Pesona Teluk Kiluan di Provinsi Lampung, Jika Beruntung Anda Akan "Dikawal" Kawanan Lumba-lumba
Aksi lumba-lumba telah menjadi sajian khas salah satu tujuan wisata andalan Provinsi Lampung, Teluk Kiluan.
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan Reporter Tribun Lampung, Heru Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM, TANGGAMUS - Aksi tarian lumba-lumba di perairan lepas pesisir Kabupaten Tanggamus telah menjadi sajian khas salah satu tujuan wisata andalan Provinsi Lampung, Teluk Kiluan.
Sayangnya, belakangan lumba-lumba Teluk Kiluan agak sulit dijumpai wisatawan.
Lumba-lumba di perairan lepas Teluk Kiluan. (Tribun Lampung)
Mereka seolah jual mahal dan selekif untuk menunjukkan diri.
Berdasarkan data yang dihimpun Tribun, dari lima kali perjalanan menjumpa lumba-lumba, sang primadona sedikitnya satu kali pernah melewatkan salam perkenalan pada wisatawan yang hadir.
Hingga kini tidak banyak diketahui apa yang menyebabkan mamalia laut yang sangat cerdas ini enggan muncul ke permukaan.
Padahal, merujuk kisah warga setempat, sebelumnya tidak pernah ada momen mengecewakan yang didapat pengunjung saa berkunjung ke Kiluan.
"Bisa dibilang, untuk saat ini kita mengandalkan keberuntungan. Lima kali jalan, bisa sekali ga ketemu. Kadang bentar aja nemu. Kalau apes, dicari pun engga nemu-nemu," ungkap Ali (43) emilik kapal yang biasa mengantar wisatawan dalam tur lumba-lumba.
Ali mengutarakan, jika sedang dalam kondisi apes tersebut, mau tidak mau dirinya atau pemilik perahu lain akan bekerja dua kali lebih keras dari biasanya.
Wisatawan menikmati liburan di Teluk Kiluan. Saat surut, pantai di Teluk Kiluan akan dipenuhi lumpur. (Tribun Lampung/Heru)
Pria yang memiliki darah pelaut dari sang ayah ini biasanya akan mencari lumba lebih jauh laut lepas.
"Kita tetap usaha dulu, cari lebih ke depan, sambil muter dan nebak mereka muncul dimana," ungkap Ali yang pernah tiga jam di lautan tanpa dapat melihat lumba-lumba.
"Tetap optimis, karena jumlah lumba disini kan cukup banyak," klaim pria ini.
Hal seperti diungkapkan diatas juga belum lama terjadi pada rombongan wisatawan asal Jakarta.
Pada Minggu (10/4) pagi, wisatawan yang hendak membuktikan aksi lincah lumbah-lumba liar yang muncul di permukaan Teluk Kiluan harus menanggung kecewa.
"Minggu kemarin, dari Jakarta, rombongan besar mereka engga bisa lihat lumba-lumba," ujar Faruq, pengelola Villa Dio di Teluk Kiluan. "Sudah keliling engga dapet, padahal cuaca cerah," terang dia.
Namun Anda tidak perlu khawatir.
Sebab untuk bertemu lumba-lumba memang butuh hoki yang besar, jadi berdoa saja nasib anda baik.
Seperti awak Tribun yang belum lama ini berhasil menjumpai kawanan lumba-lumba yang unjuk kebolehan sehari setelah rombongan Jakarta pulang.
Setelah mengapung di lautan selama satu jam lebih, sebenarnya perasaan kecewa dan pasrah sudah menyelimuti rombongan tur.
Bagaimana tidak, seharusnya pencarian lumba-lumba hanya butuh waktu 30 menit dari bibir pantai.
Tapi dewi fortuna masih berpihak kepada kami.
Tidak hanya tiga empat ekor.
Ada belasan lumba-lumba yang muncul dan berenang di sisi dan depan kapal.
Satu dua kali, lumba-lumba ini dengan piawai melompat dan memutar di udara melakukan aksi akrobatik laiknya seorang penampil profesional.
Inilah yang ditunggu dan dicari selama ini dari kekhasan Teluk Kiluan.
Kawanan ini dapat dikatakan kelompok besar.
Pasalnya dengan menumpang tiga kapal jukung, lumba-lumba muncul di masing-masing kapal.
Tur lumba-lumba sendiri merupakan sajian khas Teluk Kiluan.
Wisatawan dapat merasakan sensasi serunya berburu lumba-lumba dengan membayar biaya jasa perahu senilai Rp 350.000.
Namun biaya ini bisa lebih murah jika anda berhasil melakukan nego pada pemilik kapal, atau membawa rombongan banyak.
Jenis perahu yang digunakan dalam sesi tur sendiri merupakan perahu jukung dengan bentuk berujung lancip.
Hal ini disesuaikan dengan penggunaan kapal yang diharapkan mampu memecah ombak Teluk Kiluan.
Bagi penumpang, menggunakan jaket pelampung (life jacket) selama tur adalah satu kewajiban yang tidak boleh dilanggar.
Perjalanan dari homestay atau villa hingga menemukan lumba-lumba memakan waktu 1 jam hingga 1 jam 30 menit pergi pulang.
Jika dalam kondisi apes, waktu yang dibutuhkan diyakini akan jauh lebih lama demi mencari lumba-lumba.
"Baiknya, perburuan dimulai sejak pukul 06.00. Pagi adalah waktu terbaik untuk melihat mereka (lumba-lumba)," ungkap pengelola Restu Bumi Adventure Rian Ghani.
Meski banyak ditemui saat pagi hari, agen perjalanan wisata di Bandar Lampung itu juga menyarankan untuk mencoba tur lumba saat sore hari.
Tapi satu hal yang perlu dicermati, pastikan anda mengunjungi Teluk Kiluan saat cuaca dalam keadaan cerah.
Sebab jika dalam keadaan hujan atau badai, itu hanya kan membuat anda terlempar-lempar di lautan lepas di atas perahu ketinting (*)