Menyibak Cerita Mistis Alam Roh, Markas Pejuang Kemerdekaan di Kalimantan Selatan
Namanya terdengar mistis dan menyeramkan: Alam Roh. Walau begitu, tempat ini adalah markas pejuang kemerdekaan rakyat Kalimantan Selatan di masa lalu.
Editor: Malvyandie Haryadi
Jadi, ketika Belanda atau para mata-matanya dari kaum pribumi ke tempat ini, mereka tak akan melihat keberadaan para pejuang itu.
Mereka akan mengira di tempat ini tak ada seorang pun pejuang kecuali para warga desa itu yang tentu saja tidak akan mereka tangkap. Padahal, sejatinya di sekitar mereka para pejuang itu bertebaran.
"Kalau para pejuang itu melihat Belanda-belanda dan para mata-matanya itu datang ke desa ini. Dan warga desa yang tidak berkhianat alias memihak rakyat bisa melihat para pejuang itu," jelasnya.
Ajaibnya lagi, para penjajah dan mata-mata mereka yang memasuki Alam Roh, selain tak mampu melihat keberadaan para pejuang itu, mereka keluar dari tempat ini dalam keadaan tewas. Diyakini, tewasnya mereka karena terkena jampi-jampi empat jimat sakti itu.
"Mayat mereka lantas dibuang begitu saja oleh warga ke sungai, tanpa penghormatan apa pun. Pokoknya, kalau mereka berani masuk ke Alam Roh, keluar dalam keadaan tewas," bebernya.
Cerita lainnya, Brigjen H Hasan Basri selaku pemimpin mereka juga memiliki kesaktian.
Ketika dia datang ke Alam Roh mengecek para anak buahnya, agar tak diketahui Belanda dan antek-anteknya, dia menancapkan empat bilah kayu bamban di sekitar tempat ini sebagai pelindung.
"Konon, menurut cerita orangtua saya, karena di sini hutan dan banyak nyamuk, ketika Hasan Basri datang dan menancapkan bilah kayunya, desa ini aman dari nyamuk. Kalau dia pergi dan bilah kayunya dicabutnya, nyamuk-nyamuk itu datang lagi. Jangankan manusia, nyamuk saja tak berani mendekat," bebernya.
Tak jauh dari monumen ini, sekitar 300 meter ke arah kanan, ada lagi monumen kecil yang masih berhubungan dengan monumen pertama tadi.
Di tempat ini, ada satu tugu yang dilengkapi prasasti yang sudah usang dan tulisannya tak terbaca lagi. Di sampingnya, ada beberapa tiang kayu yang diselimuti kain kuning.
Menurutnya, tempat ini dulu adalah lokasi para pejuang menyidang orang-orang asing yang dicurigai sebagai pengkhianat atau antek-antek Belanda.
Mereka dibunuh di tempat ini oleh para pejuang tersebut jika terbukti berkhianat, walaupun itu keluarga atau kawan mereka. Tak ada kompromi sama sekali dengan para pengkhianat bangsa dan perjuangan rakyat.
Walau tempat ini terkesan mistis dan tak aman bagi wisatawan, nyatanya banyak saja turis yang berkunjung kemari tiap bulannya. Tercatat di data pengunjung monumen tersebut, tiap bulannya ada ratusan orang yang berkunjung kemari.
Mereka ada yang dari mahasiswa, PNS hingga warga umum. Mereka biasanya datang berombongan dan di siang hari.