Berburu Oleh-Oleh Kue Khas Aceh? Datang ke Lhoknga
Sekitar 20-an toko oleh-oleh yang khusus menjual aneka kue kering yang berjejer di sepanjang lokasi yang terletak di Jalan Banda Aceh-Lhoknga.
Editor: Mohamad Yoenus
Laporan Wartawan Serambi Indonesia, Nurul Hayati
TRIBUNNEWS.COM, BANDA ACEH - Oleh-oleh menjadi barang ‘wajib’ Bagi anda yang sedang bepergian.
Anda tentu tak ingin pulang dengan tangan kosong usai melancong. Apalagi tradisi membawa pulang oleh-oleh seperti sebuah keharusan.
Mereka yang tak ikut melancong pun tak segan-segan untuk ‘menodong’ meminta ‘jatah’.
Namun tak perlu khawatir. Seperti halnya daerah lain, Aceh juga mempunyai oleh-oleh khas untuk ditenteng sebagai buah tangan.
Jika anda berkesempatan melawat ke provinsi paling barat Indonesia tersebut, maka kawasan Lhoknga yang dikenal sebagai sentra kue kering khas Aceh adalah tempatnya.
Terdapat sekitar 20-an toko oleh-oleh yang khusus menjual aneka kue kering yang berjejer di sepanjang lokasi yang terletak di Jalan Banda Aceh-Lhoknga Desa Lampisang, Kecamatan Lhoknga, Kabupaten Aceh Besar.
Oleh-oleh kue khas Aceh. (Serambi Indonesia/Nurul Hayati)
Berjarak sekitar 7 Km dari pusat kota Banda Aceh dan menempati lokasi strategis tepat di lintasan jalan ke arah Meulaboh, Aceh Barat.
Kekhasan kue kering Aceh adalah umurnya yang bisa disimpan hingga berbulan-bulan dalam suhu ruang.
Sebut saja dodol dan meusekat yang awet disimpan hingga 2 bulan, hal ini dimungkinkan lantaran penganan tersebut dimasak selama berjam-jam di atas api.
Keduanya menggunakan bahan baku utama berupa tepung dan gula pasir yang dimasak di dalam wajan dengan cara diaduk terus-menerus selama proses memasak.
Menghasilkan citarasa manis nan legit.
Adalagi makanan semi kering yang berumur sekitar semingguan yaitu, bolu ikan (bhoi) dan bakpia Sabang.
Disebut bolu ikan lantaran bolu ini menggunakan cetakan ikan, seperti halnya roti buaya suku Betawi.
Namun dalam ukuran yang lebih kecil, sehingga porsinya cocok dimakan untuk sendiri.
Oleh-oleh kue khas Aceh. (Serambi Indonesia/Nurul Hayati)
Komposisi bolu ikan hanya menggunakan telur, gula, dan tepung yang dimasak dengan cara dipanggang.
Sehingga menghasilkan citarasa gurih dengan tekstur yang agak keras dibanding bolu kebanyakan.
Sementara bakpia Sabang hadir dalam berbagai varian isi yaitu pandan, kacang hijau, kacang merah, dan kopi.
Bagi penyuka penganan renyah pengisi mulut anda bisa menjatuhkan pilihan pada bada reuteuk, seupet, keukarah, dan rempeyek.
Umurnya bisa bertahan hingga 2 bulan. Kesemuanya dimasak dengan cara digoreng atau dipanggang sehingga teksturnya crispy.
Cocok dijadikan cemilan atau teman dalam perjalanan.
“Kesemuanya merupakan produksi lokal buatan ibu-ibu dari Lhoknga sini. Tempat ini ramai dikunjungi ketika musim mudik tiba,” ujar Nonong, seorang pemilik toko oleh-oleh kue kering.
Harganya terbilang bersahabat di kantong. Berkisar antara Rp 7.000-Rp 150.000.
Sebut saja untuk menikmati sebungkus bolu ikan kita hanya perlu membayar Rp 8.000-Rp 10.000, tergantung ukurannya.
Sedangkan satu kotak bakpia Sabang berisi 10 buah dihargai Rp 17.000.
Dodol hadir dalam kemasan gulung dan kotak dan dilepas masing-masing seharga Rp 7.000-Rp 10.000 per gulung dan Rp 60.000-Rp 150.000 per kotak.
Bagaimana sudah siap menenteng oleh-oleh kue kering khas Aceh?