Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Dengan Hanya Satu Paru-paru, Jenderal Soedirman Pernah Sembunyi di Rumah Terpencil Ini

Di rumah di pelosok Pacitan ini, Jenderal Soedirman pernah bersembunyi dari kejaran Belanda selama tiga bulan. Bertahan hidup dengan satu paru-paru.

Editor: Agung Budi Santoso
zoom-in Dengan Hanya Satu Paru-paru, Jenderal Soedirman Pernah Sembunyi di Rumah Terpencil Ini
Foto-foto: Tribun Jogja/ Hamim Thohari
Rumah persembunyian Jenderal Soedirman di dusun Sobo, Desa Pakis Baru, Kecamatan Nawangan, Kabupaten Pacitan. 

Laporan Wartawan Tribun Jogja, Hamim Thohari

TRIBUNNEWS.COM, PACITAN - Perjuangan Jenderal Besar Sudirman pada masa Revolusi untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia menjadi sejarah besar bagi bangsa ini.

Perang gerilya yang dilakukan oleh Sang Panglima Besar untuk melawan Belanda meninggalkan banyak kisah menarik.

Masalah kesehatan tidak menciutkan perjuangan Jenderal Sudirman. Hanya dengan satu paru-paru Jenderal Sudirman keluar masuk hutan dan gunung dari wilayah Yogyakarta, Jawa Tengah, hingga Jawa Timur.

Pada masa perang gerilya tersebut Sang Jenderal pernah menetap cukup lama di sebuah desa yang cukup terpencil di wilayah perbukitan Kabupaten Pacitan, Jawa Timur.


Dokumentasi perjuangan di Rumah persembunyian Jenderal Soedirman di dusun Sobo, Desa Pakis Baru, Kecamatan Nawangan, Kabupaten Pacitan.

Di rumah sederhana bergaya limasan milik Karso Semito yang berada di dusun Sobo, Desa Pakis Baru, Kecamatan Nawangan, Kabupaten Pacitan, Pak Dirman pernah tinggal di sana selama 3 bulan.

Tidak hanya sebagai tempat tinggal dan persembunyian dari kejaran pasukan Belanda, rumah tersebut juga dijadikan markas untuk menyusun strategi perjuangan.

BERITA REKOMENDASI

Hingga saat ini rumah tersebut masih berdiri dan dijadikan obyek wisata sejarah di Pacitan.

Meskipun telah mengalami renovasi pada tahun 1982, tetapi bentuk dan kayu yang menyusun bangunan rumah tersebut masih asli seperti dulu saat ditinggali Pak Dirman.

Saat ini rumah tersebut sudah tidak ditempati lagi, tetapi anak pertama dari Karso Semito yang bernama Supadi masih merawat dan menjadi "juru kunci" rumah bersejarah tersebut.

Markas Jenderal besar Sudirman tersebut berada sekitar 40 kilomter arah utara dari pusat Kota Pacitan, dan berada di wilayah perbatasan dengan kabupaten Wonogiri Jawa Tengah.

Tiba di lokasi rumah tersebut anda akan disambut dengan halaman yang cukup luas.


Terdapat papan bertuliskan Rumah Markas Gerilya Panglima Besar APRI Jenderal Sudirman, di sudut halaman rumah tersebut.

Di samping papan tersebut terdapat sebuah tulisan mengenai sejarah singkat mengenai tempat persembunyian Pak Dirman.

"Rumah ini adalah tempat persembunyian yang paling lama ditempati Mbah Dirman saat perang gerilya. Saat beliau pertama kali datang ke sini, usia saya saat itu 7 tahun," cerita Supadi.

Masuk ke bagian dalam rumah, pengunjung akan menemukan beberapa kamar, dan salah satu kamar yang ada di bagian depan adalah yang ditempati Pak Dirman.


Rumah persembunyian Jenderal Soedirman di dusun Sobo, Desa Pakis Baru, Kecamatan Nawangan, Kabupaten Pacitan.

Orang-orang terdekatnya yang terdiri dari Supardjo Rustam, Tjokropranolo, Utoyo Kolopaking, tinggal di kamar-kamar sebelah kamar Pak Dirman.

Di bagian ruang tamu ada sebuah balai-balai (lincak) yang dulu juga sering digunakan Pak Dirman.

Selain lincak perabot lain yang ada di dalam rumah tersebut adalah sebuah meja dan enam kursi yang terbuat dari kayu.

Rumah tersebut terbagi dalam dua bagian, yakni bagian depan yang terdiri dari ruang tamu dan kamar, dan bagian belakang yang menjadi dapur.

Di dapur juga masih terdapat tungku tradisional yang menunjukan bahwa ruangan tersebut adalah dapur.

Di rumah bagian belakang itu pula terdapat sebuah foto Supardi bersama bapak-ibunya foto bersama Pak Dirman dan seluruh prajurit Pak Dirman di depan rumah bersejarah tersebut.

Diceritakan Supadi foto tersebut diambil sesaat sebelum Pak Dirman meninggalkan rumah yang telah ditinggalinya selama tiga bulan.

Markas Panglima Besar Jenderal Besar Sudirman tersebut layak masuk daftar kunjungan anda saat berada di Pacitan maupun Wonogiri.

Anda juga tidak perlu mengeluarkan uang untuk melihat dari dekat rumah tersebut, karena tidak ada retribusi untuk masuk kesana.

"Rombongan tentara dan pelajar sering datang kesini. Melalui rumah ini saya harap generasi muda tidak melupakan sejarah dan perjuangan Mbah Dirman," pungkas Supadi.

Sumber: Tribun Jogja
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
berita POPULER
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas