Pulau Senoa, "Mutiara" di Ujung Nusantara dan Legenda Mistis Seputar Tempat Ini
Walau sering dikunjungi, tidak banyak warga yang ke sana, lantaran mahalnya tarif pompong yang berkisar Rp400 ribu.
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan Wartawan Tribun Batam, Elizagusmeri
TRIBUNNEWS.COM, BATAM - Senoa, adalah pencuri pandangan.
Satu pulau di ujung Kepulauan Riau persembahan dari Natuna.
Warga sekitar juga menyebut Pulau ini Senue.
Pulau ini masih belum memiliki fasilitas, Anda disarankan membawa bekal ke sini. (Tribun Batam/Elizagusmeri)
Sorot mata terhempas pada pantai berpasir yang memanjang itu.
‘Genit’ memanggil untuk datang ke sana. Ingin rasanya berenang ke pulau itu.
Kelihatannya tak jauh. Ombak di perairan itu besar, pulau itu pun tidak sedekat yang terlihat.
Walau sering dikunjungi, tidak banyak warga yang ke sana, soalnya tarif pompong pulang pergi berkisar Rp400 ribu.
Belum ada fasilitas apa-apa, disarankan membawa bekal ke lokasi ini.
Begitupun untuk snorkeling atau diving, harus memawa langsung dari Rana, Natuna.
Namun itu tak masalah, inilah petualangan.
Penarik pompong (perahu) selalu standby membawa penumpang ke Pulau Senoa.
Rupanya tiap minggu selalu ada yang menyediakan jasa penyeberangan ke Senoa.
Wisatawan akan disuguhkan pemandangan air laut yang jernih dan pasir putih menghampar. (Tribun Batam/Elizagusmeri)
Laju pompong akhirnya membawa ke Senoa. Sedikit demi sedikit gelombang mulai menggoyang perahu.
Perjalanan memakan waktu sekitar 20 menit di atas pompong. Senoa menanti.
Lautnya bening. Disambut dengan pasir putih seperti tepung terigu.
Beberapa wisatawan nampak asyik berenang menelusuri jernihnya air laut di pesisir pantai Senoa.
Memang indah pulau ini. Apalagi jika dibuat penginapan dan fasilitas lainnya.
Ada sebuah bukit batu di dekat pantai yang mirip gaya pemandangan di Bali. Langsung saja, mendadak ‘autis’ berfoto di sana.
Pulau ini tak berpenghuni. Namun dengan keindahan pantainya dan air lautnya yang sangat jernih, ditambah eksotisme batu alam, tak heran jika Pemkab Natuna memasukkan Senoa dalam daftar wisata unggulan provinsi Kepri yang akan digarap.
Mudah-mudahan saja pulau ini bisa dipoles menjadi mutiara pariwisata Kabupaten ujung utara di Kepri ini.
Sudah lama. Juga Senoa berdiam diri tanpa polesan.
Terumbu karang dan macam-macam ikan serta aneka biota laut lainnya bisa dijumpai di Pulau ini.
Bagian belakang Pulau Senoa ada sebuah goa tempat sarang burung wallet.
Pulau ini pun disebut sebagai lokasi tempat penyu-penyu bertelur saat musim.
Di sini cukup lah membuat membuat pikiran menjadi fresh kembali sengan suguhan keindahan alam yang jarang-jarang dinikmati.
Legenda Pulau Senoa
Entah dari mana awal mulanya muncul legenda tentang Pulau Senoa.
Yang jelas, masyarakat nampak membumbui bermacam-macam cerita terkait pulau ini.
Mulai dari tidak boleh berkata-kata kasar atau tidak pantas di sini, hingga legenda ibu hamil serakah yang berubah menjadi pulau.
Kalau perhatikan seksama memang pulau ini nampak seperti seorang wanita hamil yang tengah berbaring.
Pulau Ibu Hamil, nama lain yang melekat pada objek ini.
Ceritanya, ada pulau yang menghubungkan nama Senoa dengan istilah serakah pada bahasa melayu lama.
Alkisah cerita tentang seorang Datok Panglima Hitam mempersunting anak Raja Senubing yang cantik bernama Engku Patimah atau Mai Lamah.
Warga dulunya banyak yang tak suka dengan tabiat Engku Patimah yang pelit.
Segala barang-barang yang sekecil apapun tidak boleh dipinjamkan bahkan diberikan.
Suatu ketika saat Engku Patimah hamil tua, Datok Panglima Hitam pergi melaut.
Di tengah malam saat suaminya pergi, Engku Patimah yang sering diumpat kata-kata bertuah warga diduga mendapat bala.
Entah kenapa tiba-tiba malam hari itu Ia mendengar suara yang mirip seperti suara suaminya memanggil dari luar.
Sontak langsung saja Engku Patimah bergegas melihat suaminya.
Namun rupanya suara tersebut bukanlah suaminya melainkan suara makhluk yang menyeramkan.
Engku patimah pun ketakutan dan mencoba melarikan diri.
Namun makhluk itu nampak mengikuti Engku Patimah.
Saat ia minta pertolongan, tak ada satupun warga yang mempedulikan teriakan.
Karena warga enggan berurusan dengan Engku Patimah.
Lalu Engku Patimah berniat memberi tahu suaminya yang mencari ikan di sekitaran Pantai Sepempang.
Dalam dalam upaya menyelamatkan diri itu, Engku Patimah yang tengah dalam kondisi hamil tak kuat.
Ia pingsan, dan dilihat oleh suaminya.
Namun saat didekati, Engku Patimah seperti orang kesurupan.
Makhluk ini masuk ke raganya dan ia wujudnya berubah tampak seperti raksasa.
Datok Panglima Hitam pun melihat keberadaan makhluk yang tidak biasa ini.
Ia mencoba mengusirnya. Saat itu terjadilah perseteruan antara raga dan jiwa Engku Patimah.
Tanpa sengaja, Datuk Panglima Hitam yang merasa terancam mengeluarkan keris sakti yang dimilikinya.
Tapi justru hal itu melukai Raga Engku Patimah. Ia menyesal turut menghabisi istrinya yang dirasuki makhluk tersebut.
Lantas raksasa itu terbaring.
Ia terkapar di tengah laut dan berubah menjadi pulau.
Pulau ini menyerupai ibu hamil yang tak lain istrinya sendiri, dan Datuk Panglima pun merasa bersalah.
Namun itu merupakan satu dari berbagai versi cerita tentang legenda seorang ibu hamil yang congkak. Banyak versi lainnya yang muncul dari cerita warga.
Terlepas dari kisah itu, Senoa tetap menyimpan misteri keindahan alam Natuna.
Membuat penasaran muncul setiap menginjakkan kaki di lokasi ini. Senoa, selalu cantik tanpa polesan.