Asyiknya Naik Vespa Menyusuri Kawasan Heritage Singapura
Berwisata di Singapura tidak melulu tentang bangunan-bangunan mewah pencakar langit, tentang teknologi canggih, belanja di mal supermewah.
Editor: Anita K Wardhani
Tak terasa, 30 menit sudah kami menyusuri Kampong Glam. Vespa pun kembali masuk ke halaman rumah makan Mamanda untuk melayani puluhan wisatawan lain yang sudah mengantre di sana.
“Seru, seru banget,” ujar Thata, wisatawan asal Indonesia yang sore itu juga keliling Kampong Glam menggunakan vespa.
Tur keliling Kampong Glam menggunakan vespa ternyata destinasi baru di Singapura. Menurut General Manajer One Kampong Glam, Jefri Sidik, penyewaan vespa untuk keliling tempat bersejarah ini baru sekitar dua bulan berjalan.
“Ini merupakan upaya kami untuk menawarkan destinasi baru, dan lebih meramaikan wisatawan di Kampong Glam,” ungkap Jefri.
Diceritakannya, keunggulan kawasan ini bukan hanya keindahan bangunan-bangunan lawas yang berjejer di berbagai titik. Namun, sejarahnya juga bagus untuk diketahui. Terutama terkait kawasan kesultanan yang berbagai peninggalannya masih terjaga hingga sekarang.
Selain Kampong Glam, hari itu Surya juga sempat mengunjungi kawasan Geylang Serai, kompleks pasar tradisional yang menjadi destinasi tersendiri di Singapura. Tentu, hiburan di kawasan ini tidak hingar-bingar seperti yang ada di pusat-pusat wisata modern lain di Negeri Singa.
Pasar yang terletak di Geylang Road Singapore itu merupakan pasar tradisional yang cukup terkenal di sana. Tentu, harga barangnya juga tidak semahal di pusat-pusat perbelanjaan modern. Demikian halnya pujasera di lantai dua pasar dengan arsitektur bangunan melayu tersebut, juga makanan dan jajanan kelas menengah.
Selain makanan khas melayu, juga ada beberapa menu Indonesia. Seperti Rendang, Teh Tarik dan beberapa menu lain. “Rasanya sama persis dengan teh tarik yang banyak dijual di Indonesia,” sebut Kristian, wisatawan asal Jakarta.
Tak jauh dari Geylang Serai, cukup menyeberang jalan utama kemudian menyusuri jalanan di sana, ada sejumlah toko makanan tradisional. Seperti toko kue Popiah dan beberapa toko penganan ringan lain yang diproduksi langsung di situ.
Cukup meminta izin si pemilik toko, wisatawan bisa melihat langsung semua proses pembuatannya. Bahkan, boleh juga mengikuti semua proses sejak dari awal pengolahan bahan baku sampai menjadi kue yang siap dimakan.(Surya/m.taufik)