Ujong Blang, Pantai Indah di Pinggir Kota Lhokseumawe, Sayang Masih Banyak Sampah Berserakan
Terletak tak jauh dari jantung kota membuat Pantai Ujong Blang tak pernah sepi pengunjung. Pemandangannya indah.
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan Wartawan Serambi Indonesia, Nurul Hayati
TRIBUNNEWS.COM, ACEH - Terletak tak jauh dari jantung kota, membuat Pantai Ujong Blang tak pernah sepi pengunjung.
Pantai yang meliputi empat desa yaitu Desa Ujong Blang, Ulee Jalan, Hagu Barat Laut, dan Hagu Tengah Kecamatan Banda Sakti itu merupakan salah satu destinasi bahari tertua dan cukup kesohor di Kota Lhokseumawe.
Lhokseumawe sendiri berasal dari kata lhok yang bermakna ‘dalam’ dan seumawe yang bermakna air yang berputar-putar atau pusat mata air.
Pantai Ujong Blang. (Serambi Indonesia/Nurul)
Sehingga jika diartikan Lhokseumawe bermakna kota yang di dalamnya dikitari air.
Pantai Ujong Blang membentang dari muara sungai Cunda, Kecamatan Muara Dua.
Ujong berasal dari bahasa lokal yang berarti ujung dan blang bermkana sawah.
Penamaan yang demikian merujuk pada kondisi geografis Lhokseumawe yang awalnya berupa areal sawah, rawa, dan tanah kosong.
Oleh Kementerian RI, pada tahun 2012 pantai yang terpaut hanya 3 Km dari pusat kota tersebut ditetapkan sebagai salah satu destinasi wisata.
Kuliner terutama rujak dan aneka ikan bakar menjadi daya tarik utama tempat ini.
Rata-rata mereka yang pernah kemari mengaku tak lengkap berkunjung ke Pantai Ujong Blang tanpa mencicipi rujak.
Rujak Ujong Blang. (Serambi Indonesia/Nurul Hayati)
“Ciri khas rujak Ujong Blang adalah memakai manisan, bukan gula aren seperti umumnya rujak,” tutur Diana, salah seorang peracik rujak Ujong Blang.
Deretan pondok yang jumlahnya mencapai puluhan berjejer menawarkan cemilan itu.
Kelapa muda menjadi teman pas acara santap rujak.
Masing-masing dihargai Rp 8.000 dan Rp 4.000 per porsinya.
Tempat ini buka mulai pukul 06.30-18.00 WIB.
Namun karena belum terkelola dengan baik, membuat Pantai Ujong Blang acapkali bertabur sampah.
Sesuatu yang merusak pemandangan dan tentu saja mengganggu kenyamanan pengunjung.
Pun begitu, ketika akhir pekan atau libur tanggal merah tiba, pengunjung tumpah ruah ke tempat wisata ini.
Seperti pemandangan yang terlihat pada Sabtu (26/12/2015), pesanggrahan kecil itu menyemut oleh manusia.
Di bibir pantai, anak-anak bermain pasir dan berlarian berkejar-kejaran dengan ombak.
Jika ingin berenang juga bisa.
Pagi atau sore hari menjadi waktu yang tepat untuk memuaskan hobi berenang.
Ban karet, banana boat, atau boat nelayan siap membawa anda membelah pantai.
Cukup merogoh kocek antara Rp 10 ribu – Rp 30 ribu, maka anda sudah bisa melepas rindu akan laut biru.
Jika beruntung pada saat-saat tertentu anda juga bisa menyaksikan aksi nelayan menarik pukat.
Mata pencaharian dan sekaligus salah satu andalan Lhokseumawe yang pada masanya dikenal dengan sebutan Kota Petro Dolar.
Lumbung gas sekaligus jantung ekonomi Aceh.
Batu pemecah ombak memeluk sebagian bibir pantai Ujong Blang yang berlatar PT Arun NGL.
Menuju lokasi
Kota Lhokseumawe berada di pesisir Timur Utara Aceh.
Terletak antara Kota Banda Aceh dan Medan.
Jika berangkat dari Kota Banda Aceh atau dari Kota Medan maka memakan waktu sekitar 6 – 7 jam perjalanan darat.
Melintasi jalan nasional Banda Aceh – Medan dengan menumpang bus atau minibus bertarif Rp 100 ribuan.
Kota kecil itu juga bisa diakses melalui udara dengan menumpang pesawat yang terbang empat kali dalam seminggu.
Melayani rute via Bandara Kuala Namu (Medan) – Bandara Malikussaleh (Lhokseumawe) dengan tarif tentatif, sekitar Rp 300 ribuan.
Jika sudah sampai di pusat kota, tinggal memakai jasa becak yang memang banyak berseliweran menawarkan jasa.
Cukup tambahkan Rp 15.000 rupiah ke dalam daftar biaya transportasi anda, maka abang becak siap mengantar penumpang ke tempat tujuan.
Jika kebetulan berkesempatan berkunjung atau melintasi Kota Lhokseumawe, tak ada ruginya bertandang ke Pantai Ujong Blang.
Destinasi wisata bahari sekaligus kuliner nan menggoda.