Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kolang Kaling untuk Takjil Itu Prosesnya Bisa Diintip Dari Atas Rumah Pohon Tahura Wan Abdul Rachman

Saat berkunjung ke kawasan Tahura Wan Abdul Rachman, Bandar Lampung memang mengasyikkan sebab ada banyak hal yang dapat dijumpai disini.

Editor: Anita K Wardhani
zoom-in Kolang Kaling untuk Takjil Itu Prosesnya Bisa Diintip Dari Atas Rumah Pohon Tahura Wan Abdul Rachman
TRIBUN LAMPUNG/ANA PUSPITA
Proses pengolahan kolang-kaling Tahura Wan Abdul Rachman Bandar Lampung 

Laporan Wartawan Tribun Lampung Ana Puspita

TRIBUNBEWS.COM, BANDAR LAMPUNG - Saat berkunjung ke kawasan Tahura Wan Abdul Rachman, Bandar Lampung memang mengasyikkan sebab ada banyak hal yang dapat dijumpai disini.

Bila anda sudah puas bercengkerama dengan rusa di penangkaran yang menjadi salah satu unggulan di Tahura Wan Abdul Rachman, anda bisa beralih sedikit ke sebuah rumah di depan area penangkaran.

Tepat di sisi samping rumah, ada beberapa orang ibu dan juga pemuda tengah sibuk beraktivitas di bawah rimbunan pohon yang dari sela-selanya ada asap putih yang mengepul.

Rupanya asap tersebut berasal dari sebuah tungku yang diatasnya diletakkan sebuah drum besar penuh dengan berkilo-kilo buah yang dipetik dari pohon aren.

Ya, rupanya mereka tengah mengolah buah dari pohon aren tersebut menjadi kolang-kaling yang bersih dan siap dinikmati dengan terlebih dahulu dicampur dengan es ataupun kolak dan lain-lain.

Kolang-kaling memang menjadi salah satu produk yang dihasilkan dari banyaknya pohon aren yang ditanam dan tumbuh subur di kawasan Tahura Wan Abdul Rachman.

Berita Rekomendasi

Ketua Gapoktani Desa Sumber Agung, Saban, menjelaskan bahwa di kawasan ini memang terdapat sumber kolang-kaling yang melimpah, yang diolah dengan baik oleh enam kelompok tani dan satu kelompok gabungan.

Dalam satu hari saja, satu kelompok tani bisa menghasilkan 100 kilogram kolang-kaling bersih yang siap diolah menjadi panganan segar seperti kolak , es dan lainnya.

Satu kilogram kolang-kaling tersebut lantas dijual dengan harga Rp 12 ribu ke beberapa pasar besar yang ada di Bandar Lampung.

"Kita jual biasanya ke pasar seperti Pasar Cimeng, Bambu Kuning. Ada juga pembeli yang langsung datang kesini," jelas Saban dengan semangat.

Pohon aren, lanjut Saban, biasanya mulai berbuah setelah berusia delapan tahun, lalu buah bisa dipetik setelah dua tahun terhitung sejak berupa manggar, pohon ini berbuah sepanjang tahun.

Setelah diambil dari pohon, buah kolang-kaling lantas dipisahkan dari tangkainya dengan menggunakan golok, setelah itu direbus menggunakan drum selama 3-4 jam lamanya.

Usai dimasak, kolang-kaling lantas didiamkan dan dikupas untuk mendapatkan daging buahnya, proses terakhir adalah memipihkan buah kolang-kaling dengan cara menjepit kolang-kaling menggunakan kayu yang sudah dibentuk dengan khusus.

Nah, kolang-kaling yang dipilih adalah kolang-kaling muda sehingga daging buahnya tidak keras, warnanya pun putih bersih sehingga menggoda selera saat diolah.

Selain melihat langsung proses pengolahan kolang-kaling, kita bisa bersantai sembari menikmati pemandangan wilayah Lampung lewat sebuah rumah pohon yang diberi nama Felicia Platform.

Sebelum menaiki rumah pohon ini, kita diharuskan untuk melapor dahulu kepada polisi hutan yang bertugas di area ini.

Bukan tanpa alasan, keharusan melapor ini tidak lain adalah demi keselamatan kita saat menikmati pemandangan yang disuguhkan dari ketinggian rumah pohon.

Tentu kita tidak menginginkan ada hal tak diharapkan terjadi saat kita tengah asyik menikmati dan juga mengabadikan keindahan alam di kawasan Tahura Wan Abdul Rachman ini.

Kawasan Tahura Wan Abdul Rachman ini sangat dekat dan mudah dijangkau karena letaknya yang tidak jauh dari pusat kota yaitu 10 kilometer dari Terminal Induk Rajabasa, Bandar Lampung. (ana)

Sumber: Tribun Lampung
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
Berita Populer
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas