Devanosa, Backpacker Hijab Cantik 'Kenalkan' Mumi Asli Indonesia, Simak Kisahnya
Dewi Patlia Novitasari seorang backpacker hijab beber pengalamannya pada Tribunnews.com. Kali ini ia cerita tentang mumi asli Indonesia.
Penulis: Robertus Rimawan
TRIBUNNEWS.COM - "Anu eh, siapa bilang Indonesia tidak punya Mumi ?"
"Camkan! Bila menginjakan kaki ke Lembah Baliem tanpa melihat Mumi yaa sama aja belum pernah datang ke Lembah Baliem. So, make it on your list! "
"Nanti pas mood, saya bakal share keseruan berburu Mumi ini. Tak umbah-umbah ndisik (cuci baju dulu) gaes."
Demikian penggalan kalimat dari akun Instagram Devanosa.
Sebuah akun yang berisi foto dan kisah perjalanan wisata backpacker hijab cantik saat berkunjung di sebuah aikon wisata di Jiwika, Kecamatan Kurulu, Lembah Baliem.
Foto dan kisahnya sangat menarik karena ia posting foto sebuah mumi dan ia menjelaskan bahwa itu mumi asli Indonesia.
Siapa kira mumi yang identik dengan zaman Firaun di Mesir ternyata ada juga di Indonesia.
Via email Tribunnews.com mengontak Dewi Patlia Novitasari pemilik akun Instagram Devanosa.
Ia kemudian beberkan keseruannya sambangi sebuah lokasi wisata di Papua.
Gadis yang suka dipanggil Dev ini mengaku ke Wamena memang sedang travelling.
Menurutnya foto dan kisah mumi yang ia ulas di instagram, memang sebuah desa adat namun kini sudah dijadikan tempat wisata oleh pemerintah daerah setempat.
Menurut Dev, di Wamena ada beberapa kampung adat yang memiliki mumi.
Namun, Mumi di Jiwika, distrik Kurulu-lah yang aksesnya lebih mudah dicapai.
"Sekitar satu jam dari pusat kota Wamena. Sosok mumi ini bukan orang sembarangan."
"Ia adalah panglima perang Suku Mabel yang bernama Wimontok Mabel," tulisnya menjawab email Tribunnews.com, Jumat (22/4/2016).
Melalui Instagram ia juga berkisah bagaimana ia sukses merayu sang penjaga mumi Yakobus.
Jasa untuk mendapatkan kisah sekaligus perawatan mumi memiliki tarif tinggi.
Angka Rp 300 ribu yang ditawarkan berhasil ditawar Dev dengan harga Rp 200 ribu.
INSTAGRAM/DEVANOSA - Dev mengisahkan perjalanannya di Wamena dan berkunjung ke lokasi wisata dengan daya tariknya mumi asal Indonesia.
Begini paparan kisahnya seperti dikutip dari Instagram Devanosa.
MUMI JIWIKA.
Matahari bertengger diatas kepala. Namun angin Kurima masih saja mampu menembus jaket yang kukenakan.
Aku berjalan sembari menggosok-gosokan kedua telapak tangan untuk menciptakan kehangatan.
Seorang lelaki telah menungguku disalah satu Honai. Aku berkenalan dan menyalami Bapak Yakobus. Bapak Yakobus adalah penjaga Mumi yang ada di kampung Jiwika kecamatan Kurulu.
"Begini anak, untuk melihat Mumi disini ada biaya yang harus di bayar". Bapak Yakobus memulai inti dari segala inti yang harus disepakati terlebih dahulu oleh pengunjung.
Tak dapat disangkal lagi, dari awal aku datang ke Wamena, aku tau uang bagaikan dewa dari segala dewa.
"Tiga ratus ribu. Setelah itu anak silahkan berfoto banyak" Bapak Yakobus membuka harga. Aku menggeleng tanda keberatan. .
"Saya kesini tidak hanya datang untuk berfoto Bapak. Saya kesini untuk belajar. Saya mencari ilmu. Kalau Bapak kasih saya harga segitu, jujur saya tidak ada uang".
Aku menghitung dalam pikiran pengeluaran sebulan terakhir.
Aku sadar sudah mencapai angka empat jutaan. Aku harus berhemat.
Perjalananku masih begitu panjang.
"Dua ratus lima puluh" Bapak Yakobus menurunkan harga.
"Begini Bapak, saya kesini datang sendiri. Bapak kasih harga mahal sekali untuk anak sekolah. Saya tidak ada uang".
Aku berdusta. Kebohongan andalanku-aku adalah anak sekolah.
Postur tubuh mungil berpadu dengan wajah semi oriental benar-benar sering membantuku berperan sebagai seorang pelajar.
Disisi lain, penyakit ngotot yang kuidap sejak lama juga semakin menjadi-jadi semenjak mendarat di Lembah Baliem.
Bapak Yakobus diam sejenak kemudian kembali membujukku dengan menurunkan harga menjadi dua ratus ribu.
Menurutnya itu tarif paling standar yang juga menjadi suaka untuk perawatan Mumi.
Setelah kupikir matang-matang, harga tersebut sepadan untuk mendapatkan berbagai informasi yang detil dan akurat.
Aku lebih suka bertemu narasumber langsung daripada harus berselancar dalam keraguan pada mesin pencari google.
Tanpa rasa masygul, aku mengiyakan dengan catatan bahwa Bapak Yakobus bersedia aku wawancara tentang sejarah Mumi yang dijaganya ini. (BERSAMBUNG)
#keluyurandinusantara #papua.
~~~~~
Menarik bukan?
Seorang diri backpacker dengan dana minim Dev berhasil mendapatkan sejuta pengalaman.
Ini baru sepenggal kisahnya masih ada kisah lain tentang Mumi Jiwika. Simak di tulisan selanjutnya. (*)