Wisata ke Ulun Danu Beratan, Lihat Pura yang Ada di Pecahan Uang Rp 50 Ribu
Pura Lingga Petak inilah yang sesungguhnya terpapar jelas dalam pecahan uang Rp 50 ribu
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan Wartawan Tribun Bali, Zaenal Nur Arifin
TRIBUNNEWS.COM, TABANAN - Begitu memasuki Pura Ulun Danu Beratan di Daerah Tujuan Wisata (DTW) Ulun Danu Beratan Bedugul, Candikuning, Barutiti, Tabanan, Bali, hawa sejuk dan suasana hijau rindangnya pepohonan langsung terasa.
Kesejukan itu karena pura ini berada sekitar 1.239 meter di atas permukaan laut (dpl) dan juga di tepi Danau Beratan.
Pura Lingga. (Tribun Bali/Zaenal Nur Arifin)
Sejarah Pura Ulun Danu Beratan tercantum dalam kisah Lontar Babad Mengwi, yang menyebutkan I Gusti Agung Putu sebagai pendiri pada Tahun Saka 1556 (1634 Masehi).
“Sejarah Pura Ulun Danu Beratan secara umum diempon 18 Desa Adat, kemudian dua pande marga dan pande baya. Baru dikenal pengemponnya sekitar 1939,” ujar Manager DTW Ulun Danu Beratan Bedugul, I Wayan Mustika, belum lama ini.
Pura Ulun Danu Beratan terdiri atas lima kompleks pura dan satu stupa.
Di antaranya Pura Penataran Agung, Pura Dalem Purwa, Pura Taman Beiji, Pura Lingga Petak, Pura Prajapati, dan Stupa Buddha.
Pura Lingga Petak inilah yang sesungguhnya terpapar jelas dalam pecahan uang Rp 50 ribu, terdiri dari tiga tingkat yang di dalamnya terdapat sebuah sumur keramat yang menyimpan Tirta Ulun Danu.
Dalam Pura ini juga terdapat lingga yang berwarna putih.
Pura Lingga. (Tribun Bali/Zaenal Arifin)
Diapit batu hitam dan merah. Pura ini diyakini sebagai sumber utama air dan kesuburan Danau Beratan.
Ada dua pelinggih dalam pura ini, yaitu Pelinggih Meru Tumpang Solas yang menghadap ke arah selatan dan Pelinggih Meru Tumpang Telu, memiliki empat pintu yang menghadap empat arah mata angin.
“Di sana (Pura Lingga Petak) secara Hindu ada batu merah, batu putih, dan batu hitam. Pada saat piodalan baru dicarikan di sana untuk ngambil air tirta. Tirta untuk tirta suci ngerumput. Kalau tidak ada hari besar tidak boleh masuk Pura Lingga Petak kecuali memang Jero Mangku yang sudah disucikan,” jelas Wayan Mustika.
Rata-rata kunjungan per hari sebanyak 1.500 sampai 1.600 wisatawan atau 465.000 per tahun.
Sebagian besar atau 60 persen di antaranya wisatawan lokal.
DTW Ulun Danu Beratan memelihara Kijang untuk pelestarian, karena merupakan hewan yang sulit dicari untuk kepentingan upacara.
Selain itu, DTW Ulun Danu Beratan juga bisa menjadi lokasi outbond dan gathering.
Bahkan, juga sering dipakai lokasi foto pre-wedding.
Tiket masuk ke DTW Ulun Danu Beratan untuk wisatawan lokal dewasa Rp 10 ribu dan Rp 7.500 untuk anak-anak.
Sedangkan wisatawan asing dewasa Rp 30 ribu dan Rp 15 ribu untuk anak-anak.
DTW Ulun Danu Beratan buka pukul 08.00-18.00 wita.
Namun kalau di sekitarnya berkabut, lokasi akan segera ditutup lebih cepat.
Gelar Festival Ulun Danu Beratan
Setiap dua tahun sekali, DTW Ulun Danu Beratan menggelar Festival Ulun Danu Beratan.
Untuk tahun ini pihak pengelola DTW bekerja sama dengan Kementerian Pariwisata dan Pemkab Tabanan akan menggelar festival pada Juni mendatang.
“Tahun ini akan diisi berbagai lomba yang melibatkan langsung warga sekitar Ulun Danu,” jelas Wayan Mustika.
Lomba itu di antaranya gebogan, lomba baleganjur, lomba penjor, lomba sampan dayung, lomba menggambar, dan lainnya.
Lomba itu untuk mengikutsertakan dan mengenalkan budaya kearifan lokal Bali kepada wisatawan yang berkunjung.
Sebelumnya festival ini diadakan sendiri pengelola DTW.
Namun untuk meningkatkan angka kunjungan wisatawan, pengelola menggandeng Kementerian Pariwisata dan Pemkab.
Festival yang rencananya dimulai 5 Juni ini akan dibuka Menteri Pariwisata Arief Yahya dan Gubernur Bali Made Mangku Pastika. (*)
Info :
Tiket Masuk
Dewasa Wisawatan Lokal Rp 10 ribu
Anak-Anak Wisatawan LokalRp 7.500
Dewasa Wisatawan Asing Rp 30 ribu
Anak-Anak Wisatawan Asing Rp 15 ribu
Parkir
Mobil roda empat Rp 5.000
Bus Rp 10 ribu
Sepeda motor Rp 2.000