Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Keringat Bercucuran Saat Menyantap Ayam dan Bebek Bakar Pedas Bersambal Ulekan Cabe Kasar Ini

Ini nikmatnya menyantap sambal yang diulek kasar, cabenya tak terlalu halus sebagai pendamping makan bebek dan ayam bakar. Keringat bercucuran!

Editor: Agung Budi Santoso
zoom-in Keringat Bercucuran Saat Menyantap Ayam dan Bebek Bakar Pedas Bersambal Ulekan Cabe Kasar Ini
Foto-foto: Warta Kota/ Vini Rizki Amelia
Sajian ayam bakar di Warung Ayam Penyet Everest , Jalan Mampang Prapatan Raya No. 21, Mampang, Jakarta Selatan, Selasa (1/9). 

Laporan Wartawan Warta Kota, Vini Rizki Amelia

TRIBUNNEWS.COM - Diselimuti sambal ulek yang masih terlihat kasar cabainya serta tahu yang diletakkan di samping lalapan, membuat ayam bakar pedas milik rumah makan Ayam Penyet Everest begitu menggoda.

Empuknya daging juga tidak hanya dalam lumatan melainkan juga kemudahan saat memisahkannya dari tulang.

Sajian yang satu ini dihidangkan dalam wadah cobek kecil serta rotan yang dilapisi daun pisang untuk tempat nasinya.

Gurihnya bumbu meresap sempurna dalam setiap gigitannya ditambah cocolan sambal pedas yang melahirkan desisan dan butiran keringat keluar dengan cepat.


Tahu dengan cocolan sambal kasar.

Dewi Ariyani (30) pendiri sekaligus pemilik rumah makan Ayam Penyet Everest mengatakan, gurihnya daging ayam berasal dari campuran bumbu-bumbu rahasia yang direbus dan digoreng dengan ayam.

“Sebelum ayam digoreng, ayam dicuci bersih lalu direbus selama 15 menit dengan bumbu, setelah di rebus, ayam yang akan di goreng, dibaluri bumbu lagi agar rasa dagingnya benar-benar gurih,” ujarnya saat ditemui di rumah makan Ayam Penyet Everest, Jalan Mampang Prapatan Raya No. 21, Mampang, Jakarta Selatan, Selasa (1/9).

Berita Rekomendasi

Cara tersebut didapat Dewi tak lain dari pengalamanny bekerja di salah satu perusahaan yang bergerak dibidang kuliner.

Ketika memutuskan membuka Ayam Penyet Everest, Dewi tak ketinggalan mengalami masa harus melakukan proses trial and error yaitu mencicipi beragam bumbu yang disesuaikan dengan lidah para konsumen yang ingin disasar.

Menurutnya, memasak untuk dinikmati sendiri dengan memasak untuk orang lain merupakan hal yang harus memiliki standarisasi takaran rasa agar siapa saja dapat menikmati.

“Hampir enam bulan saya coba-coba cari resep yang pas,” katanya.

Cah toge yang sedap

Pedasnya sambal juga disesuaikan dengan lidah Indonesia yang memang gemar menyantap makan makanan pedas.

Ada dua macam sambal yang disediakan di rumah makan Ayam Penyet Everest yakni sambal penyet dan sambal terasi.

Untuk sambal terasi, Dewi memasukan bawang merah, bawang putih, cabai merah, cabai rawit, ditambah dengan gula, dan air serta terasi.

Sedangkan sambal penyet, Dewi memasukan sebanyak 10 cabai rawit dan garam dalam setiap porsi ayam penyet, sehingga tingkat kepedasan yang tercipta benar-benar membuat cucuran keringat di wajah Anda tak berhenti.

“Sambal penyet daya tahannya enggak lama, kalau sudah satu jam sudah enggak enak, beda dengan sambal terasi. Makanya, sambal penyet yang disajikan diulek langsung begitu dipesan, kecuali kalau ada pemesanan dalam partai besar,” tutur Dewi.

Selain ayam, di rumah makan yang berdiri sejak 10 November 2010 ini Anda juga dapat menikmati sajian lain berupa bebek penyet, lele penyet, ayam bakar manis, cah kangkung, atau cah tauge.

Untuk melengkapi sajian, Anda bisa memesan tahu yang disediakan sebanyak empat potong dalam setiap porsinya.

Tahu yang digunakan rumah makan Ayam Penyet bukanlah sembarang tahu, melainkan tahu pong yang mirip dengan tahu Sumedang.

Pemilihan tahu pong dikatakan Dewi lantaran dirinya ingin berbeda dengan rumah makan atau restoran lainnya yang menyajikan menu serupa.

Tak hanya beda di tahu, ayam yang disajikan di rumah makan Ayam Penyet Everest juga beda.

“Ayamnya saya pakai ayam kampung, bukan ayam negeri. Kalau ayam negeri banyak lemaknya dan menang di besarnya saja, kalau ayam kampung rasanya lebih gurih,” kata Dewi.

Setiap harinya, Dewi mampu menjual ayam penyet sekitar 100 – 200 potong, sedangkan untuk lele dan bebek, masing-masing hanya terjual sekitar 30 – 50 potong.

“Kebanyakan memang orang carinya ayam penyet, tapi kalau yang enggak suka pedas, bisa pesan ayam bakar atau menu lainnya selain penyet,” ujar Dewi.


Ayam penyet Everest

Pilihan bangun usaha kuliner yang menawarkan menu utama ayam penyet, dikatakan Dewi lantaran dirinya melihat ayam dan rasa pedas merupakan makanan yang sangat digemari di Indonesia.

“Kenapa ayam penyet? Karena saya melihat masih jarang brand ayam penyet, jadi, saya buka ayam penyet dengan ciri khas sambal pedasnya,” tutur Dewi.

Letak rumah makan Ayam Penyet Everest tepat di depan lampu merah Warung Buncit 5, atau diseberang Seven Eleven Mampang. Anda yang datang dari arah Kuningan cukup jalan lurus terus setelah lampu merah perempatan Mampang menuju Ragunan.

Setelah melewati lampu merah pertama atau tepatnya lampu merah Seven Eleven, Anda silakan mencari putaran balik ke kanan untuk menuju Ayam Penyet Everest yang berada disebelah kanan Anda kalau dari arah Kuningan.

Sementara Anda yang melalui jalur Buncit atau dari arah Ragunan menuju Mampang bisa menurunkan kecepatan begitu memasuki lampu merah Warung Buncit 5 atau setelah melewati halte bus Transjakarta Duren Tiga.

Menu Makanan:

Harga makanan : Rp 10.000-Rp 28.000

Harga minuman : Rp 2.000-Rp 10.000

Jam buka : 10.00 – 21.00 setiap harinya.

Alamat     : Jalan Mampang Prapatan Raya, No. 21, Mampang, Jakarta Selatan

Sumber: Warta Kota
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
Berita Populer
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas