Mengintip Koleksi Museum Lambung Mangkurat, Ada Fosil Paus hingga Mata Uang Kuno
Museum Lambung Mangkurat merupakan sebuah museum kebanggaan warga Kalimantan Selatan.
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan Wartawan Banjarmasin Post, Yayu Fathilal
TRIBUNNEWS.COM, BANJARBARU - Museum Lambung Mangkurat merupakan sebuah museum kebanggaan warga Kalimantan Selatan.
Museum ini menyimpan banyak koleksi benda bersejarah tentang masa-masa pra sejarah, kerajaan-kerajaan yang pernah ada di Kalimantan Selatan dan jejak penjajahan Belanda.
Museum ini berarsitektur rumah Banjar Bubungan Tinggi.
Bangunannya terdiri dari dua tingkat.
Di tingkat pertama dipenuhi koleksi benda berupa replika peninggalan kejayaan agama Hindu seperti sisa-sisa patung Nandi, replika Nandi, replika patung Dewa Syiwa sebagai Batara Guru, pecahan patung Batara Guru, patahan Lingga, alas patung dan replika Lingga Yoni.
Koleksi Museum Lambung Mangkurat Banjarbaru. (Banjarmasin Post/Yayu)
Semua benda ini berasal dari situs Candi Laras, sebuah candi peninggalan kerajaan Hindu yang pernah berkuasa di Kalimantan Selatan ratusan tahun lalu yang ditemukan di Kecamatan Candi Laras Selatan, Kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan.
Menurut sejarahnya, candi ini dibangun pada 1300 masehi oleh Jimutawahana yang merupakan keturunan Dapunta Hyang dari Kerajaan Sriwijaya yang berada di Sumatera Selatan.
Ada juga benda-benda peninggalan pra sejarah seperti peralatan sehari-hari.
Masuk lagi ke dalamnya, ada beragam senjata yang pernah digunakan oleh rakyat Banjar untuk melawan penjajah Belanda.
Di sisi lainnya, ada berbagai mata uang kuno yang pernah digunakan di Kalimantan Selatan hingga mata uang rupiah yang berlaku di masa pascakemerdekaan.
Mata uang kuno tersebut memiliki beragam ukuran.
Ada yang kecil mungil, ada juga yang besar-besar.
Semuanya berbentuk bulat.
Ada yang di tengahnya berlubang, ada juga yang tidak.
Uang-uang tersebut sudah tampak usang menandakan usianya sudah sangat tua.
Lalu ada juga berbagai benda peninggalan Kerajaan Banjar seperti replika kursi tahta Sultan Adam, seorang Raja Banjar yang terkenal dalam sejarah kerajaan Islam tersebut.
Di sampingnya, ada juga berbagai stempel resmi yang pernah digunakan Kerajaan Banjar.
Di bagian lainnya ada juga berbagai benda peninggalan kerajaan kecil milik suku Bugis yang pernah ada di Kabupaten Tanahbumbu, Kalimantan Selatan.
Di dekat pintu masuk sebelah kanan, ada sebuah sudut kecil yang menampilkan tentang Pangeran Antasari berupa patungnya setengah badan.
Di patung tersebut ada gambar wajahnya serta dua buah baju kebesarannya yang pernah dikenakannya saat dinobatkan sebagai pemimpin perjuangan rakyat Banjar melawan Belanda, yaitu baju Jas Tutup dan Teluk Belanga.
Di bagian luarnya ada replika Candi Borobudur dan Candi Prambanan.
Sebuah fosil paus juga tampak ada di sana.
Fosilnya berupa tulang belulang yang besar tampak kokoh sepanjang 33 meter dengan berat 300 ton.
Ikan mamalia tersebut ditemukan terdampar tewas di perairan Desa Tanjung Kunyit, Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan pada 1991 silam.
Di depan museum, tepatnya di halamannya, ada sebuah pondok kecil yang berisi berbagai perahu atau jukung tradisional Banjar yang kerap digunakan warga dan sekarang sudah punah.
Ada yang bernama jukung tambangan dan jukung sudur.
Masing-masing memiliki fungsi tersendiri.
Di lantai dua museum ini, berisi berbagai benda tentang kondisi alam Kalimantan Selatan yang memiliki banyak hutan dan hewan-hewan yang hidup di dalamnya.
