Eksotisme Maya Bay Phuket di Thailand, Surga Kecil yang Diturunkan ke Bumi
Maya Bay yang berpasir putih-lembut, berair biru jernih, dan dikelilingi dinding (tebing) karst yang tinggi menjulang ini memang memanjakan mata.
Editor: Malvyandie Haryadi
TRIBUNNEWS.COM, PHUKET - Phuket merupakan bukti keseriusan Thailand menggarap sepenggal kekayaan alamnya.
Bertumpu pada Maya Bay, lokasi shooting The Beach yang dibintangi Leonardo DiCaprio, dan James Bond Island, tempat shooting James Bond tahun 1970-an, pariwisata Phuket mendulang sukses.
Tourism Authority of Thailand (TAT) mengundang sejumlah jurnalis dari Indonesia beberapa waktu lalu untuk melihat dua pantai andalan Phuket tersebut, termasuk beberapa pantai dan tempat wisata lain di Phuket, nama pulau yang juga nama provinsi tersebut.
Pagi itu, Ahmad Cheheng, pemandu wisata kami, sudah bersiap di lobi salah satu hotel di Patong, Phuket, tempat kami menginap.
Ahmad menyapa kami dengan bahasa Indonesia yang cukup lancar. ”Banyak turis Indonesia yang datang ke Phuket,” katanya ramah.
Beberapa tempat wisata yang masuk dalam agenda hari pertama ini adalah Karon Beach, Kata Beach, dan Karon View Point.
Kemudian berkeliling kota, termasuk turun sejenak menikmati Thalang Road, kawasan yang bangunan-bangunan tuanya berarsitektur Portugis-Tiongkok.
Pantai Karon yang berpasir putih dan berair biru langsung memberi gambaran bentuk pantai-pantai lain. Bersih.
Sembari tersenyum, Ahmad berujar, ”Cukup bersih, bukan? Coba lihat jalanan, nyaris tak ada sampah. Kami tak mau ada sampah di tempat wisata,” katanya.
Dengan mobil bertipe van yang interiornya bersih dan selalu tersedia botol kemasan air minum, Ahmad sepanjang hari mengantar wisatawan.
Dari Ahmad yang punya darah Melayu ini, kami tahu asal kata Phuketternyata dari kata bukit yang adalah bahasa Melayu.
”Dulu banyak orang Malaysia dan Sumatera (Indonesia) yang ke Phuket. Bukit adalah bahasa Melayu, bukan? Mungkin karena untuk memudahkan penyebutan, kata bukit itu lalu diucapkan phuket. Akhirnya, kata phuket inilah yang kemudian dipakai,” kata Ahmad.
Selain pantai, di Karon, lokasi favorit wisatawan adalah Karon View Point yang merupakan puncak bukit.
Pemandangan pantai juga dua teluk (Makham Bay dan Chalong Bay) menjadi sajian menarik di puncak bukit.
Seseorang menawarkan untuk berfoto bersama peliharaannya, yakni seekor elang, tetapi ada biayanya yang dibayar di muka.
Jalan raya penghubung tempat-tempat wisata di Karon mulus dan banyak papan petunjuk arah. Beberapa motor berseliweran yang sebagian disewa wisatawan.
”Tak perlu cemas soal keamanan. Coba parkir motor Anda dan ambil dua-tiga hari lagi. Aman,” katanya.
Keesokan harinya, agenda diisi nyaris seharian mengunjungi pantai.
Kesiapan negeri ini menyambut wisatawan langsung terlihat ketika semua wisatawan berkumpul di beberapa titik.
Kami diberi gelang berwarna untuk dikenakan di tangan sebagai penanda kelompok.
Coco Number One, begitu nama pemandu wisata kami, mengawali instruksi dengan banyolan ringan.
Semua informasi wisatawan tampaknya sudah di tangan. ”Anda yang vegetarian, saya jamin tidak akan kelaparan selama perjalanan,” ujar Coco yang agak ”gemulai” ini.
Wisatawan dikumpulkan di halaman kantor kecil yang ternyata biro wisata Phuket Royal Marina.
Saatnya meminjam perlengkapan standar snorkeling. ”Dan ini pil antimabuk. Jangan khawatir, pil ini gratis untuk Anda. Harap diminum sebelum mabuk,” kata Coco.
Satu kelompok wisatawan beranggotakan 20-30 orang.
