TRIBUNNEWS. COM, JAKARTA - Khasanah kuliner ibukota diperkaya lagi dengan keberadaan Martabak Diktator.

Ini adalah "jenis" baru dari martabak yang menjadi pembeda dengan yang lain.

Selama ini Diktator berkonotasi buruk, tidak elok, jauh dari menyenangkan. Diktator dikesankan sebagai terlalu ingin menguasai, memaksakan, mendominasi.

Akan tetapi Diktator dalam hubungan dengan martabak ini tentunya bernuansa positif.

Rasa Diktator demikian menguasai lidah, membuat kita terus ingin menyantapnya, taste-nya begitu dominan.

Ini sesuai dengan clue atau tagline-nya, "Martabak Diktator, harga very friendly, enaknya....sampai ke ubun-ubun."

"Insya Allah, dijamin puas," ungkap Ophan Lamara, pemilik gerai Martabak Diktator.

Saat ini, Martabak Diktator sementara masih berada di satu gerai, di jalan Letjen Soeprapto 65-B, Cempaka Putih, Jakarta Pusat.

Buka sejak pukul 17.00 WIB hingga menjelang tengah malam setiap harinya, Diktator sudah cukup dikenal pencinta kuliner ibukota dan khususnya penikmat fanatik martabak.

Ini karena luasnya pergaulan dari Ophan Lamara, alumni Marketing Communication di Magister In Communication Of London, yang juga aktif di sepakbola dan pernah menjadi pengurus PSSI.

Ophan Lamara juga memanfaatkan secara maksimal media sosial, terutama fesbuk. Tak heran jika Diktator yang belum berusia sebulan sudah tenar.

Ophan yang juga memiliki biro perjalanan wisata Travelasia itu, mempopulerkan Diktator melalui Maman (martabak manis), Molor (mortabok telor), dan tiren (tipis renyah).

Baik Maman, Molor dan Tiren dijamin memuaskan.

"Untuk rasa, mulai dari klasik atau original, hingga kekinian," kata Ophan, yang sering tampil di berbagai stasiun televisi ini sebagai presenter pertandingan sepakbola.