Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Jelajah Candi-candi 'Kamasutra' di India dan Teori tentang Keberadaan Ukiran Erotis di Tempat Suci

Candi dipandang sebagai tempat belajar dan beribadah, khususnya dalam seni yang lebih luhur, termasuk seni bersanggama. Benarkah pandangan ini?

Editor: Malvyandie Haryadi
zoom-in Jelajah Candi-candi 'Kamasutra' di India dan Teori tentang Keberadaan Ukiran Erotis di Tempat Suci
Charukesi Ramadurai via BBC Indonesia/National Geographic
Relief di salah satu candi 

Ada gambar dewa dan dewi, para prajurit dan musisi, hewan dan burung.

Seperti adegan dari candi lain di India. Banyak dari pahatan ini bersifat erotis, dengan menampilkan lelaki, perempuan dan binatang.

Meskipun sejumlah batu sudah retak dan beberapa anggota tubuh patung sudah patah, pahatan itu masih tetap begitu bagus keadaannya mengingat candi itu sudah berusia lebih dari 1.000 tahun.

Ada berbagai teori mengenai keberadaan gambar-gambar erotis yang begitu grafis itu.

Salah satu teori adalah karena raja-raja dari dinasti Chandela merupakan pengikut prinsip-prinsip Tantrik, yang mendiktekan agar adanya keseimbangan antara kekuatan lelaki dan perempuan.

Oleh karena itu mereka mempromosikan keyakinan mereka pada candi-candi yang mereka dirikan.

Teori lainnya memiliki hubungan dengan peran candi pada masa itu: candi dipandang sebagai tempat belajar dan beribadah – khususnya dalam seni yang lebih luhur, termasuk seni bersanggama.

Berita Rekomendasi

Selain itu, sejumlah orang percaya bahwa penggambaran aktivitas seksual dianggap sebagai pertanda baik karena mewakili permulaan baru dan kehidupan baru.

Di samping itu, Hinduisme memang secara tradisional menganggap seks sebagai bagian penting kehidupan, yang bisa menjelaskan mengapa pahatan-pahatan itu diselingi berbagai macam kegiatan lain seperti berdoa dan perang.

Fakta bahwa pahatan seksual ini dipajang jelas di muka umum dan tidak disembunyikan di sudut yang suram.

Kelihatannya, menunjukkan bahwa para pembuatnya memang memaksudkan agar pahatan itu semua dilihat orang.

Anehnya, tidak ada alasan mengapa candi-candi penuh hiasan ini didirikan di Khajuraho, karena tidak ada catatan yang jelas apakah ada kerajaan di lokasi itu.

Masih bertahannya motif-motif grafis ini mungkin berhubungan dengan terisolasinya mereka selama ratusan tahun di tengah-tengah hutan lebat wilayah itu, dan baru kemudian ditemukan seorang warga Inggris, Kapten TS Burt, pada tahun 1838.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas