Inilah Peti Jenazah yang Pernah Membawa Bung Karno dan Bung Hatta ke Liang Lahat
Museum Taman Prasasti di Jalan Tanah Abang No.1, Jakarta Pusat menyimpan banyak nisan kuno peninggalan sejarah zaman Belanda dan Jepang.
Penulis: Reynas Abdila
Editor: Agung Budi Santoso
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Museum Taman Prasasti yang terletak di Jalan Tanah Abang No.1, Jakarta Pusat menyimpan banyak nisan kuno peninggalan sejarah zaman Belanda dan Jepang.
“Kurang lebih tercatat ada 1.300 koleksi museum yakni berupa prasasti yang ada sejak zaman penjajahan,” kata seorang petugas museum kepada Tribun Travel, Jumat (14/8/2015).
Termasuk di antaranya adalah peti mati Presiden Republik Indonesia ke-1, Ir. Soekarno dan Wakil Presiden ke-1, Mohammad Hatta yang telah dikonservasi di museum ini.
Peti jenazah Bung Karno yang tersimpan rapi di Museum Taman Prasasti, Jakarta (Tribunnews.com/ Reynas Abdila)
Kedua peti tersebut berada tidak jauh dari pintu masuk yang dibungkus sebuah kaca serta ditutupi kanopi besi dan masih tampak orisinil.
“Peti jenazah milik almarhum Bung Karno dan Bung Hatta juga ada di sini dan masih utuh bentuknya,” kata dia.
Bapak Proklamator, Bung Karno lahir tanggal 6 Juni 1901 kemudian wafat tanggal 21 Juni 1970 pukul 07.00 WIB di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD), Jakarta Pusat.
Pada saat menghembuskan nafas terakhir Bung Karno didampingi oleh Guntur, Megawati, Rahmawati, Sukmawati, Guruh serta menantu-menantunya dan seluruh tim dokter yang merawatnya.
Jenazah almarhum Bung Karno setelah dimandikan, dibaringkan ke dalam peti dan dibungkus dengan kain putih yang sangat indah lalu diberangkatkan ke Wisma Yaso pada pukul 11.30 WIB.
Mobil-mobil keluarga mengikuti iring-iringan yang berjalan melalui jalan-jalan: Dr. Abdul Rachman, Pejambon, Merdeka Timur, Merdeka Selatan, MH. Thamrin, Jenderal Sudirman, Jenderal Gatot Subroto, dan masuk ke Wisma Yaso tempat di mana Bung Karno menghabiskan hari-hari akhirnya.
Jenazah Bung Karno kemudian dikebumikan di Kota Blitar, Jawa Timur pada hari Senin, tanggal 22 Juni 1970 dengan upacara kenegaraan yang dipimpin oleh Wakil Panglima Angkatan Bersenjata/Komando Pemulihan Keamanan Ketertiban Jenderal TNI Maraden Panggabean.
Peti jenazah Bung Karno dan Bung Hatta yang tersimpan rapi di Museum Taman Prasasti, Jakarta (Tribunnews.com/ Reynas Abdila)
Puluhan ribu orang memadati jalan-jalan yang dilalui iring-iringan kendaraan pembawa jenazah mulai dari Wisma Yaso sampai pangkalan udara TNI AU Halim Perdanakusuna.
Demikian pula di Blitar, ratusan ribu orang berdatangan dari berbagai penjuru tidak hanya blitar tapi juga dari berbagai kota di Jawa dan Bali.
Sementara itu, Bung Hatta, Wakil Presiden RI pertama ini lahir pada tanggal 12 Agustus 1902 di Bukittinggi, Sumatera Barat dan wafat pada hari Jumat tanggal 14 Maret 1980 pukul 18.45 WIB di Rumah Sakit Dr. Tjipto Mangunkusumo, (RSCM), Jakarta Pusat.
Beliau dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Tanah Kusir Jakarta Selatan, sesuai wasiatnya yang ingin dimakamkan di tengah-tengah masyarakat.
Jenazah Bung Hatta dimakamkan pada tanggal 15 maret 1980 pukul 13.30 WIB setelah iring-iringan meintasi jalan Imam Bonjol, Jenderal Sudirman, Sisingamaraja, Bunderan Mayestik, Kebayoran Lama, dan Bintaro.
Puluhan ribu orang turut menghantar kepergian Bung Hatta, prosesi pemakamannya dilakukan dengan upacara kenegaraan yang dipimpin oleh Wakil Presiden RI, Adam Malik.
Goresan Prasasti
Museum Taman Prasasti ini diresmikan mantan Gubernur DKI Jakarta, Letnan Jendral TNI Marinir, Ali Sadikin pada tanggal 9 Juli 1977.
Tempat ini mulanya merupaka kompleks kuburan Belanda bernama Kerkhof Laan, yang kemudian dikenal sebagai Kebon Jahe Kober.
Kuburan Kebon Jahe Kober kemudian ditutup pada tahun 1975 lantaran tidak dapat lagi menampung mayat dan dijadikan Musem Taman Prasasti dengan luas tanah 1,3 hektar.
Museum ini terlihat semacam tempat pameran karya seni yang melukiskan peristiwa sepanjang masa dari goresan prasasti bagi mereka yang telah pergi.
Museum Taman Prasasti, tampak depan (Tribunnews.com/ Reynas Abdila)
Misalnya saja yang dibuat bagi 30 orang tentara kekaisaran Jepang Kompi 9, Bataliyon 16, Divisi 2, dari kota Shibata, Propinsi Nigata, Jepang yang gugur melawan tentara sekutu di Sungai Ciantung, Desa Leuwiliang, Bogor, 3-4 Maret, tahun 17 Showa (1942).
Adapun patung wanita yang terbuat dari batu pualam dalam posisi berbaring miring dengan tangan menangkup wajah dan juga beragam patung makam lainnya.
Ingin mengunjungi museum yang informatif sekaligus berunsur edukatif ini? Ayo silahkan datang.
Museum Taman Prasasti ini buka setiap hari Selasa-Minggu mulai pukul 09.00-15.00 WIB, untuk tiket pengunjung dikenakan tarif Rp 5.000 per orang.