Kami diarahkan menuju dermaga dan langsung terpesona oleh puluhan speedboat yang bersandar.
Semuanya berukuran besar, bermesin ganda, bersih, dan para kru bersantai di sekitar kapal tanpa ada yang merokok.
Sebelum masuk speedboat, wisatawan berfoto bersama sesuai rombongan atau keluarga.
Ternyata kami baru menyadari ketika pulang bahwa foto-foto tersebut disematkan dalam suvenir yang dijual.
Sekeping suvenir piring yang ada fotonya, misalnya, dibanderol 100 bath.
Perjalanan pun dimulai. Speedboat bertenaga 200 PK ini enteng menerobos perairan Andaman menuju Phi Phi Island yang merupakan gugusan pulau.
Salah satunya adalah Phi Phi Lay, pulau yang menawarkan keindahan Maya Bay, teluk lokasi shooting film The Beach.
Film bergenre thriller yang dibintangi Leonardo DiCaprio tahun 2000 lalu itu semakin membuat Maya Bay dikenal.
Maya Bay yang berpasir putih-lembut, berair biru jernih, dan dikelilingi dinding (tebing) karst yang tinggi menjulang ini memang memanjakan mata.
Berjalan beberapa ratus meter dari tepian teluk pun serasa menyusuri rute Leonardo DiCaprio yang ”terjebak” di sini 15 tahun silam.
Semua titik tampaknya jadi lokasi favorit wisatawan untuk berfoto, baik itu pantai maupun di sepanjang rute setapak pulau ini.
Setelah puas, kami melanjutkan ke Monkey Beach. Dari namanya saja sudah ketahuan apa ”jualan” pantai tersebut.
Kami berfoto dulu di Loh Sama Bay dan Pileh Lagoon. Sesudahnya kami menuju Phi Phi Don, bukan untuk nyebur snorkeling, melainkan untuk makan siang.
Hari berikutnya, kami menuju Phang Nga Bay untuk menjajal naik kano di Pulau Panak, lalu dilanjutkan ke James Bond Island.
Inilah yang juga ditunggu-tunggu wisatawan, selain Maya Bay. Siapa yang tidak kenal James Bond Island, pulau yang juga indah ini?
Menuju ke sana, wisatawan tidak memakai speedboat karena pantainya sempit.
Harus pindah sejenak naik perahu kayu bermotor dan berlayar selama 30-an menit.
Namun, itu terbayar kala memandang pulau-pulau karang yang asri, tempat yang sempurna untuk bersantai.
Dengan latar belakang satu pulau karang yang diapit tebing karang di kanan-kiri, wisatawan bergantian berfoto, terutama di salah satu titik yang tertancap papan bertuliskan ”James Bond Island”.
Tempat ini sebenarnya punya nama asli ”Phang Nga Bay”.
Masih dengan perahu kayu, wisatawan diarahkan ke Panyee Island, perkampungan atas air yang penduduknya memeluk agama Islam.
Usut punya usut, ternyata asalnya panci. Agenda terakhir, berenang di Pulau Naka dan naik kano di Pulau Hong. Barangkali ini yang paling menarik.
Wisatawan menyusur goa karang yang sempit. Namun tenang, kano dikemudikan oleh pemiliknya.
Kami tinggal duduk dan merapatkan kaki sembari telentang ketika kano mulai memasuki mulut goa yang sempit dan gelap. Batu karang yang licin ini bisa menggores kulit.
Begitu keluar dari terowongan yang panjangnya tak lebih dari 150 meter di dalam goa, pemandangan indah pun tersaji.
Inilah ”hadiah” atas waktu perjalanan yang kami tempuh.
Namun, kami harus bergegas karena jika kesorean, jalur masuk kami tadi terisi air pasang.
Dengan semua potensinya, Phuket menjadi tempat kedua di bawah Bangkok yang memberi pemasukan bagi Thailand.
Kerapian pariwisata Thailand yang menyamankan wisatawan tidak terjadi begitu saja. Hotel, agen wisata, hingga pemerintah daerah bergerak serentak.
”Thailand terus mencari pengemasan wisata yang diinginkan wisatawan. Itu tidak hanya wisata belanja murah. Semua pihak tunduk pada otoritas yang sama. Seperti di Phuket, TAT berperan sebagai koordinator,” ujar Stephanie Valencia dari bagian Humas TAT yang berkantor di Jakarta. (LUKAS ADI PRASETYA)