar 2 km dengan mengikuti jalan akan menemukan penanda situs satu ini.
Bertuliskan "Benda Cagar Budaya/Situs Candi Tebing Tegallinggah", dari penanda ini kemudian ke timur untuk menemukan candi yang letaknya agak di bawah ini.
Area depan Candi Tebing Tegallinggah di Desa Tegallinggah, Bedulu, Blahbatu, Gianyar, Bali. (Tribun Bali/Cisilia Agustina Siahaan)
Sebelum mencapai akses masuk berupa 300 anak tangga tersebut, pengunjung akan melewati area kolam dan tambak udang, yang terlihat anak-anak asik memancing.
Hingga saat ini, tidak ada pungutan biaya untuk masuk ke area situs Candi Tebing Tegalinggah ini.
Pas untuk Wisata Spiritual Meditasi
Keunikan lain situs ini adalah lokasinya yang terletak di antara dua area dinding tebing yang terpisahkan Sungai Pakerisan.
Ada sebuah jembatan tua yang menyambungkan kedua area ini.
Namun, sudah lumayan rapuh dan cukup berbahaya untuk dilewati.
“Rencananya akan diperbaiki untuk jembatan tersebut, agar bisa dilewati dengan aman oleh para pengunjung di sini,” ujar Suletra.
Menurut Suletra, total ada 18 cerukan pada masing-masing dua sisi dinding tersebut, yang biasanya area tersebut digunakan orang-orang yang datang untuk bermeditasi, untuk mendekatkan diri pada Sang Hyang Widhi (pertapaan).
“Banyak yang datang ke sini biasanya untuk bermeditasi. Selebihnya ada yang datang untuk melihat-lihat kawasan ini,” ujar Made, istri dari Suletra.
Selain candi dan cerukan, ada juga area Gapura yang menjadi bagian dari benda cagar budaya tersebut.
Gapura yang terletak di sebelah kanan ini memiliki bentuk yang lebih besar.
Tapi, sayangnya kini gapura tersebut hanya berupa reruntuhan saja.
Di belakang gapura ini pun terdapat dua candi kuno yang berukir.
Candi Tebing Tegallinggah di Desa Tegallinggah, Bedulu, Blahbatu, Gianyar, Bali. (Tribun Bali/Cisilia Agustina Siahaan)
Sedangkan gapura sebelah kiri memiliki bentuk seperti biara yang setengah jadi.
Menurutnya, karena terjadi bencana gempa bumi sehingga biara tersebut tidak sempat terselesaikan dan terpaksa dihentikan pengerjaannya.
Air Pancuran Bisa Langsung Diminum
Pancuran di Candi Tebing Tegallinggah di Desa Tegallinggah, Bedulu, Blahbatu, Gianyar, Bali. (Tribun Bali/Cisilia Agustina Siahaan)
Ada juga beberapa pancuran yang mengeluarkan air yang sangat jernih dan merupakan air suci.
Pancuran-pancuran ini terletak tepat pada area anak tangga terakhir akses ke candi.
Terdiri dari empat pancuran yang biasa digunakan untuk membersihkan diri.
Satu lagi yang letaknya agak di pojokan, merupakan pancuran air khusus dan biasanya digunakan untuk sembahyang ke Pura.
Banyak juga warga yang datang untuk sekadar mengambil air dari pancuran ini.
Menurut sepasang suami istri ini, air yang juga disakralkan tersebut merupakan air yang baik, bahkan bisa langsung untuk diminum.