Sekali Anda Berkunjung Ke Wisata Desa Adat Sentajo Ini, Rasa-rasanya Ingin Balik Lagi
Ini objek wisata Desa Adat Sentajo yang patut dikunjungi jika Anda berkunjung ke Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing).
Editor: Agung Budi Santoso
Laporan Wartawan Tribun Pekanbaru, Firmauli Simaloho
TRIBUNPEKANBARU.COM, KUANSING - Objek wisata Desa Adat Sentajo juga patut dikunjungi jika Anda berkunjung ke Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing).
Desa cagar budaya ini berada sekitar 4 kilometer dari Taluk Kuantan. Saat tiba di lokasi, rombongan disambut meriah.
Saat Tribun menyambangi desa ini bersama rombongan safari jurnalistik PWI Riau, warga berjejer rapi sambil menyalami rombongan satu per satu.
Kejadian singkat ini tergambar jelas bagaimana sopan santun adat masih terjaga.
Berjarak sekitar 50 meter dari gapura, rombongan diajak melihat sosoran.
Di sisi kanan sosoran terdapat garasi sampan pacu jalur milik Kenegerian Sentajo.
Sosoran adalah lapangan berbentuk persegi yang dipagari dengan kayu tempat para pesilat beraksi. Jenis silat di desa ini adalah Silat Pendekar Bertuah.
Uniknya, silat ini telah berumur 80 abad dan hanya boleh dimainkan oleh Suku Patoppang.
Konon, ilmu silat ini hanya bisa diwarisi oleh keturunan asli Pendekar Bertuah, yakni Suku Patoppang. Silat ini hanya diperagakan dalam memeriahkan Hari Raya Idul Fitri.
Rombongan berkesempatan menyaksikan silat ini yang diperagakan dua bapak. Sebelum memulai aksi nya, kedua petarung berdoa dan bersalaman.
Dengan kuda-kuda yang tangguh, kedua bapak-bapak ini saling serang menggunakan bermacam teknik.
Chaidir, tokoh adat setempat menjelaskan tahapan silat Pendekar Bertuah adalah Silat Bunga, Anak Lama, Anak Berempat dan Anak Tua.
"Biasanya tahapan tersebut dapat dilalui selama tiga tahun berlatih secara rutin," terangnya.
Setelah atraksi di sosoran berakhir, rombongan menuju Rumah Godang milik Suku Caniago.
Di pelataran Rumah Godang, terdengar bunyi-bunyian dari alat kesenian tradisional. Seperti talempong dan gendang.
Rumah Godang Caniago didirikan pada abad ke-18. Rumah digunakan ketika ada rapat adat.
Rumah Godang ini cukup besar, karena dapat menampung rombongan yang berjumlah lima puluh ditambah tokoh adat, pemerintah dan ibu-ibu beserta anaknya.
Jumlah yang berada di dalam rumah saat itu kurang lebih seratus orang.
Seusai kata sambutan, dimulailah acara Sombah Nasi, saling melontar kalimat antara dua pihak dan biasa dilakukan saat proses adat pernikahan dan prosesi doa lainnya.
Tujuannya memberikan hidangan kepada para tamu undangan.
Tanya jawab dalam bahasa daerah ini seperti berbalas pantun. Kali ini, simulasi sombah nasi dilaksanakan sekitar 25 menit.
Pamulis, tokoh pemuda setempat mengungkapkan proses ini biasanya berlangsung lama tergantung kepada kemauan tuan rumah dan pemimpin tamu undangan.
“Biasanya ini lama lho, bisa-bisa sampai nasi dan minuman menjadi dingin” jelasnya diiringi dengan senyuman para rombongan.
Sembari menyantap hidangan, lulusan Universitas Negeri Padang (UNP) ini menyampaikan sejarah singkat Kenegerian Setakjo yang berasal dari Kerajaan Kandis.
“Karena dulunya ada perpecahan yang disebabkan oleh banyak hal, maka tersebarlah keturunannya,”katanya.
Kenegerian Setakjo dikembangkan oleh tiga orang datuk, yakni Datuk Simambang, Datuk Bandaro dan Datuk Pobo.
Ada kesamaan antara sejarah, adat istiadat di kenegerian setakjo dengan yang ada di daerah Minangkabau, akan tetapi berbeda.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.