Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Semerbak Magis Tari Kecak dan Larangan Bercelana Pendek di Atas Lutut Saat Masuk Pura Uluwatu

Inilah nuansa magis menonton Tari Kecak dari Bali. Ini alasan mengapa wisatawan dilarang bercelana pendek di atas lutut saat masuk Pura Uluwatu.

Editor: Agung Budi Santoso
zoom-in Semerbak Magis Tari Kecak dan Larangan Bercelana Pendek di Atas Lutut Saat Masuk Pura Uluwatu
Tribun Bali/Zaenal Nur Arifin
Suguhan Tari Kecak di kompleks Pura Luhur Uluwatu, Badung, Bali. 

TRIBUNNEWS.COM - Bagi saya pribadi, mengunjungi Pulau Dewata tidak akan pas rasanya jika tidak berkunjung ke Pura Luhur Uluwatu, pura yang berada di pinggir tebing setinggi 30 meter dengan hamparan Samudra Hindia di bawahnya.

Adalah tari kecak, satu-satunya pertunjukan yang hanya diadakan di area objek wisata Pura Luhur Uluwatu. Tarian ini biasanya berlangsung seiring dengan terbenamnya matahari, yah, sekitar jam 18:00 waktu Bali.

Dan berlangsung selama 1 jam. Para penari akan menggunakan sarung bermotif kotak-kotak berwarna hitam dan putih, seperti papan catur.

Sebelum menyaksikan pertunjukan tari kecak atau berada di area Pura Luhur Uluwatu, ada aturan yang wajib dipenuhi para pengunjung.

Sama seperti aturan di Candi Borobudur yang mewajibkan pengunjungnya mengunakan sarung, maka hal tersebut berlaku juga bagi pengunjung Pura Luhur Uluwatu.

Penggunaan sarung berlaku bagi pengunjung yang berpakaian pendek dan di atas lutut.

Di luar dari pakaian tersebut, pengunjung hanya diberikan selendang berwarna ungu yang diikatkan layaknya ikat pinggang.

Berita Rekomendasi

Peraturan ini wajib diikuti sebagai bentuk rasa hormat saat berada di tempat ibadah masyarakat Hindu Bali.

Ciri khas dari tari kecak adalah tidak adanya musik penggiring seperti tarian tradisional pada umumnya.


Tari Kecak

Musik penggiring tariannya berasal dari ucapan para penarinya yang duduk melingkar mengelilingi sebuah tungku perapian. “Cak...cak..cak” adalah suara yang diucapkan secara bersama-sama.

Harmonisasi yang indah dan penuh magis antara gerakan tarian dan suara, dan semuanya dilakukan tanpa adanya seseorang yang bertugas sebagai pemberi komando.

Hal ini tentu bukan hal yang mudah, sebab tari kecak adalah tarian yang dilakukan secara beramai-ramai, lebih dari 20 orang.

Ketika tari kecak berlangsung, kita akan menemukan banyak keunikan. Tari kecak lebih menonjolkan gerakan tangan keatas secara serempak atau goyangan bahu, keatas dan kebawah.

Selain para penari kecak, rangkaian tari yang berlangsung sekitar satu jam tersebut juga menampilkan tokoh-tokoh Ramayana, seperti Sri Rama, Dewi Shinta, Rahwana, Hanoman dan Sugriwa.

Lakon Ramayana ini berkisah tentang perjalanan Rama yang dibantu Hanoman saat melawan Rahwana dan pasukannya.

Tari kecak memang tarian yang mempunyai unsur magis namun bukan berarti tidak ada unsur jenakanya. Biasanya di sela-sela pertunjukan ada beberapa adegan yang melibatkan para penonton, dan saya adalah salah satu “Korbannya”.

Kaca mata saya yang bertengger di atas kepala digondol Anoman (Tapi dikembalikan, kok)

Merunut dari sejarahnya, tari kecak sebenarnya berasal dari sebuah ritual sakral bernama Sang Hyang, adalah prosesi tari bernuansa Hindhu Bali dimana akan ada penari yang kerasukan roh dan menjadi media komunikasi dengan para dewa atau leluhur yang akan menyampaikan pesannya. Dalam ritual ini, penari yang berada dalam kondisi tidak sadar merupakan hal yang nampak biasa-biasa saja.


Kompleks peribadatan umat Hindu dibangun di atas tebing terjal, Pura Luhur Uluwatu, daerah selatan Kabupaten Badung.

Dan permulaan disisipkannya cerita epos Ramayana, dimulai pada tahun 1930-an, oleh seseorang bernama Wayan Limbak, yang pada saat itu bekerja pada seorang pelukis berwarganegara Jerman bernama Walter Spies, dan konon dialah pengagas sekaligus orang yang mempopulerkan tari yang berakar dari tradisi Sang Hyang.

Wayan Limbak sendiri bahkan sempat berkeliling dunia bersama para penari tari kecak demi memperkenalkan seni tari khas Bali ini. Dan seiring perkembangan jaman dan industri pariwisata di Bali, tari kecak kini telah bergeser fungsi sebagai tari pertunjukan.
Selain tari kecak, pertunjukan tari api di Pura Luhur Uluwatu juga merupakan hiburan yang akan meninggalkan kesan mendalam bagi para pengunjugnya.

Pura Luhur Uluwatu sendiri merupakan pura bersejarah dan merupakan Pura paling sakral terkenal (selain Pura Besakih) di Pulau Bali.

Pura Luhur Uluwatu adalah tempat paling sempurna menyaksikan langsung tarian purba Khas Bali dengan bonus lanskap alam yang begitu indah, dan beraura magis, tentunya.

Dan sekedar tambahan, harga tiket pertunjukan tari kecak adalah sebesar Rp. 100.000 (harga seminggu yang lalu, saat saya bekunjung kesana), dan demi menghindari tidak tersedianya seat, melakukan reservasi diawal sangat disarankan.

Minimal 3 atau 2 hari sebelumnya. Untuk harga tiket, tidak ada perbedaan untuk wisatawan dalam negeri maupun luar negeri.

Nah, para sahabat Siana, jika mengunjungi Pulau Bali, jangan lupa untuk menyempatkan melihat pertunjukan tari kecak dan keindahan matahari terbenam di Pura Luhur Uluwatu...dijamin akan bikin ketagihan. (Seperti saya)
Mari cintai objek wisata dalam negeri. (Inem Gak Seksi/ Kompasiana.com)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas