Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Segarnya Es Dawet Ireng, Minuman Khas Jembatan Butuh, Purworejo

Dari sekian banyak penjual dawet ireng, salah satunya yang paling terkenal adalah dawet ireng Jembatan Butuh.

Editor: Malvyandie Haryadi
zoom-in Segarnya Es Dawet Ireng, Minuman Khas Jembatan Butuh, Purworejo
Tribun Jogja/Hamim Thohari
Dawet Ireng. 

Laporan Wartawan Tribun Jogja, Hamim Thohari

TROBUNNEWS.COM, PURWOREJO - Bagi masyarakat Jawa, dawet adalah minuman tradisional yang cukup terkenal.

Namun di daerah Purworejo terdapat dawet yang berbeda dari kebanyakan daerah lain.

Adalah dawet ireng (hitam), minuman tradisional bercita rasa manis gurih yang menjadi ciri khas Kabupaten yang masuk dalam wilayah Jawa Tengah tersebut.

Sesuai dengan namanya, dawet ireng (hitam) ini memiliki warna dawet yang hitam.

dawet ireng
Suasana warung dawet ireng Jembatan Butuh. (Tribun Jogja/Hamim)

Dari sekian banyak penjual dawet ireng, salah satunya yang paling terkenal adalah dawet ireng Jembatan Butuh.

Warung sederhana yang terletak di tepi jalan raya Purworejo-Kebumen tepatnya berada di sisi timur Jembatan Butuh ini setiap harinya selalu ramai oleh pembeli.

Berita Rekomendasi

Diceritakan Sugeng (58) penjual dawet ireng jembatan Butuh, usaha jualan dawet tersebut diwarisinya dari sang kakek yang telah berjualan sejak tahun 1960.

"Bisa dibilang simbah adalah orang pertama yang memperkenalkan dawet ireng. Menurut cerita simbah, saat dia pertama kali berjualan dawet ireng belum ada yang berjualan dawet ireng saat itu," ujarnya.

Minuman yang satu ini berisikan dawet yang terbuat dari tepung sagu aren, ditambah gula jawa cair, dan santan.

Untuk menghasilkan dawet berwarna hitam digunakan pewarna alami, yakni abu dari proses pembakaran batang padi (merang).

Rasa dari dawet ireng adalah segar, manis, gurih, dan mengenyangkan.

Karena berada di pinggir jalan utama jalur selatan pulau Jawa, dawet ireng jembatan Butuh ini selalu ramai disinggahi pengguna jalan dari luar daerah Purworejo.

Diceratakan Sugeng, dawet ireng mulai banyak dikenal masyarakat paska pernikahan mantan Bupati Kebumen Rustriningsih pada bulan Juni 2004 yang lalu.

"Saat Bu Rustri menikah, saya diundang utuk menyediakan dawet kepada tamu undangan.

Dari sana banyak orang mengenal dawet ireng, dan banyak media memberitakan dawet ini," ujar Sugeng.

Tak berselang lama, di sepanjang jalan raya Purworejo-Kebumen semakin banyak yang berjualan minuman ini dan menjadikannya minuman tradisional khas Purworejo.

Setiap harinya warung dawet sederhana ini buka dari pukul 09.00 pagi hingga sore hari sekitar pukul 17.00.

Untuk melayani pembeli biasanya Sugeng bergantian dengan adiknya untuk berjualan dawet.

Karena setiap harinya selalu diserbu pembeli, dalam sebulan batang padi (merang) yang dibakar bisa mencapai lima kwintal hingga satu ton.

Untuk satu porsi dawet ireng harganya sangat terjangkau, yakni hanya Rp. 3.500.

Jika anda sedang melewati wilayah Butuh atau berkunjung ke Purworejo tidak ada salahnya mampir ke warung legendaris yang satu ini. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas