Pulau Sangalaki: Surga untuk Pecinta Snorkeling Sekaligus 'Rumah' bagi Ribuan Penyu Hijau
Pulau Sangalaki menjadi tempat bertelurnya penyu hijau yang banyak ditemukan di kepulauan Derawan.
Penulis: Muhammad Zulfikar
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, M Zulfikar
TRIBUNNEWS.COM, BERAU - Pulau Sangalaki yang berada di kepulauan Derawan memiliki keunikan tersendiri di antara pulau-pulau yang berada di sekitarnya.
Pasalnya, di pulau Sangalaki menjadi tempat bertelurnya penyu hijau yang banyak ditemukan di kepulauan Derawan.
Saat tiba di pulau Sangalaki, tidak ada dermaga tempat bersandar speed boat.
Pusat Pengendali Ekosistem Hutan kawasan Konservasi Penyu Sangalaki. (Stanley/Kompas.com)
Speed boat yang kami tumpangi bersandar tepat di tepi pulau Sangalaki.
Untuk menuju tempat bertelurnya penyu, kami harus berjalan kaki sejauh 100 meter.
Di dekat tempat penyu bertelur ada sebuah rumah yang ditinggali oleh petugas Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Timur.
Petugas BKSDA Kalimantan Timur, I Ketut Sukana yang mengurusi penyu di pulau Sangalaki menuturkan, ribuan penyu setiap tahun datang bertelur.
Menurutnya, setiap malam 10 ekor penyu bisa datang bertelur di pulau Sangalaki.
"Untuk puncaknya, penyu bertelur pada bulan Juli-Agustus," tutur Ketut.
Menurut Ketut, Penyu umumnya bertelur pada malam hari. Penyu yang banyak berada di pulau Sangalaki adalah penyu hijau dan penyu sisik.
Ratusan tukik berjalan menuju pantai di Pulau Sangalaki. (travel.grivy.com)
Setiap bertelur penyu umumnya menghasilkan hingga ratusan telur.
Namun tidak semua telur tersebut jadi menjadi anak penyu atau yang akrab disapa tukik.
"Biasanya yang jadi tukik hanya sekitar 80 persen saja. 20 persen telur penyu umumnya tidak jadi," tuturnya.
Pada saat kami berkunjung ke pulau Sangalaki, kami dapat bertemu dengan tukik yang baru menetas.
Namun sayang, kami tidak dapat melihat tukik itu dilepas ke laut, karena proses pelepasannya dilakukan pada malam hari.
Mengkhawatirkan
Meski bertelur hingga ratusan, namun keberadaan penyu semakin hari semakin mengkhawatirkan.
Pasalnya, dari 1.000 tukik yang lahir, hanya satu ekor saja yang berpeluang hidup sampai dengan dewasa.
"Memang tukik sulit menjadi dewasa karena banyak yang mengancam. Dari 1.000 tukik, hanya satu yang usianya bisa mencapai puluhan tahun," kata Ketut.
Menurut Ketut, saat awal dilepaskan ke habitat alaminya tukik sudah banyak mendapat ancaman.
Ancaman itu mulai dari kepiting hingga burung elang yang dapat mencegah tukik sampai ke laut.
"Di laut pun tukik masih mendapat ancaman dari ikan-ikan predator. Tapi yang lebih bahaya adalah manusia yang tidak perduli akan ekosistem penyu," tuturnya.
Untuk menghindari ancaman dari para predator, tukik pun dilepaskan pada malam hari ke laut.
Pada malam hari, tukik akan mampu berjalan ke arah laut dengan sendirinya.