Terowongan Penyeberangan Kota Tua, Potret Buram Fasilitas Umum Jakarta, Gelap dan Pengap
Ironisnya, kawasan Kota Tua kerap dijadikan destinasi unggulan bagi para wisatawan asing maupun lokal sehingga rasanya aneh jika TPO tidak mendapat pe
Penulis: Reynas Abdila
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Jakarta sebagai kota metropolis yang memiliki populasi penduduk tinggi selalu punya kisah untuk diceritakan.
Coba tengok Terowongan Penyeberangan Orang (TPO) yang ada di kawasan Kota Tua, Jakarta Barat semakin hari kian jauh dari perhatian tangan pemerintah.
Saat malam, tempat ini minim penerangan sehingga berpotensi mengundang aksi kriminalitas. (Tribunnews/Reynas)
Akses penghubung antara Stasiun Jakarta Kota-Halte TransJakarta Kota-Museum Mandiri ini seperti tidak ada renovasi nyata sejak dibangun tahun 2005 dan beroperasi tanggal 20 Februari 2008 silam.
Pantauan Tribun Travel, Sabtu (15/8/2015), panorama “sumpek” langsung terlihat saat menapaki anak tangga menuju lorong bawah tanah ditambah material dinding keramiknya mulai hancur terkelupas.
“Ini tidak direnovasi-renovasi padahal sudah lama saya lewat sini masih saja kondisinya sama,” kata Rama Adiyasa (35), warga Bendungan Hilir yang hendak menuju ke Stasiun Beos (nama tenar Stasiun Jakarta Kota).
Pria yang bekerja di sekitar kawasan Kota Tua itu takjub karena para pedagang kaki lima (PKL) di bawah lorong dibiarkan bebas menjajakan dagangan.
Pedagang kaki lima (PKL) di bawah lorong dibiarkan bebas menjajakan dagangan. (Tribunnews/Reynas)
Padahal sudah jelas, keberadaanya sangat mengganggu kenyamanan para pejalan kaki yang tentu mendapat hak penuh memakai akses TPO.
“Heran kenapa ada petugas tetapi tidak disterilkan terutama yang tidak punya izin, saya jujur saja resah,” cetusnya.
Ironisnya, kawasan Kota Tua kerap dijadikan destinasi unggulan bagi para wisatawan asing maupun lokal sehingga rasanya aneh jika TPO tidak mendapat perhatian khusus pemerintah.
Pada malam hari TPO juga minim penerangan lampu, hal ini tentu menjadi ancaman khususnya bagi kaum hawa yang ingin melintas.
“Memang kalau malam kurang lampunya di sini rada gelap, takut juga lewat bawah lebih aman lewat atas walaupun dilarang,” kata Tari wanita paruh baya berambut panjang itu.
Lift Tak Berfungsi
Tidak jarang banyak pengguna TPO adalah orang-orang kalangan usia lanjut yang hanya memiliki tenaga terbatas untuk naik atau turun tangga.
Keberadaan lift sebenarnya sudah ada sejak TPO ini dibuat tetapi tidak dapat difungsikan kembali sejak beberapa tahun belakangan.
Kondisinya yang sudah usang karena selama bertahun-tahun tidak pernah digunakan bahkan pengelola menutup akses lift bagian bawah menggunakan pintu besi.
Persoalannya, sikap acuh ini telah mendiskriminasi para penyandang disabilitas yang seharusnya mendapat hak untuk melewati TPO.
Apalagi akses ini bersifat krusial karena menghubungkan tempat publik yakni Halte TransJakarta Kota dan Stasiun Jakarta Kota di mana sedikitnya ribuan manusia silih bergantian melintas.
Di dalam TPO tersedia kamar mandi umum, air mancur, dan mushola yang tepat berada di areal tengah.
Sejumlah bangunan kios kecil bahkan mini market saat ini tengah dalam pembangunan yang tentunya akan memperkeruh kondisi TPO yang bakal lebih terasa ruwet.
Belum ada larangan atau sikap tegas para petugas Dinas Perhubungan dan Transportasi Provinsi DKI Jakarta untuk menertibkan para pedagang meski gembel dan pengemis tidak boleh lagi turun ke TPO.
Semoga saja dalam waktu dekat ada realisasi menyusul pentingnya akses bawah tanah agar mengurangi tingkat kecelakaan orang yang menyeberang sembarangan.
TPO ini dibuka setiap hari mulai pukul 04.30 WIB hingga ditutup kembali pada malam hari pukul 24.00 WIB khusus untuk hari Sabtu dan Minggu.