Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Tiga Kuliner Ayam Khas Aceh yang Dijamin Menggugah Selera Makan Anda

Ada tiga gerai makanan kali ini yang akan kami ulas karena menawarkan Aceh original taste.

Editor: Malvyandie Haryadi
zoom-in Tiga Kuliner Ayam Khas Aceh yang Dijamin Menggugah Selera Makan Anda
Serambi Indonesia/Nurul Hayati
Ayam tangkap. 

Laporan Wartawan Serambi Indonesia, Nurul Hayati

TRIBUNNEWS.COM, ACEH - Berkunjung ke suatu daerah tentu tak lengkap tanpa mencicipi kuliner khas daerah setempat.

Dari provinsi paling barat Indonesia, Aceh, terdapat berbagai kuliner khas olahan ayam.

Ini juga menjadi kabar gembira bagi anda penikmat ayam goreng.

Ada tiga gerai makanan kali ini yang akan kami ulas karena menawarkan Aceh original taste.

ayam
Ayam Sampah atau Ayam Tangkap, sajian Rumah Makan Aceh Rayeuk, di Jalan Tgk Imum Luengbata, Banda Aceh. (Serambi Indonesia/Nurul)

1. Ayam tangkap

Dari namanya saja makanan yang satu ini sudah unik.

Berita Rekomendasi

Ayam sampah atau ayam tangkap, begitu nama populernya.

Disebut ayam sampah karena makanan yang menjadikan ayam goreng sebagai komposisi utama disajikan bersama gunungan daun rempah berupa temuru (sejenis kemangi) dan pandan yang digoreng kering.

Tak heran kalau kemudian pembeli menamainya ayam sampah.

Sedangkan nama ayam tangkap merupakan nama yang disematkan oleh pemilik usaha rumah makan.

Pasalnya pembeli bebas memilih ayam mana yang hendak disantap, baru kemudian ditangkap dan diolah oleh koki untuk disajikan kepada si pemesan.

Sama seperti namanya, cara menyantapnya juga unik.


Daun temuru dan pandan yang memenuhi hampir semua permukaan piring hanya menyisakan sedikit celah bagi potongan ayam yang mengintip dibalik gunungan daun.

Oleh karena itu jika hendak memakannya, maka anda harus mengubek-ubek terlebih dulu guna menemukan ayam yang dipotong kecil-kecil yang tertimbun dedaunan.

“Ayam tangkap cocok dimakan berdua atau bertiga. Porsinya cukup besar dan enak disantap dengan nasi selagi hangat,” ujar Nunung, warga asal kota setempat yang makan bersama seorang teman.

Rumah makan yang beralamat di Jalan Tgk Imum Luengbata, Banda Aceh tersebut konon merupakan tempat pertama yang memperkenalkan ayam tangkap di ibukota provinsi paling barat Indonesia tersebut.

Kini keberadaan warung makan yang menyajikan makanan serupa kian sulit ditemui.

Setiap harinya Rumah Makan Aceh Rayeuk menghabiskan hingga 150 ekor ayam untuk memenuhi permintaan pembeli.

Selain melayani pembeli yang makan di tempat, Boy sang pemilik juga menerima pesanan dari berbagai daerah di Indonesia.

Tempat yang berdiri sejak 1996 ini buka dari jam 09.00 – 22.00 WIB setiap harinya.

Khusus bagi anda yang membawa pulang atau memesan, makanan tersebut tahan hingga 4 hari. Cukup disimpan dalam microwave atau dipanaskan dengan cara digonseng.

Karena dimasak dalam kondisi kering betul, maka tak perlu khawatir citarasanya berubah.

Boy mengungkap dirinya setia menggunakan jenis ayam kampung yang terbilang muda.

Tempatnya mempekerjakan seorang koki khusus untuk mengolah ayam spesial tersebut.

Untuk menikmati seporsi ayam tangkap, kita harus merogoh kocek Rp 60.000.

Hmmm... meriahnya makan.

2. Ayam Lepaas

ayam
Karyawan siap menyajikan menu ayam goreng di gerai Ayam Lepaas. (Serambi Indonesia/ Nurul Hayati)

Berdiri sejak 2009 silam, Ayam Lepaas menasbihkan diri sebagai Aceh Original Fried Chicken.

Kuliner dari Tanah Rencong dikenal dengan citarasanya yang kaya bumbu dan rempah.

Citarasa otentik itulah yang diusung dan menjadi daya jual brand asli Aceh, Ayam Lepaas.

Dari segi marketing, namanya saja sudah menjual.

Tak kurang dari 1.100 karyawan dipekerjakan untuk melebarkan sayap bisnis milik pengusaha muda asal Kabupaten Aceh Utara, Suparno.

Kini tak kurang dari 90 gerai Ayam Lepaas tersebar di 15 provinsi di Indonesia, tak terkecuali di ibukota, Jakarta.

Termasuk mengepakkan sayapnya ke negeri jiran, Malaysia.

“Sambal ayam lepas rasa pedasnya berasa, pokoknya nendang. Apalagi ayamnya disajikan dengan kriuk-kriuk dan dalam keadaan panas usai digoreng,” begitu rata-rata komentar pengunjung.


