Muhlis, Sang Penyelamat Benda-benda Bekas Perang Dunia II di Morotai
Pulau Morotai yang ada di Provinsi Maluku Utara merupakan pulau paling utara dan berbatasan dengan Negara Filipina. Pulau Morotai adalah salah satu wi
TRIBUNNEWS.COM - Pulau Morotai yang ada di Provinsi Maluku Utara merupakan pulau paling utara dan berbatasan dengan Negara Filipina. Pulau Morotai adalah salah satu wilayah hasil pemekaran dari Kabupaten Halmahera Utara, yang secara administrative dinamai Kabupaten Pulau Morotai.
Namun, tak banyak tahu apa yang pernah terjadi di pulau yang memiliki begitu banyak pesona alamnya, terutama pemandangan pantainya.
Padahal, Pulau Morotai adalah saksi sejarah Perang Dunia ke II (PD II) saat Amerika Serikat (Sekutu) menyerang Jepang di Morotai, dan Markas Strategi Indonesia dalam merebut kembali Irian Barat saat Operasi Tri Komando Rakyat (Tri Kora).
Pulau yang menyimpan segudang cerita PD II hingga Operasi Trikora ini juga disebut sebagai Mutiara di Bibir Pasifik. Itu karena hingga saat ini banyak bekas peninggalan PD II yang masih tersebar dan berada di pulau ini.
Bebeberapa benda bekas PD II ini bahkan sudah dikumpulkan oleh Kelompok Pemerhati PD II Morotai, bahkan beberapa sudah di museumkan.
Ditemukannya benda-benda peninggalan PD II menjadi bukti jika Pulau Morotai adalah salah satu lokasi di Indonesia yang sarat akan sejarah.
Berkembangnya cerita tentang PD II di Morotai saat ini terus menguat di kalangan masyarakat dan wisatawan.
Semua ini berkat peran Muhlis Eso (36), salah satu dari tujuh orang yang masuk dalam Kelompok Pemerhati PD II Morotai. Ia dan rekan-rekannya mengumpulkan benda-benda tersebut untuk di lestarikan.
Ayah dari enam anak ini sudah berburu benda-benda bekas PD II sejak masih kecil. Benda-benda yang telah ia temukan bersama rekan-rekannya lantas tidak digunakan sebagai koleksi pribadi. Benda-benda tersebut dikumpulkan dan dimuseumkan demi kepentingan sejarah.
"Dari kecil saya memang sudah mencari benda-benda bekas PD II di berbagai lokasi di Morotai. Dulu ayah dan kakek saya juga sama," kata Muhlis kepada Tribun di Morotai saat melakukan petualangan keindahan Maluku Utara bersama Tim Ekspedisi Terios 7-Wonders Wonderful Moluccas hari ke lima, Rabu (19/7/2017).
Beberapa benda-benda bekas peninggalan PD II yang berhasil ia dan rekan-rekannya temukan cukup banyak. Mulai dari senjata laras panjang SMB 12,7, Dog Tag (lempengan besi yang diberi nama sebagai tanda pengenal dan menjadi gantungan kalung), granat, amunisi, helm, bayonet, botol bekas minuman, koin mata uang asing, sepeda dan masih banyak lagi.
"Sudah cukup banyak sekali yang saya temukan. Itu murni saya mencari untuk mengingatkan jika Morotai ini adalah pulau yang memiliki banyak cerita sejarah," kata Muhlis.
Sebelum adanya Museum Perang Dunia II di Juanga, Kecamatan Morotai Selatan, Kabupaten Pulau Morotai, suami dari Mahrani Yunus (36) yang saat ini tinggal di Desa Jobela, Kecamatan Morotai Selatan, menyimpan benda-benda peninggalan PD II di sebuah rumah kecil ukuran sekitar 4x4 meter, di Desa Daruba, Kecamatan Morotai Selatan.
Rumah yang lebih mirip gudang tempat penyimpanan barang tersebut dibangun hanya dengan menggunakan dinding bambu dan beratapkan seng. Rumah tersebut dibangun secara swadaya bersama kelompoknya. Kemudian Muhlis cs menamai rumah tersebut dengan Museum Mini.
"Ya dulu kan belum dibangun museum, maka disimpan di rumah atau museum mini yang saya buat secara swadaya oleh teman-teman," kata Muhlis.
Hingga Museum PD II terbangun, sejumlah benda juga masih disimpan di Museum Mini tersebut.
Pasalnya, setelah dibangun, Museum PD II tidak terawat dengan baik. Saat Tribun bersama Tim Terios 7-Wonders Wonderful Moluccas berkunjung, tim bahkan melihat sendiri kondisi fisik museum yang sangat kotor pada halaman depannya.
Saat masuk museum pun atapnya sudah pada bocor. Bau ruangannya juga menyengat karena lembab. Padahal, banyak foto-foto dan display benda-benda peninggalan PD II di Morotai.
"Museumnya sudah tidak terawat. Saya sudah berkali-kali mengajukan perbaikan kepada Pemkab Pulau Morotai. Tapi tidak pernah di respon. Dulu aja sempat kemalingan. Dog Tag hilang dicuri orang. Maka dari itu yang beberapa benda masih kami simpan di Museum Kecil," kata Muhlis.