Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Menyibak Cerita Mistis Alam Roh, Markas Pejuang Kemerdekaan di Kalimantan Selatan

Namanya terdengar mistis dan menyeramkan: Alam Roh. Walau begitu, tempat ini adalah markas pejuang kemerdekaan rakyat Kalimantan Selatan di masa lalu.

Editor: Malvyandie Haryadi
zoom-in Menyibak Cerita Mistis Alam Roh, Markas Pejuang Kemerdekaan di Kalimantan Selatan
Banjarmasin Post/Yayu Fathilal
Monumen ALRI Divisi IV Pertahanan Kalimantan di Alam Roh 

Di beberapa bagian dari dinding ruangan ini, tertera nama para pejuang tersebut serta berbagai keterangan tentang sejarah perjuangan mereka.

Terdapat pula foto-foto bahari para pejuang itu.

alam roh
Foto-foto pejuang kemerdekaan di Alam Roh, Kalimantan Selatan.  (Banjarmasin Post/Yayu)

Menurut penjaga monumen ini, Abdul Hamid, tempat ini dulu merupakan markas para pejuang Kalimantan Selatan untuk berlatih perang dan menyusun strategi melawan penjajahan Belanda.

Mereka berkumpul di tempat ini siang dan malam. "Mereka tidak semuanya warga desa ini," ungkap Hamid yang juga putra dari salah satu dari para pejuang itu.

Pemimpin pergerakan mereka adalah Brigadir Jenderal H Hasan Basri. Dia merupakan tokoh bersejarah yang sangat berpengaruh di Kalimantan Selatan dan dinobatkan sebagai pahlawan kemerdekaan oleh Presiden RI pada 3 November 2001.

Namanya juga diabadikan sebagai nama salah satu jalan raya di Banjarmasin.

Sejarah Perjuangan

Berita Rekomendasi

Tempat ini dinamai Alam Roh ternyata ada sejarahnya. Dulu, tempat ini karena digunakan sebagai markas para pejuang sehingga sangat dikhawatirkan tak aman dari penjajah Belanda.

Para pejuang itu tak bisa dengan bebas rapat menyusun strategi perang di daerah yang ramai dihuni penduduk karena selalu diawasi Belanda.

Belum lagi, ada saja dari warga pribumi yang berkhianat membocorkan rencana perlawanan mereka ke Belanda.

Akhirnya, mereka mencari tempat terpencil yang aman dari mata-mata Belanda, yaitu Alam Roh di Desa Pakualam ini.

Tempat ini sejak dulu hingga sekarang sangat sepi. Di sekitarnya masih ditumbuhi hutan dan semak belukar. Jarang ada warga yang melewati tempat ini.

Agar aman dari Belanda, kemudian oleh warga setempat, tempat ini diberi jampi-jampi. Mereka meminta jampi-jampi itu kepada para ulama di Kota Martapura.

Konon, di empat sudut tempat ini ditanami empat jimat yang berfungsi menipu mata para penjajah dan pribumi pengkhianat yang memihak Belanda agar mereka tak bisa melihat keberadaan para pejuang rakyat itu.

Halaman
1234
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas