Batam-Bintan Mulai Digenjot Jadi Tempat Pariwisata Andalan Indonesia
Ibarat pembalap formula Pj Gubernur Kepri Agung Mulyana mulai mengejar speed di ujung tikungan sirkuit tahun 2015 ini
Editor: Toni Bramantoro
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Ibarat pembalap formula, Pj Gubernur Kepri Agung Mulyana mulai mengejar speed di ujung tikungan sirkuit tahun 2015 ini.
Tahan napas, injak pedal gas sampai mentok, mata tak berkedip focus di track untuk membuktikan Great Batam sebagai andalan pariwisata Indonesia.
“Kami akan roadshow, promosi di Asia Timur, dengan sasaran Shanghai (Tiongkok), Hongkong, sampai ke Jepang,” jelas Gubernur Agung Mulyana saat menemui Menpar Arief Yahya di lantai 16 Gedung Sapta Pesona, Merdeka Barat, Jakpus.
ASEAN, terutama Singapore dan Malaysia, adalah dua negara yang paling dekat secara geografis dengan Kepri. Tentu, mempromosikan Great Batam Wonderful Indonesia sudah menjadi santapan sehari-hari Kadispar Kepri Guntur Sakti.
Semua celah, semua terobosan promosi yang efektif dilakukan dengan sasaran, menggaet pasar orang Singapore, pasar ekspatriat yang tinggal di Singapore dan membelokkan wisatawan destinasi Singapore ke Great Batam.
Ekspatriat di Singapore itu ada 1,6 juta orang. Jumlah wisman ke Singapore tiap tahun 15-16 juta orang. Belum lagi yang dari Malaysia? Setahun wisman di Malaysia ada 27-28 juta orang.
“Kami ngebut, kami optimis mampu kejar target yang dicanangkan Pak Menpar, 2,5 juta kunjungan setahun,” kata Gub Agung penuh semangat.
Dua negeri serumpun itu ibarat tetangga di beranda depan, otomatis harus dirawat, dijaga, dan dikembangkan agar semakin dekat.
Apalagi memiliki latarbelakang budaya yang mirip, postur, bentuk muka, warna rambut, jenis mata yang sama, bahasa yang nyambung. Lebih konkret dan mudah menjadikan Batam-Bintan itu semacam “tempat nongkrong di kedai kopi”-nya orang Singapore-Malaysia.
Tapi untuk mengejar target besar, kata Agung Mulyana yang didampingi Guntur Sakti itu, tidak cukup mengandalkan dua negara terdekat itu. Perlu menyongsong Tiongkok, Hongkong dan Jepang.
Menpar Arief Yahya malah menambahkan Korea Selatan, karena potensi Negeri Ginseng itu ke Indonesia dan mampir ke Batam Bintan juga semakin besar.
“Terbukti kan? Di Great Batam, yang pernah kita proyeksikan dengan konsep ASEAN Plus Three, yakni ASEAN dan trio Tiongkok, Jepang, Korea itu? Sampai dengan September 2015, Korea Selatan ternyata lebih agresif dan menyalip jumlah kunjungan dari Jepang? Karena itu, Korea juga harus disentuh,” usul Menpar Arief Yahya.
Lebih lanjut, Gubernur Agung Mulyana menyampaikan usulannya untuk lebih banyak membuat event budaya, art performance, dan kuliner di Batam-Bintan, untuk lebih menarik wisman.
Jika kalender event nya banyak, beraneka ragam, unik menarik, lalu dipromosikan di negara tetangga itu, imaka Great Batam akan lebih hidup dengan pariwisata.
“Kami izin untuk merencanakan lebih banyak event di Batam-Bintan,” kata Gubernur Agung yang langsung di-oke Menpar.
Usulan ketiga Gubernur Agung adalah membangun Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata di Anambas. Pulau itu sangat indah, pasir putih, laut jernih tembus pandang sampai kedalaman 5-7 meter pada bulan Mei-Agustus.
Cocok untuk underwater sea photo contest, dengan objek wisata bawah laut. Apalagi sudah ada bandara baru dengan landasan 1.600 meter yang siap beroperasi akhir tahun ini?
“Kami mohon dibuatkan Masterplan-nya, agar bisa mengundang investor di bidang pariwisata di sana,” pintanya.
Agung Mulyana juga berencana menemui Dubes Indonesia di Singapore, untuk mengundang duta-duta besar dari negara asing di Singapore, untuk menjelaskan kebijakan baru soal bebas visa, CAIT dan Cabotase itu. Karena, kebijakan baru itu perlu disosialisasikan dengan luas.
“Kita fight habis-habisan pak, kejar target pariwisata,” paparnya.
Menpar Arief Yahya menyambut gembira dan setuju dengan rencana-rencana Kepri itu. Termasuk mensosialisasi peraturan baru soal Bebas Visa Kunjungan (BVK) yang sudah ditambah oleh Presiden Jokowi, dari 45 sebelumnya, menjadi 90 negara.
Lalu penghapusan CAIT, yang memungkinkan yacht atau perahu pesiar untuk parkir di Batam-Bintan. Juga kebijakan soal cabotase yang memberi keleluasaan pada kapal berbendera non Indonesia untuk menurunkan dan menaikkan penumpang ke wilayah Indonesia.
“Itu semua peluru baru, regulasi baru, untuk yang dibisa dikemas dalam promosi Wonderful Indonesia dengan efektif,” kata Arief Yahya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.