Menu Asam Pedas Baung di Resto Bersuasana Kental Melayu di Pekanbaru
Mau menyantap menu asap pedas baung di resto bersuasana kental Melayu? Di sini lokasinya.
Editor: Agung Budi Santoso
Laporan Vina Dwinita
TRIBUNNEWS.COM, PEKANBARU - Melangkahkan kaki memasuki Pondok Asam Pedas Baung di Jalan Sudirman, suasana melayu sudah dirasakan.
interior yang didesain dengan etnik melayu, menggunakan kayu, sehingga menambah keasrian dan kenyamanan makan di pondok ini.
Selain itu juga, susunan ruang juga terlihat apih. di sebelah kiri untuk yang ingin santai ada lesehan, kemudian ditengah-tengah untuk kursi biasa.
Ada juga ruang VIP dan meeting jika ingin untuk acara atau lebih eksklusif.
Kemudian sebagai hiburan juga ada orgen, dan konsumen juga bisa memanfaatkan orgen tersebut menyumbangkan suaranya untuk menghibur.
Pondok Asam Pedas Baung di Pekanbaru.
Pantasan saja, tempat ini selalu ramai dikunjungi baik pada jadwal makan siang maupun makan malam.
Tidak hanya dari dalam kota, dari luar kotapun sudah sering datang ke tempat ini, apalagi di akhir pekan.
Tidak hanya orang biasa, artis ibukota, bahkan pejabatpun sudah banyak yang menikmati menu yang disajikan di pondok yang sudah sebelas tahun berdiri ini.
Selain tempatnya yang nyaman, menunya juga menjadi salah satu faktor tempat ini ramai dikunjungi.
Sesuai dengan namanya, Asam pedas baung menjadi menu andalannya.
Menurut pemilik Pondok Asam Pedas Baung, Maryeni meskipun banyak rumah makan lainnya yang menyediakan menu asam pedas baung, namun pondok makan miliknya memiliki rasa dan ciri khas tersendiri.
Dimana bumbu-bumbu yang disajikan adalah bumbu-bumbu pilihan. Misalnya untuk cabai, ia hanya mau menggunakan cabai yang berasal dari Bukit Tinggi, karena cabai ini tidak terlalu banyak mengandung air.
Sehingga ketika diolah, cabai terlihat kering dan rasanyapun lebih gurih dan pedas.
Kemudian cabai tersebut, benar-benar yang bagus kualitasnya, bukan cabai-cabai busuk atau yang hampir busuk.
"Rasa asam pedas baung kita, memang pedas, tetapi pedasnya sebentar, dan tak sampai membuat telinga memerah," sebutnya.
Kemudian cabai tersebut, termasuk bumbu-bumbu lainnya digiling sendiri, tidak menggunakan blender.
"Kita giling sendiri bumbunya, bukan dibeli di pasaran yang sudah digiling tersebut, karena selain rasanya yang kurang enak, juga karena kurang terjamin higienisnya dan ada juga yang menggunakan unsur kimia.
"Kita sangat menjaga kualitas masakan dan kepuasan konsumen," kata Ketua Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (Iwapi) Kota Pekanbaru ini.
Untuk ikannya, digunakan ikan yang masih segar dari Kampar. Setiap hari ikan ini dibeli untuk habis pada hari yang sama, sehingga tidak distok atau tidak ada lebih yang disimpan di lemari es.
Setiap hari, bisa membeli ikan baung ini, sekitar 30-40 kilogram. "Kita tidak ada stok ikan, setiap hari terus bertukar, sehingga lebih fresh dan segar," katanya.
Beda dari pondok lainnya yang menunya dipesan, pondok asam pedas baung ini semua menu di hidangkan, mirip seperti di rumah makan padang.Kemudian dihitung berdasarkan apa yang telah dimakan.
Namun, menu-menu yang disajikan dalam keadaan selalu panas karena diletakkan di hot plat.
Selain itu, menu makanan yang menjadi unggulannya, juga ada beberapa makanan lainnya seperti gulai ikan salai + daun ubi, gulai telur ikan yang dibungkus daun, dan lain-lain.
Kemudian berbagai makanan rumahanpun ada seperti sambal terung, tempe, ikan asin, jengkol digulai maupun digoreng juga tersedia.
Selain makan di tempat, menu di sini juga bisa dijadikan oleh-oleh untuk dibawa ke luar riau. Dengan menggunakan termos, yang bisa tahan beberapa hari," katanya.