Diare dan Gangguan Pencernaan Sembuh Dengan Buah Rumbia Ini, Cuma Goceng !
Buah rumbia asal Kalsel ini ampuh menghadang diare dan gangguan pencernaan. Cuma goceng, harganya!
Editor: Agung Budi Santoso
TRIBUNNEWS.COM, BANJARMASIN - Buah Rumbia banyak ditemui di hutan-hutan Kalimantan.
Pohon ini memiliki buah yang bentuknya bulat dan bersisik, mirip dengan sisik kulit salak namun ruasnya lebih besar.
Buahnya berisi biji dan bobotnya ringan.
Jika digoncang-goncang, bijinya terdengar kecil dan berbunyi.
Ukuran buahnya ada yang besar ada juga yang kecil.
Tak banyak yang menjual buah ini di Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
Jika mau membelinya, Anda harus ke Pasar Sentra Antasari di Jalan Pangeran Antasari, Banjarmasin.
Buah rumbia asal Kalsel.
Di sana ada satu pedagangnya, yaitu Kasim yang sering berjualan barang-barang antik dan buah-buah atau akar-akar pohon untuk pengobatan.
Buah rumbia ini, katanya, memiliki banyak khasiat misalnya sebagai obat sakit perut seperti luka lambung dan buang air besar berdarah.
Cara memakainya, cukup dibelah buah tersebut lalu direndam menggunakan air hangat atau dingin.
"Kecuali dengan air es tidak bisa. Direndamnya sekitar 10-15 menit saja, lalu diminum tiap hari," ujarnya.
Fungsi lainnya bisa juga untuk obat antidiare, mengobati luka bakar dan menyembuhkan luka apa pun di kulit.
Buah tersebut dipasoknya dari hutan-hutan di daerah pegunungan Loksado, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan.
Biasanya, ada orang sana yang memasoknya ke dia.
"Biasanya saya memiliki setok yang banyak. Lumayan banyak peminatnya," bebernya.
Rasanya sepat.
Sebiji dijual cuma seharga goceng alias Rp 5.000.
Buah itu sudah lama dijualnya di pasar ini.
Sayangnya, belakangan ini sempat terhenti pasokannya karena maraknya pembakaran lahan di Kalimantan Selatan.
Buah-buah hutannya pun turut terbakar.
"Yang mencarinya ke hutan nggak ada karena hutannya terbakar, jadi pasokan sempat terhenti lama. Tetapi sekarang ada lagi," ungkapnya.
Rumbia adalah pohon sagu yang memiliki banyak kegunaan.
Selain buahnya, daunnya juga kerap dijadikan atap rumah orang-orang Kalimantan di masa lalu.
Dia biasa berjualan tiap hari di pasar tersebut.
Lapaknya kecil saja, tepatnya di area selasar sebelah kanan pasar dekat para pedagang barang antik dan cincin batu.
Dari pintu utama pasar, belok saja ke kanan menyusuri daerah parkir kendaraan roda dua.
Berhentilah di daerah yang banyak pedagang barang antik dan cincin batu kaki lima karena pria ini selain berjualan buah rumbia juga menjajakan barang-barang antik, jimat dan uang kuno.
Menuju pasar ini, tinggal naik saja angkutan umum jurusan Pasar Sentra Antasari.
Tarifnya Rp 4.500 per orang. (Yayu Fathilal)