Berjalan di Atas Batu Kayangan Api, Bojonegoro, Tak Sekadar Menguji Nyali
Sebuah destinasi wisata alam di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, menyuguhkan api abadi yang menyala di atas bebatuan.
Editor: Malvyandie Haryadi
TRIBUNNEWS.COM, BOJONEGORO - Sebuah destinasi wisata alam di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, menyuguhkan api abadi yang menyala di atas bebatuan.
Pengunjung bukan hanya sebatas menikmati keunikan alam, namun juga ditantang untuk berjalan di atasnya.
Tantangan ekstrem itu terdapat di obyek wisata Kayangan Api di Desa Sendangharjo, Kecamatan Ngasem.
Destinasi geologi dibalut sejarah budaya itu terletak di tengah hutan lindung yang banyak ditanam pohon Jati.
Di sana, pengunjung ditantang berjalan melintas tumpukan batu dengan nyala api abadi, berdiameter sekitar 10 meter.
Kecepatan langkah saat melintas harus stabil, karena jika tidak, alas kaki atau celana dipastikan terbakar.
Namun beberapa pengunjung ada yang sengaja berdiam beberapa detik tepat di tengah tumpukan batu untuk berpose atau berfoto berdiri di atas tumpukan batu api.
Gambar yang dihasilkan akan lebih bagus jika uji nyali tersebut dilakukan pada malam hari, karena warna api akan sangat nampak berwarna biru dan merah.
Sukarno Junianto, pengunjung asal Surabaya mengaku sangat terhibur dan tertantang dengan berjalan di atas tumpukan batu api tersebut.
Bulu rambut di lengan tangannya sampai habis terbakar karena ingin mendapatkan pose foto sempurna di tengah tumpukan api.
"Bulu di lengan saya sampai terbakar," katanya ketika berkunjung ke lokasi akhir pekan lalu.
Pengunjung biasanya dipandu seorang petugas yang mengatur letak batu setelah berserakan dilewati oleh pengunjung.
Petugas tersebut yang memperagakan uji nyali jika pengunjung masih ragu atau takut untuk menyeberang tumpukan batu.
Mbah Juli, juru kunci wisata Kayangan Api mengingatkan para pengunjung untuk tidak sekadar beradu nyali di tumpukan batu api tersebut, tetapi pengunjung bisa berniat agar segala keinginan baik di dunia tercapai.
"Seperti terkait urusan jodoh, rezeki, atau masalah hidup yang tidak kunjung usai bisa digiatkan saat melintas tumpukan batu api," katanya.
Dalam uji nyali itu juga ada mitos, pengunjung harus menyeberang dua kali, dengan kembali ke titik asal di mana dia mulai menyeberang.
Karena jika tidak, ada kepercayaan bahwa pengunjung tidak akan bisa pulang jika menyeberang hanya sekali, dan tidak kembali ke titik asal.
Wisata Kayangan Api memang sangat kental dengan nuansa budaya mistis. Di tumpukan batu api tersebut, menurut Juli, konon adalah tempat Mpu Supo, pembuat pusaka Kerajaan Majapahit membuat pusaka.
"Pusaka berbahan logam seperti pedang, keris tombak dan sebagainya dibentuk di atas tumpukan api abadi tersebut," jelasnya.
Tidak jauh dari lokasi tumpukan batu api yang diberi batas pagar beton memutar itu, ada sumber air berwarna keruh yang dipercaya sebagai tempat membasuh pusaka setelah diproses di Kayangan Api.
Air tersebut seperti mendidih bergerak dari dalam tanah aroma belerang sangat kuat di sekitar sumber air tersebut.
Sumber air yang dikenal dengan nama Sumur Blekutuk tersebut berada di dekat pohon dengan dua akar yang dipercaya sebagai pintu masuk asli kawasan pembuatan pusaka Kerajaan Majapahit.