Di Kota Banda Aceh sendiri terdapat 4 gerai ayam lepaas masing-masing di kawasan Peuniti, Batoh, Simpang 5, dan kawasan Lamnyong.

Tempat makan itu buka dari pagi hingga pukul 22.00 WIB.

Eddy, warga Keutapang Kota Banda Aceh mengaku meskipun ayam goreng ala Ayam Lepaas ukurannya terbilang lebih kecil daripada franchise lainnya, namun ayam lepas menang di rasa, sambalnya pun juara.

Cara menyantapnya ayam goreng disuwir-suwir sesuai selera dan dicocolkan ke dalam sambal.

Sensasi pedasnya bisa membuat bibir mendesis dan keringat menetes.

Citarasa pedas didapat dari sambal yang digiling kasar dengan bahan utama menggunakan cabai rawit.

Ayam Lepaas hadir dalam satu paket dengan nasi, lalapan berupa potongan terong goreng, mentimun, kol, dan tak ketinggalan selada.

Lidah anda tak tahan atau memang tak doyan pedas? tak perlu khawatir.

Pemilik usaha ini juga meracik sambal dengan citarasa lebih ‘bersahabat’.

Jika anda termasuk golongan yang kedua, silahkan menjatuhkan pilihan pada paket ayam lemes.

Perbedaannya terletak pada sambal yang digunakan yaitu lebih dominan komposisi cabai merah
dan tomat.

Untuk harga cukup bersabahat dengan kantong.

Satu paket porsi ayam lepaas atau ayam lemes dihargai Rp 19.000 saja.

Selain makan di tempat, pihak pengelola juga menerima pesanan untuk berbagai acara.

Ketika Bulan Ramadhan, franchise makanan lokal yang telah merambah pasar luar negeri ini banyak dijadikan sebagai pilihan favorit acara buka puasa bersama.

Bagaimana dengan anda? Sudahkah mencicipi franchise Aceh yang satu ini di kota masing-masing?

3. Ayam Penyet Pak Ulis

 ayam

Satu lagi franchise asli Aceh yaitu, Ayam Penyet Pak Ulis.

Berdiri sejak 2006 lalu, brand makanan lokal ini sudah memiliki 14 cabang.

Aroma yang ditebarkan sudah sampai ke Kota Pekan Baru, Riau.

Memanjakan lidah para penikmat olahan ayam dan seafood.

Nama Ayam Penyet Pak Ulis sudah tak asing lagi di telinga penikmat kuliner, khususnya mereka yang berdomisili di Kota Lhokseumawe.

Dari kota yang berjuluk ‘Petro Dolar’ itulah ayam penyet lahir dan dikenal luas ke kabupaten/ kota lainnya sepanjang pesisir utara timur Aceh.

Adalah Mukhlis, nama lain dari Pak Ulis si pemilik brand.

“Ide ini tercetus lantaran bisnis kuliner tak matinya,” terang Mukhlis atau Pak Ulis semangat.

Satu dasawarsa silam, ayam penyet belum akrab dengan lidah kebanyakan orang yang berdiam di Aceh.

Ayam yang diolah dengan cara dikukus dan digoreng serta tentu saja dipenyet menghasilkan tekstur daging yang lunak hingga tulang belulangnya.

Baru diolah ketika dipesan membuat ciatarasanya sempurna dengan wangi yang menggugah selera.

Satu porsi ayam penyet yang dibanderol Rp 15 ribu terasa cukup mengenyangkan perut.

Paket ayam penyet hadir bersama nasi putih, lalapan, dan tak ketinggalan sambal.

Tesktur daging yang sudah dipenyet garing namun lembut di dalam.

Dimakan dengan cara disuwir-suwir dan dicocol ke dalam sambal yang bercitarasa pedas manis.

Kombinasi cabai merah dan tomat yang pas.

Di sini kita juga bisa memesan nasi dan ayam secara terpisah atau menggantinya dengan menu lain yang tak kalah menggoda selera.

Sebut saja ayam bakar dengan sambal kecapnya yang membuat liur menetes.

Anda bukan penikmat daging? Tenang saja.

Pemiliknya yang juga seorang anggota DPRK setempat menyediakan aneka olahan seafood.

Seperti udang atau cumi goreng tepung.

Kalau mau yang lebih berat bisa mencoba steak yang disajikan lengkap dengan kentang goreng.

Di Aceh terdapat 11 gerai yang tersebar mulai dari Kota Langsa yang berbatasan dengan provinsi Sumatera Utara hingga di Kota Banda Aceh yang menjadi ujung barat Pulau Sumatra.

Jika berkesempatan berkunjung ke ibukota provinsi, Banda Aceh silahkan mampir di gerai yang beralamat di kawasan Seutui dan kawasan Lamnyong.

Sementara di luar daerah, brand ayam penyet pak Ulis sudah membuka tiga gerainya di Kota Pekan Baru, Riau.

Tempat ini buka dari pukul 8.30 WIB hingga 22.30 WIB.

Pilihan favorit hampir semua kalangan mulai pekerja, mahasiswa, atau ibu rumah tangga.

Ya, soal rasa lidah memang tak bisa bohong.

Yuk buktikan sendiri?

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
Berita Populer
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas