Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Ini Rumah Hasan Saleh, Tokoh Kontroversial dari Tanah Rencong

Menjalani masa kecil di zaman Belanda, sekolah militer Jepang, membantu pergerakan kemerdekaan Indonesia, hingga menjalani peristiwa Cumbok.

Editor: Mohamad Yoenus
zoom-in Ini Rumah Hasan Saleh, Tokoh Kontroversial dari Tanah Rencong
Serambi Indonesia/Zainal Arifin M Nur
Rumah Letnan Kolonel (purn) Hasan Saleh, di Desa Teumeucet, Metareum, Kecamatan Mila, Kabupaten Pidie. 

Di dinding ruangan itu, terdapat beberapa foto yang merekam kehidupan Hasan Saleh, istrinya Cut Asiah, serta anak-anaknya.

Terdapat satu lemari yang menyimpan beberapa foto serta barang lama, seperti radio dan sebagainya. Beberapa kursi antik tergeletak di sudut ruangan.

Di bagian atas rumah, terdapat tiga ruangan besar yang nyaris kosong melompong. Lantai kayu di seuramoe likot (bagian belakang rumah adat Aceh), terlihat masih baru, menunjukkan kayu-kayunya baru saja diganti.

"Waktu Pak Iqbal (anak Hasan Saleh) menjabat Presdir PT Arun, beliau sering pulang, meski hanya sebentar. Tapi setelah beliau pindah lagi ke Jakarta, belum pernah pulang hingga sekarang," kata T Usman.

Kehampaan juga terasa di seuramoe keu (bagian depan Rumah Aceh). Hanya ada beberapa foto dan piagam yang mulai pudar diterpa sinar matahari.

Di antara piagam yang tergantung di dinding ruangan itu dikeluarkan oleh Institut Agama Islam Negeri Jami'ah Ar-Raniry, Banda Aceh.

Piagam yang dikeluarkan tahun 1983 itu diberikan atas partisipasi Hasan Saleh pada acara "Pembudayaan Al- Quran dalam Kehidupan Bermasyarakat".

Berita Rekomendasi

Lalu ada juga "Surat Tanda Penghargaan" dari Menteri Utama Bidang Pertahanan Keamanan, Letjen TNI Soeharto.

Dalam surat yang dikeluarkan di Jakarta, tanggal 12 Maret 1968 itu, Hasan Saleh dianugerahi "Satlalantjana Penegak".

Kolektor naskah kuno Aceh, Tarmizi A Hamid berharap agar keluarga Hasan Saleh membuka rumah ini sebagai museum yang merekam tentang sejarah Aceh.

"Terlepas dari segala kontroversi, kita mesti melestarikan semua benda bersejarah, termasuk rumah Hasan Saleh dan rumah Yakob Kasem, beserta segala barang yang ada di dalamnya. Karena bangsa yang besar adalah bangsa yang selalu menghargai sejarah," kata Tarmizi A Hamid.

Ia juga mengingatkan agar sesama warga Aceh dapat bersama-sama membangun Aceh ke arah yang lebih baik," ujar pria yang akrab disapa Cek Midi ini. (*)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas