Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kuliner Jogja: Tempe Mendoan, Jadah Bakar, Kopi Tubruk, Andalan Mengusir Dinginnya Lereng Merapi

Ketika wisatawan kedinginan di Lereng Merapi, kudapan ringan seperti tempe mendoan yang masih panas, jadah bakar dan kopi tubruk, jadi solusinya.

Editor: Agung Budi Santoso
zoom-in Kuliner Jogja: Tempe Mendoan, Jadah Bakar, Kopi Tubruk, Andalan Mengusir Dinginnya Lereng Merapi
Foto-foto: Kompas/ Frans Sartono
Jadah bakar, tempe mendoan, menjadi kawan minum kopi di Kedai Melcosh, Jalan Kaliurang, Kilometer 23, Sleman, DI Yogyakarta. 

TRIBUNNEWS.COM - Menyeruput kopi sambil menikmati simfoni serangga malam di sejuknya lereng Merapi.

Itulah asyiknya ”ngupi-ngupi” di kedai Melcosh, di Jalan Kaliurang, Kilometer 23, Sleman, DI Yogyakarta.

Ada jadah bakar, tempe mendoan, dan pisang bakar, jajanan rakyat sebagai kawan menikmati kopi hangat.

Sejuk kala malam dan teduh di hari siang. Itulah kedai Melcosh berada di kaki Gunung Merapi, sekitar 2 kilometer ke bawah dari tempat wisata Kaliurang, Kedai dirancang semioutdoor alias setengah terbuka.

Didesain oleh arsitek Andreas Hartono dan Aryanto Sujarwo, Melcosh menggunakan atap dengan kerangka bambu, dengan penutup berbahan elastis.

Lengkung-lengkung atap dan tiang membentuk rongga-rongga mirip bunga terompet yang meredam panas siang.

Kedai tidak menggunakan dinding penyekat sehingga kita bisa leluasa melihat kebun seluas 3,4 hektar lebih di sekeliling. Udara dari pepohonan teduh di kebun itu mengirimkan rasa sejuk.

Berita Rekomendasi

Kebun itu pula yang menjadi arena pergelaran simfoni serangga malam. Atmosfer itulah yang menemani kita menikmati kopi dan hidangan Melcosh.


Barista meracik kopi dari gayo, kintamani, siborong-borong, raung, ciwidey, dan lain-lain.

Malam itu jarum jam menunjuk pukul sembilan lebih delapan menit. Kafe temaram dengan nyala lilin.

Secangkir kopi dari Siborongborong sudah tandas. Ini kopi dari tanah Tapanuli Utara, Sumatera Barat, dengan elemen rasa rempah, herbal yang kuat.

Kopi siborongborong menjadi salah satu kopi pilihan Melcosh, selain kopi kintamani dari Bali, gambung dan ciwidey (Jabar), mandailing (Sumut), raung (Jatim), gayo (Aceh), toraja (Sulut), timika (Papua), dan kopi merapi.

Semua kopi diracik sejak dalam bentuk biji, kemudian digiling sesaat sebelum diseduh. Jadi dijamin, kopi sampai ke meja dalam rasa dan aroma primanya. Maklum, pendiri Melcosh, Y Deni Sulistiwawan Pr, adalah penikmat kopi.

Ia hanya menghidangkan kopi yang sudah lulus dari uji cecapnya. Jika ia mendapati rasa kopi yang kurang pas menurut indera pencecapnya, ia tidak akan menghidangkan kepada tamu.

Jika mendapat kopi di bawah standar alias jelek, Deni akan komplain kepada pihak penggarang biji kopi (roastery).

”Ada yang roasting-nya (penggarangan) tidak merata. Tapi, ada yang terlalu medium dark. Kalau mendapat kopi seperti itu, kami akan lakukan roasting ulang. Kadang kami blend (campur) dengan kopi lain sehingga bitter (rasa pahit kopi), acid (keasaman) fruity-nya sebanding,” kata Deni yang mengakui bahwa dia bukan ahli kopi, tetapi hanya penikmat berat.

