Tiga Desa Adat Batak Bersatu Menopang Pariwisata
Sebanyak tiga desa adat di Batak di Bona Pasogit yang berada di kawasan Danau Toba mulai direvitalisasi, akhir pekan silam
Editor: Toni Bramantoro
TRIBUNNEWS.COM, TOBA - Spirit “Indonesia Incorporated” yang tak putus-putus dilontarkan Menpar Arief Yahya direspons Kementerian Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Sebanyak tiga desa adat di Batak di Bona Pasogit yang berada di kawasan Danau Toba mulai direvitalisasi, akhir pekan silam. Misinya, menjadikan desa adat sebagai penopang pariwisata di sekitar kawasan yang sedang dipersiapkan menjadi ’10 Bali Baru’ itu.
“Ada tiga desa adat yang mulai direvitalisasi akhir pekan lalu. Pertama Desa Adat Ragi Hotang di Meat, Kecamatan Tampahan, Kabupaten Tobasa. Berikutnya Desa Adat Hutagaol Sihujur di Kecamatan Silaen, Kabupaten Tobasa setelah itu Desa Adat Rumah Bolon Gunung Malela di Kabupaten Simalungun,” terang Ketua Pokja Percepatan 10 Destinasi Prioritas Kemenpar, Hiramsyah S Thaib, yang didampingi Utama Badan Otorita Danau Toba, Ari Prasetyo, Senin (13/2).
Peresmian revitalisasi tiga desa adat tadi dinilai sangat pas. Apalagi, saat ini ada 4000-an rumah adat di seluruh Tobasa yang punya desain arsitektur yang unik. Ciri khas berbentuk panggung dengan tiang pancang yang kokoh selama ini menjadi salah satu lokasi wisata yang sering dikunjungi wisatawan.
Desain ukiran dan ornamen khas warna merah, hitam, dan putih yang menampilkan pandangan kosmologis dan filosofis budaya Batak, juga banyak dikagumi wisatawan.
“Ini adalah kolaborasi yang pas. Kemendikbud dan pariwisata bersinergi merivitalisasi desa adat. Budaya itu sangat perlu dilestarikan. Makin dilesatarikan, makin mensejahterakan,” tambah Hiramsyah.
Kemenpar memang sudah melombakan desain arsitektur nusantara bekerjasama dengan Bekraf –Badan Ekonomi Kreatif--, yang sudah merumuskan model-model rumah adat yang khas. Bahkan, Menpar Arief Yahya meminta agar revitalisasi desa wisata dan homestay agar selalu mempertimbangkan dengan desain arsitektural nusantara tersebut.
Kebetulan, lokasi yang dipilih sudah sangat pas. Desa adatnya ada di sekitaran Danau Toba yang sudah mendunia. Inilah kawasan yang sedang dipersiapkan menjadi world class tourism destination. Danau Toba yang berada di Provinsi Sumut itu adalah danau terdalam di dunia, danau vulkanik terbesar di dunia, dan danau nomor dua terbesar setelah Victoria Lake di Afrika.
Keistimewaan lainnya, ada Pulau Samosir di tengah-tengah danau sepanjang 100 km x 30 km itu. Luas Samosir juga terbilang fanstastis. Areanya mencakup 64.000 hektar, tidak kalah dengan luasan Negara Singapura di Malaka.
“Daya tariknya memang sudah sangat kuat. Ditambah dengan pesona desa adat, Danau Toba akan makin kuat lagi,” ujarnya.
Dan bila disambungkan dengan rencana pembangunan 100.000 homestay Kementerian Pariwisata, programnya bisa sangat nyambung. Karena desain Arsitektur rumah adat di sana sudah sangat pas untuk diimplementasikan ke dalam desa wisata. “Ini bisa jadi bagian dari atraksi desa wisata. Nuansa budayanya ada dan hal ini belum tentu belum tentu bisa ditemukan di tempat lain,” katanya.
Dirjen Kebudayaan Kemendikbud, Hilmar Farid ada di barisan yang sama dengan Hiramsyah. Menurutnya, budaya dan pariwisata menjadi bagian yang tak terpisahkan. Dan saat ini, pembangunan Desa Adat merupakan program prioritas Nasional. “Tujuannya, agar masyarakat terus bisa melestarikan adat dan kebudayaan yang mereka miliki. Nanti saat banyak tamu, orang banyak belajar tentang sejarah, atau adat di sekitar kawasan Danau Toba. Itu yang kita harapkan,” kata Hilmar.
Dijelaskannya, fokus revitalisasi Desa Adat ini adalah pembangunan fisik rumah adat. Dan setelah direvitasasi, masyarakat diharapkan bisa mengembangkan Desa Adat sebagai objek wisata yang lebih layak. “Kegiatan-kegiatan adat juga bisa dilakukan di lokasi Desa Adat ini. Pariwisata hidup, budaya juga tetap lestari,” katanya.
Acara peresmian revitalisasi 3 desa adat tadi dihadiri banyak pejabat. Dari mulai Dirjen Kebudayaan Kemendikbud, Hilmar Farid, Direktur utama Badan Pelaksana Otorita Danau Toba Ari Prasetio, Sekretaris Ditjen Pariwisata Nono Adya, Bupati Tobasa Darwin Siagian, Wakil Bupati Tobasa Hulman Sitorus, Kapolres Tobasa AKBP Jidin Siagian, Wakil Ketua DPRD Tobasa Tonny M Simanjuntak, Kadis Pariwisata Tobasa Ultrisonlahir Simangunsong, Kepala Pos Basarnar Danau Toba Torang M Hutahaean, Lembaga Adat Tobasa hingga sejumlah masyarakat adat setempat, dan juga ikut hadir bersama para pimpinan SKPD Pemkab Tobasa.