Kuliner Langka dari Zaman Kerajaan Majapahit: Ikan Wader Sambel Colek, Hanya Ada di Mojokerto
Bagi sebagian pelanggan setia iwak wader-hidangan khas zaman Kerajaan Majapahit--bisa menikmati hidangan ini di Trowulan merupakan kepuasan tersendiri
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan Wartawan Surya, Wiwit Purwanto
TRIBUNNEWS.COM, MOJOKERTO - Semua kuliner tentu memiliki sejarah, baik pembuatannya maupun kemunculannya di tengah masyarakat.
Satu di antaranya kuliner Iwak Wader sambel cobek, di kawasan wisata sejarah Trowulan di Mojokerto, Jawa Timur.
Ikan wader. (Surya/Wiwit Purwanto)
Ada sensasi tersendiri ketika menikmati kuliner dengan sejarah yang panjang. ”Iwak wader ini sudah dikenal sejak zaman majapahit dulu,” kata Cak Mat, di sela menyiapkan menu iwak wader di warungnya.
Bagi sebagian pelanggan setia iwak wader--konon jadi hidangan khas zaman Kerajaan Majapahit--bisa menikmati hidangan ini di Trowulan merupakan kepuasan tersendiri.
Apalagi keberadaan warung warung dengan menawarkan menu khas Iwak Wader ini banyak ditemukan disekitar kawasan Kolam Segaran.
Kolam ini merupakan kolam kuno zaman Kerajaan Majapahit.
Mitos yang berkembang, Iwak Wader atau ikan kecil kecil yang banyak hidup di Kolam Segaran dan sungai sekitar kawasan tersebut sudah menjadi tangkapan dan dikonsumsi oleh warga setempat untuk menjadi lauk pauk.
”Konon sejak zaman Majapahit, menangkap ikan wader dari kolam Segaran untuk dimakan,” katanya.
Menu masakan di warung ini adalah ikan wader goreng yang diletakkan di atas sambal khas.
Proses pembuatan ikan wader. (Surya/Wiwit Purwanto)
Nasi hangat disediakan sebagai pendamping kelezatan.
Nasi wader Trowulan Segaran ini memiliki rasa yang khas, dan resep bumbu yang berbeda. Kekuatan rasanya ada pada sambal yang pedas dan segar.
Sambal yang disajikan juga sambal segar, sambal yang baru dibuat ketika ada pesanan.
Bumbu sambal berupa cabai, tomat, bawang merah, putih, dan jeruk nipis ditumbuk pada saat masih segar tanpa digoreng.
Bumbu sambal mentah itu membuat rasa pedasnya kian mantap saat dipadukan dengan renyahnya ikan wader yang digoreng garing.
Ikan-ikan kecil seukuran jari kelingking itu ditaburkan di atas piring tanah (cowek) kecil bersama sambal tadi.
Sebagai lalapan, disertakan irisan ketimun, daun kemangi, dan kubis.
Selain berjualan sambel wader, warung Bu Tin juga menyediakan botok lele, botok sembukan, botok tahu-tempe, botok jerohan, pepes patin, dan pepes belut.
Nah jika lewat atau sedang berada di kawasan daerah Trowulan kurang afdol jika tidak mampir dan mencicipi ikan wader.
Selain itu kita bisa melihat situs arkeologi zaman Majapahit dengan melihat bangunan dan candi yang ada, mencicipi makanan khas Majapahit juga membawa kita pada suasana kehidupan pada jaman itu.