Jadah, mendoan

Sebagai pengantar menikmati kopi, Melcosh menyediakan sejumlah pilihan menu ndeso.

Di antaranya adalah jadah, mendoan, pisang bakar, dan tempe garit. Jadah adalah penganan khas Kaliurang yang biasanya disajikan bersama tempe bacem.

Jadah bakar di kedai ini disajikan dalam beberapa pilihan, mulai dari ”original” alias polosan, hingga jadah bertaburan cokelat keju dan kacang tumbuk.

Jadah dihidangkan dalam bentuk pipih, setengah lingkaran, sehingga mudah dipotong dan digigit.


Kedai Melcosh, Jalan Kaliurang Km 23, Sleman, DI Yogyakarta, di lingkung kebun dengan udara segar.

Ada yang agak unik, yaitu Nasi Goreng Melcosh. Ini sebenarnya nasi goreng biasa, tetapi bentuknya kerucut seperti tumpeng.

Gunung kecil itu diletakkan di atas telur dadar agak kering yang memberi rasa gurih. Ia seperti lautan pasir di sekitar Merapi ”Ada lahar panas dan lahar dinginnya lho ha-ha...,” kata Deni.

Kaki gunung itu dikitari ”lahar panas” berupa mayones yang menyumbang rasa manis. Adapun ”lahar dingin” berupa potongan daging ayam dan bakso yang gurih. Dan awas, di dalam gunung itu ada ”magma” berupa cabai.

”Ya, karena kita di Merapi, bentuknya kami bikin seperti Gunung Merapi,” kata Deni.

Momen inspiratif

Kafe Melcosh dikelola sebagai bagian dari upaya menghidupi Sekolah Menengah Kejuruan Sanjaya yang membawahi 11 sekolah di Kabupaten Sleman.

Mulai buka pada Juli 2014, kedai dan perangkat pendukung dirancang dengan basis pendidikan. Misalnya, di lahan seluas 3,4 hektar itu nanti akan dibangun lahan perkemahan tempat orang bisa belajar tentang lingkungan hidup.

Selain itu, siswa-siswa SMK Sanjaya juga bisa berpraktik di kedai.

”Jadi, secangkir kopi itu sangat berarti untuk pendidikan mereka. Tetapi, kami tak sepenuhnya berorientasi ke bisnis murni sehingga misi pendidikannya hilang,” kata Deni.

Melcosh, dikatakan Deni, dirancang sebagai semacam lounge, kedai santai, bukan rumah makan formal.

Bukan dirancang sebagai tempat orang datang, makan, dan kenyang. Kedai dirancang sebagai arena tempat orang bisa bercerita kepada kawan, saudara, pacar, atau siapa pun. Atau tempat bermenung-menung.

”Jadi lebih sebagai tempat refleksi emosional, personal. Orang menjadi terhubungkan dengan orang lain,” kata Deni.

Berjarak lebih dari 20 kilometer dari kota, tak menghalangi warga ”Kota Gudeg” untuk ngupi-ngupi ke Melcosh.

Suatu malam, misalnya, dua warga Pakualaman meluncur ke Melcosh untuk menjamu rekan-rekannya yang penikmat kopi.

Sambil mengobrol ngalor-ngidul mereka menikmati cold brew, kopi dingin yang ternyata berkenan di lidah tamu yang mengaku tidak biasa ngopi itu.

Deni menceritakan, ada sejumlah pelanggan yang datang untuk duduk berlama-lama membaca buku, atau menulis, menikmati secangkir kopi, dan makanan ringan.

”Ada juga orang datang berlama-lama di sini, tetapi enggak pesen-pesen. Kalau orientasi hanya profit, kami mungkin akan rugi. Tapi, orang seperti mereka itu datang ke sini dan mendapatkan inspiring moment. Hal itu jauh lebih memuaskan kami karena itulah tujuan kami,” kata Deni. (XAR)

Sumber: KOMPAS
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
Berita Populer
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas