Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral Sengaja Dirancang Berdampingan, Simbol Toleransi Ide Bung Karno
Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral sengaja didesain dengan lokasi berdekatan, ide Bung Karno mewujudkan toleransi beragama di negerinya.
Penulis: Reynas Abdila
Editor: Agung Budi Santoso
Desain Gereja Katolik Katedral begitu khas dengan gaya neo-gotik dari Eropa.
Arsitektur ini sangat lazim digunakan untuk membangun gedung gereja beberapa abad yang lalu.
Di sebelah Katedral terdapat sekolah khusus perempuan Santa Ursula yang telah berumur ratusan tahun.
Penempatan Gereja Katedral yang berdekatan dengan Masjid Istiqlal bukanlah secar kebetulan.
Presiden pertama, Soekarno sengaja memilih tempat ini karena ingin mencerminkan falsafah negara Bhinneka Tunggal Ika: "Meskipun berbeda, tetapi semua umat beragama hidup dengan damai dan harmonis".
Mimpi Soekarno pun terwujud, baik Gereja Katedral maupun Masjid Istiqlal hingga sekarang terus menjalin hubungan satu sama lain.
Khususnya untuk mengakomodir lahan parkir selama acara keagamaan berlangsung.
Istiqlal, masjid terbesar se-Asia Tenggara.
Halaman parkir Masjid Istiqlal kerap digunakan oleh Gereja Katedral selama perayaan Paskah dan misa malam Natal
Sebaliknya, pada saat sholat Idul Fitri, parkir diperluas hingga ke halaman parkir Gereja Katedral.
Gereja Katedral dibangun pada tahun 1829 namun sempat runtuh pada tahun 1890.
Pada tahun 1901, Gereja Katedral dibangun kembali di lokasi yang sama.
Di atas gereja terdapat menara yang terbuat dari besi tempa setinggi 60 meter dengan diameter sepanjang 45 meter.
Gereja Katedral.
Bangunan gereja sendiri terdiri dari dua lantai yaitu lantai dasar untuk menampung umat dan lantai atas yang sekarang difungsikan sebagai museum.
Di museum ini terdapat lukisan dinding yang menggambarkan upacara keagamaan pada masa Hindia Belanda serta penyebaran agama Katolik di Indonesia.