Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Taman Ratu Safiatuddin, Taman Mininya Aceh

Di sini terdapat 23 rumah adat yang mewakili setiap kabupaten/kota yang berdiam di provinsi paling ujung barat Indonesia.

Editor: Mohamad Yoenus
zoom-in Taman Ratu Safiatuddin, Taman Mininya Aceh
Serambi Indonesia/Nurul Hayati
Rumah adat Kabupaten Bener Meriah di Taman Sulthanah Safiatuddin, Jalan T Nyak Arief Desa Lampriek, Kecamatan Kuta Alam, Banda Aceh. 

Laporan wartawan Serambi Indonesia, Nurul Hayati

TRIBUNNEWS.COM, ACEH - Taman Sulthanah Safiatuddin atau yang lebih dikenal dengan nama Taman Ratu Safiatuddin adalah taman mininya Aceh.

Di sini terdapat 23 rumah adat yang mewakili setiap kabupaten/kota yang berdiam di provinsi paling ujung barat Indonesia.

Rumah adat atau yang dikenal dengan sebutan anjungan tersebut mempunyai ciri khas yaitu bangunan berupa rumah panggung, bermaterial kayu, dan tidak memakai paku.

Anjungan tersebut merupakan etalase untuk menengok keberagaman suku dan budaya yang tumbuh dalam masyarakat.

Taman seni dan budaya ini diambil dari nama seorang sulthanah yang memerintah pada masa Kerjaaan Aceh Darussalam pada abad ke-17, Sri Ratu Tajul Alam Safiatuddin Johan Berdaulat.

Oleh Gubernur Aceh masa itu, Abdullah Puteh, tempat ini didedikasikan untuk menghargai jasa sang ratu.

Taman Ratu
Rumah adat Kabupaten Aceh Barat. (Serambi Indonesia/Nurul Hayati)
Berita Rekomendasi

Mulanya dibangun 20 anjungan, lalu seiring pemekaran wilayah, menyusul tiga anjungan baru yaitu Subulussalam, Aceh Jaya, dan Nagan Raya.

Taman Ratu Safiatuddin bukan sekadar bangunan fisik, tapi juga menyimpan spirit menjaga kelestarian seni budaya.

Terletak di kawasan strategis yang bersisian dengan Kantor Gubernur Aceh, Jalan T Nyak Arief Desa Lampriek, Kecamatan Kuta Alam, Banda Aceh.

Selain 23 anjungan yang menjadi penghuni tetap, tempat ini juga mempunyai satu panggung utama yang kerab dijadikan tempat atraksi.

Baik pihak pemerintah maupun swasta biasa menyuguhkan perhelatan seni di sini.

Taman Ratu Safiatuddin buka setiap harinya dari pagi hingga sore hari. Untuk masuk ke sini juga tak dikutip biaya apapun.

Namun sayangnya tidak semua anjungan memiliki penjaga, sehingga kita tak bisa masuk ke dalam.

Pun perkakas anjungan seperti pelaminan, kain tradisional, dan sejenisnya hanya digelar pada saat even tertentu.

Namun untuk mendapatkan informasi seputar destinasi wisata budaya tersebut, 26 petugas dari UPTD Taman Seni dan Budaya Aceh siap memandu anda.

taman mini aceh
Panggung utama Taman Ratu Safiatuddin. (Serambi Indonesia/Nurul Hayati)

Ragam Even

Jika anda hobi berwisata kuliner, maka Juni adalah saat yang tepat untuk berkunjung.

Selain bisa menengok rupa-rupa rumah adat di dalamnya, anda juga bisa mencicipi aneka kuliner khas Aceh.

Makanan tradisional yang mulai langka keberadaannya dipopulerkan kembali dalam even tersebut.

Festival kuliner Aceh yang dipawangi ibu-ibu PKK itu akan melakukan demo masak dari 23 kota/kabupaten dan menyuguhkannya secara cuma-cuma kepada pengunjung.

Selain jambore PKK, adalagi jambore Depag.

Depag yang membawahi madrasah se-Aceh juga ambil bagian menghidupkan Taman Ratu Safiatuddin yang dibangun pada tahun 2000-an itu.

taman mini aceh
Rumah adat di Taman Ratu Safiatuddin Aceh. (Serambi Indonesia/Nurul Hayati)

Murid-murid dari madrasah berbagai tingkatan akan unjuk kebolehannya di sini.

Atraksi Seni

Jika anda penikmat seni budaya, maka datanglah pada bulan September dan November.

Pada bulan tersebut akan ada atraksi budaya yang disuguhkan oleh 23 kabupaten/kota di Aceh.

Pagelaran budaya tersebut akan dihelat di panggung utama yang berada tepat di bagian paling belakang atau pengujung anjungan.

“Ada enam sesi dalam eksibisi dan dibagi berdasarkan kedekatan geografis dan budaya. Merujuk kepada kota/kabupaten induk sebelum dilakukan pemekaran,” ujar Kepala UPTD Taman Seni dan Budaya, Suburhan.

Eksibisi tersebut dilakukan menindaklanjuti perintah Gubernur Aceh, Zaini Abdullah untuk mengoptimalkan keberadaannya.

Taman Ratu
Taman Ratu Safiatuddin Aceh. (Serambi Indonesia/Nurul Hayati)

Mulanya Taman Ratu Safiatuddin hanya dijadikan tempat pagelaran akbar Pekan Kebudayaan Aceh (PKA).

PKA sendiri dihelat lima tahun sekali dan menampilkan ragam kebudayaan dari depalan suku yang berdiam di Aceh yaitu suku Aceh, Gayo, Alas, Tamiang, Singkil, Kluet, Aneuk Jame, dan Simeuleu.

Berdasarkan kalender even Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disbudpar) setempat, eksibisi akan dibagi dalam enam sesi.

Yaitu, Pesona Basajan (Banda Aceh, Sabang, Jantho), Piasan Pase (Aceh Utara dan Lhokseumawe), Pentas Selatan Raya (Aceh Barat Daya, Aceh Singkil, dan Subulussalam), Piasan Pantai Utara (Pidie, Pidie Jaya, dan Bireuen), dan Pentas Barat Raya (Aceh Jaya, Aceh Barat, dan Nagan Raya).

Selain itu ada juga Senandung Pesisir Timur (Aceh Timur, Aceh Tamiang, dan Langsa), serta Kemilau Tanah Gayo (Aceh Tengah, Bener Meriah, Gayo Lues, dan Aceh Tenggara).

Nah! Cukup mendatangi tempat dan mencari waktu yang tepat anda akan mendapat gambaran seni budaya Aceh secara keseluruhan.

Maka tak berlebihan kalau disebut Taman Ratu Safiatuddin sebagai Taman Mininya Aceh.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
Berita Populer
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas