Menikmati Natinombur, Ikan Bakar yang Dimasak dengan Bumbu Batak di Danau Silalahi
Aroma dan rasa andaliman, rias, kemiri, menyatu dalam pulennya nasi putih serta lalapan.
Editor: Malvyandie Haryadi
Dan tempat bagus buat memancing. Satu harian kami habiskan waktu dengan umpan dan kail, tapi ikan sepertinya sedang mudik. Kami kembali tak beruntung.
Marga Silalahi yang membawa selusin pancing berharga mahal, petang pulang dengan tangan hampa. "Tak ada ikannya, capek aku. Mudik kali ikannya," katanya sambil tertawa.
Marga Silalahi yang lain juga mengeluh sama, padahal dia menggunakan jala. "Tak ada ikan, entah ke mana semua. Kecil-kecil, inipun cuma berapa ekor," ucapnya sambil menunjukkan hasil tangkapannya.
Lelah memancing tiada hasil, kami akhirnya memesan satu kilogram ikan mujahir seharga Rp 60.000. Ikannya dibakar dan dimasak ala Batak, Natinombur namanya. Aroma dan rasa andaliman, rias, kemiri, menyatu dalam pulennya nasi putih serta lalapan. Minumnya teh manis dingin saja.
Sambil memandang ombak kecil Danau Toba, makanan ludes tak bersisa, walau saya merasakan pedas berkepanjangan di ujung lidah. "Semua Rp 120 ribu," kata pemilik warung. Wuih, lima porsi nasi, ikan dan minuman cuma seharga itu.
Bagi saya ini sangat murah untuk ukuran lokasi wisata. Malam kedua, kami memilih menginap di penginapan yang tinggal pilih saja.
Lagi-lagi kami tercengang, satu kamar dengan ekstra bed dan kamar mandi di dalam dihargai Rp 150.000. Fasilitas lebih di atas ini juga dibanderol sekitar Rp 200.000 hingga Rp 250.000.
Untuk petualang dan para kaum backpacker, harga ini bisa membuat mereka betah berlama-lama di sini. Hitung saja jika Anda nge-camp? Pastinya tabungan setahun hanya terkuras secuil, heheheee...
Pulang ke Medan, kami membawa oleh-oleh bawang merah dan mangga. Semuanya khas dari Silalahi. Satu kilogram bawang dan mangga dihargai Rp 20 ribuan, tergantung kelihaian kita menawar dan merayu pedagangnya.
Kembali melewati jalur saat datang kemarin, di Desa Tongkoh kami singgah sebentar ke kebun Sitepu.
Kami memetik sendiri jeruk dari pohonnya, setiap kilogram dihargai Rp 15.000. "Petiknya diputar dulu dari tangkainya, biar tak rusak buahnya," kata Sitepu.
Dia bilang, orang lebih suka memetik sendiri ketimbang beli yang dijajakan karena ingin merasakan sensasinya. "Ini yang buat harganya lebih mahal dari pasar. Kalau di pasar, sekilo cuma Rp 10 ribu," katanya. (Mei Leandha)