Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Rujak Belut Tengah Hutan Lamongan, Sensasi yang Bikin Ketagihan

Masakan belut bersambal mungkin sudah biasa, tapi kalau sambel rujak belut dari tentu asing bagi sebagian besar pecinta rujak atau makan.

Editor: Sugiyarto
zoom-in Rujak Belut Tengah Hutan Lamongan, Sensasi yang Bikin Ketagihan
SURYAOnline/hanif mansyuri
Rujak nelut pinggir hutan Lamongan bikin ketagihan. 

TRIBUNNEWS.COM, LAMONGAN - Masakan belut bersambal mungkin sudah biasa, tapi kalau sambel rujak belut dari tentu asing bagi sebagian besar pecinta rujak atau makan.

Sambel rujak belut, bagian sebagian warga Lamongan juga terdengar asing. Padahal lauk pauk ini sudah puluhan tahun ada. Letaknya di tengah hutan masuk wilayah Kecamatan Bluluk Lamongan Jawa Timur.

Isi sembel rujak belut ini beraneka dicampur belut yang digoreng kering.

Dalam cobek yang terbuat dari tanah liat, gorengan belut yang dipotong kecil-kecir dicampur dengan terong dan diulek bersama bumbu khas ndeso.

Apalagi sambel rujak belit ini semakin nikmat disantap bareng nasi jagung. Yang mau pilih nasi putih juga ada.

Bahkan sesekali waktu musim legen, juga disuguhkan minuman legen selain es teh, jeruk panas dan es jeruk.

Menu makanan dari wilayah barat pojok Lamongan itu terkenal dengan sebutan, Rujak belut, itu nama kuliner belut bersambal masakan Ibu Sulastri di Desa Bronjong, Kecamatan Bluluk.

Berita Rekomendasi

Warung Sulastri yang berada di sekitar hutan desa setempat inipun selalu ramai dengan pecinta rujak belut.

"Alhamdulillah ramai  apalagi kalau akhir pekan," kata Sulastri yang mengaku sudah 20 tahun membuka warung rujak belut ini.

Lalu apa yang membedakan rujak belut masakan Sulastri dengan sambal belut lainnya, Sulastri mengaku, sambal belutnya lain karena belut goreng yang ia sajikan langsung ia ulek dalam cobek bersamaan ketika menumbuk bumbu.

"Yang membedakan juga, saya menambahkan irisan terong yang juga saya ulek bersama dengan belut dan bumbunya," ujar Sulastri.

Terong yang dipakai, juga bukan terong yang lonjong tetapi terong berbentuk bulat kecil tak lebih besar dari bola tenis meja yang bentuknya rata - rata bentuk seperti tomat.

Terong ini ia dapatkan di sekitar desanya dengan rasa yang manis dan renyah seperti mentimun. Untuk belut, Sulastri menyebut ia mendapat kiriman dari Tuban. Dan luar biasa, dalam sehari rata - rata habis 10 kilogram belut.

"Sehari saya bisa habis 8 sampai 10 kilo belut," ungkapnya.

Proses memasak rujak belut inipun, tak membutuhkan waktu lama. Pertama, menurut belut yang sudah dibersihkan dipotong kecil-kecil untuk kemudian diaduk bersama bumbu. Setelah campur dengan bumbu, kata Sulastri, belut tersebut kemudian digoreng hingga kering dan berasa renyah.

"Bumbu untuk sebelum digoreng adalah kunyit, bawang, dan kemiri," ungkap Sulastri.

Setelah digoreng kemudian disiapkan bumbu sebagai bahan sambelnya. Bumbu sambal ini diantaranya adalah cabe, tomat dan juga garam yang diakan diuleg dicobek besar bersama dengan belut gorengnya.

Setelah sambal jadi, terong mentah yang sudah dibersihkan diiris kecil-kecil dan dimasukkan dalam cobek bersama dengan belut goreng yang masih panas tadi, untuk kemudian diulek bersama sebelum disajikan.

Mahal? wow sangat terjangkau, untuk satu porso rujak belut ia mematok harga Rp 20 ribu.

Warung Sulastri, pelanggannya tidak hanya masyarakat sekitar tapi juga luar kota. Lokasi warung Sulastri yang berjarak lebih kurang 36 km dari kota Lamongan ini ternyata juga menjadi ampiran pejabat untuk sekedar melepas penat dengan makan rujak.

"Banyak juga dari luar kota seperti Krian Sidoarjo dan juga Jombang dan Nganjuk. Lamongan juga banyak," katanya.

Salah seorang pelanggan dari Jombang, Fahmi, mengaku kerap mampir ke warung Sulastri. Alasan Fahmi, bumbu rujak belut Sulastri lain dari yang lain, rasanya empuk dan gurih.

"Ini makanan beda banget," kata Fahmi.

Sementara, pelanggan lainnya, Adi Suwito, asal Kota Lamongan menyebutkan, kalau sedang rehat dan tidak ada acara selalu ingin ke warung rujak belut ini.

"Rujak belut Bu Sulastri ini makanan yang rasanya beda. Rasa itu tidak bisa dibohongi," kaga Adi.

Sumber: Surya
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas