Tradisi Ramadan di Riau, Mandi Bersama hingga Rebutan Itik Terbang
Ribuan masyarakat berbondong-bondong mendatangi lokasi Petang Pegang, turun bersama-sama ke sungai yang sudah dijadikan lokasi Petang Megang.
Editor: Mohamad Yoenus
Laporan Wartawan Tribun Pekanbaru, Alex Sander
TRIBUNNEWS.COM, PEKANBARU - Sudah menjadi tradisi di Provinsi Riau, sehari sebelum bulan Suci Ramadan, dilaksanakan sebuah ritual kegiatan yang disebut dengan Petang Megang, atau ritual adat Balimau Kasai.
Ribuan masyarakat berbondong-bondong mendatangi lokasi Petang Pegang, turun bersama-sama ke sungai yang sudah dijadikan lokasi Petang Megang setiap tahunnya.
Di Riau terdapat dua daerah yang biasanya paling ramai dikunjungi masyarakat, yakni Sungai Siak di Pekanbaru, dan Sungai Kampar di Kabupaten Kampar.
Tradisi Petang Megang di Sungai Siak Pekanbaru. (Foto-foto Tribun Pekanbaru)
Tradisi Petang Megang ini tidak hanya dihadiri oleh masyarakat yang membaur di pinggir sungai, namun juga dipadati masyarakat yang sekadar ingin menyaksikan acara tersebut dari jarak dekat.
Acara ini biasanya diakhiri dengan Mandi Balimau secara massal di sungai, yang bertujuan untuk menyucikan diri sebelum menyambut bulan Suci Ramadan.
Kegiatan Petang Megang ini tidak hanya sekedar mandi di sungai.
Pada saat yang sama, anak-anak yang berada di sana berebut telur dan itik, yang sengaja dilepas untuk anak-anak, sekaligus hiburan dengan lomba menangkap itik.
Semua peserta akan saling berebutan itik tersebut.
Bagi peserta yang bisa menangkap bebek akan mendapatkan hadiah yang disediakan oleh panitia.
Setelah bebek terbang, seluruh peserta ramai-ramai berebutan, dan suasana mendadak seru dan meriah.
Tradisi Petang Megang di Sungai Siak Pekanbaru.
Setelah acara penangkapan bebek selesai, selanjutnya mereka akan menyemprotkan air ke seluruh penonton, baik yang ada di pinggir sungai maupun yang di sungai.
Dalam kegiatan ini juga dilakukan makan bersama berupa nasi kuning dihiasi telur yang digantung di bambu.
Tak lupa ayam Singgang menjadi peneman hidangan.
Acara Petang Megang ini tidak hanya dihadiri oleh penduduk setempat.
Warga yang berasal dari luar kota biasanya juga rela jauh-jauh datang untuk ikut serta atau sekedar menyaksikan acara tahunan tersebut.
Dani misalnya, warga dari Kabupaten Pelalawan yang ikut menyaksikan Petang Megang di Pekanbaru mengaku sangat senang ikut dalam iven tersebut.
Setiap tahun, kata dia, menyempatkan waktu mengikuti acara tersebut.
Tradisi Petang Megang di Sungai Siak Pekanbaru.
Tradisi ini membuat jalur-jalur di Pekanbaru mengalami kemacetan karena ribuan warga menggunakan jalan yang sama menuju Sungai Siak.
Anggota Komisi E DPRD Riau, Ade Hartati Rahmad menilai, kegiatan Petang Megang sebenarnya bisa dijadikan sebagai salah satu ikon pariwisata di Riau jika dikemas dan dikembangkan dengan bagus.
“Jika kegiatan Petang Megang tersebut bisa dikembangkan dengan bagus, tentu itu bisa dijual untuk ajang promosi wisata. Karena di daerah lain ini tidak ada, ini perlu jadi program prioritas. Untuk itu, penting juga peningkatan infrastruktur daerah wisata di sana,” ujar Ketua Fraksi PAN DPRD Riau ini.
Dia menambahkan, kelemahan pariwisata di Riau selama ini memang terletak pada pola promosi, dan jarang didengungkan.
Sehingga Riau hanya dikenal sebagai provinsi yang kaya sumber daya alam saja selama ini.
“Riau sebenarnya punya potensi wisata yang layak dijual, namun butuh promosi yang lebih intens. Petang Megang ini misalnya, sebenarnya ini merupakan sudah jadi tradisi tahunan sejak dulu. Kalau ini dipromosikan keluar, tentu tidak hanya masyarakat kita saja yang akan melihat, dan menyaksikan pariwisata ini,” ujarnya.