"Black Friday", Pestanya Pemburu Diskon di London, Brand Terkenal Beri Potongan Harga Gila-gilaan
Diskon besar hingga 50 persen yang ditawarkan retail besar memang menjadi pemikat calon pembeli untuk belanja.
Editor: Malvyandie Haryadi
Retail pakaian asal Jepang, Uniqlo, juga menjadi sasaran.
Namun, toko yang tampaknya menjadi pilihan utama para calon pembeli di Oxford Street adalah Primark.
Perusahaan retail yang berkantor pusat di Dublin, Irlandia, itu memang dikenal menawarkan produk yang tidak kalah berkualitas, namun dengan harga yang lebih terjangkau.
Sebuah kaos dengan model fleece shirt bisa didapat seharga 7 pounds (sekitar Rp 140.000).
Sweater dengan model jumper atau hoodie pun banyak yang dijual seharga 10 pounds (sekitar Rp 200.000) hingga 14 pounds (sekitar Rp 280.000).
Adapun kemeja lengan panjang bergaya formal ada yang dijual seharga 7 pounds (sekitar Rp 140.000) hingga 15 pounds (sekitar Rp 300.000).
"Di sini Primark memang ramai dan sering menjadi pilihan karena harganya yang dikenal lebih murah, terutama buat anak muda," kata Hastin Dumadi, First Secretary di KBRI London.
Primark yang berada di Oxford Street, London, menjadi salah satu retail favorit saat belanja Black Friday, Jumat (27/11/2015). (Bayu Galih/Kompas.com)
Hastin juga menjelaskan, tradisi Black Friday di Inggris memang berbeda dengan AS.
Jika umumnya Black Friday di AS dimulai tengah malam pada Jumat, maka di Inggris tradisi belanja itu bisa berlangsung selama tiga hari.
"Karena itu suasananya relatif lebih tentram, tanpa desak-desakan, karena ada yang memilih belanja Sabtu atau Minggu," kata Hastin, yang juga pernah ditempatkan di Washington, AS.
Dilansir dari The Guardian, tradisi Black Friday di Inggris memang baru dikenal pada 2010.
Perusahaan belanja online Amazon menjadi retail pertama yang memperkenalkan penawaran Black Friday ke Inggris.
Lalu pada 2013, Asda, toko yang dimiliki Walmart, mulai memberikan penawaran Black Friday.
Asda menjadi pelopor yang menyebabkan toko dan retailer di Inggris memberikan penawaran diskon besar Black Friday.
Meski relatif tenang, Black Friday tetap memunculkan kepadatan lalu lintas di London, terutama di kawasan belanja seperti Oxford Street.
"Wajar, tidak setiap hari juga kan Black Friday," kata Waled Said, mahasiswa kedokteran gigi yang juga staf KBRI London dan keturunan Indonesia.