Ada juga berbagai tipe rumah tradisional Banjar dan beragam benda yang menampilkan kebudayaan Banjar mulai dari alat-alat musik tradisional, busana adat, pelaminan, kamar pengantin, perkakas pandai emas dan peralatan memasak orang Banjar zaman dulu.
Di sebuah sudutnya, ada juga benda-benda tradisional suku Dayak yang hidup di provinsi ini.
Di bagian belakang ruangan di lantai dua ini, ada sebuah sudut khusus yang menyimpan replika kitab-kitab kuno tentang ilmu fikih Islam karangan ulama kharismatik Kalimantan Selatan di masa lalu, yaitu Syekh Muhammad Arsyad Albanjari.
Ada juga sebuah mushaf Alquran berukuran besar yang hanya berisi 10 juz.
Kertasnya tampak usang dan tua namun terawat dengan baik.
Menariknya, mushaf ini merupakan karya tulisan tangan asli dari sang ulama.
Di bagian lainnya, ada banyak foto lama tentang kondisi kehidupan warga Kalimantan Selatan tempo dulu.
Tampak warga pribumi sedang melakukan banyak aktivitas harian dan para penjajah Belanda yang tampak berada di sebuah bangunan.
Ruangan-ruangan di museum ini minim cahaya.
Lampu-lampunya kebanyakan hanya dipasang di dalam etalase untuk menerangi benda-benda yang dipamerkan.
Itu pun tak terlalu nyarak cahayanya.
Beberapa orang pengunjung tampak melihat-lihat berbagai benda tersebut.
Di antaranya adalah Heri, Miftah dan Jannah.
Tiga remaja SMA ini menghabiskan waktu berlibur mereka pada Minggu (13/3/2016) lalu untuk mengunjungi museum ini.
"Ingin mengetahui lebih banyak tentang kebudayaan Banjar," ucap Jannah.
Temannya, Miftah mengaku sudah pernah beberapa kali kemari.
Sementara Heri tampak sibuk memperhatikan benda-benda koleksi museum di depannya.
Pengunjung lainnya, Zainal Hakim, tampak melihat-lihat koleksi foto-foto tempo dulu tersebut.
Dia mengaku senang dengan berbagai hal yang serbatempo dulu.
"Tadi ke lantai bawah, ada koleksi uang kuno. Itu koleksinya yang paling saya sukai. Jadi tahu aja duit-duit zaman dulu seperti apa rupanya," komentarnya.
Tak sekadar bisa melihat-lihat koleksi museum ini, pengunjung juga dimanjakan dengan pemandangan asri dan taman-taman yang ditata rapi di halaman museum.
Tak jarang, ada saja pengunjung yang berfoto-foto di sana.
Halamannya dan bangunan museumnya tampak bersih.
Jarang terlihat ada sampah berserakan.
Di dekat pintu masuknya ada sebuah kios kecil tempat menjual berbagai cinderamata khas Kalsel dengan kisaran harga antara Rp 4.000 hingga Rp 110.000.
Museum ini dibuka tiap hari.
Jadwal kunjungannya tiap Senin hingga Kamis pukul 08.30-16.00 Wita, Jumat pukul 08.30-11.00 Wita, Sabtu pukul 08.30-15.00 Wita dan Minggu pukul 08.30-16.00 Wita.
Tiket masuknya untuk anak kecil perorangan Rp 1.500 per orang, berombongan Rp 1.000 per orang.
Bagi pengunjung dewasa dikenai tarif masuk Rp 2.000 untuk perorangan dan berombongan Rp 1.500 per orang.
Jika turis asing anak kecil dikenai Rp 2.000 per orang dan Rp 5.000 per orang untuk yang dewasa.
Akses menuju museum ini sangat mudah karena berada di tepi jalan raya, yaitu Jalan Jendral Ahmad Yani Km 36, Banjarbaru, Kalimantan Selatan.
Banyak angkutan umum melewati museum.
Jika naik angkutan kota dari Banjarbaru atau Martapura hanya bertarif Rp 5.000 per orang.
Jika dari Banjarmasin, naik angkutan dari Terminal Induk Km 6 jurusan Banjarbaru, turun di depan museum ini.
Tarifnya hanya Rp 15.000 per orang. (Yayu Fathilal)