Jalan-Jalan ke Solo? Jangan Lewatkan Acara-Acara Adat Menarik Ini
Surakarta atau yang biasa disebut dengan Solo memang menawarkan pesona yang tak pernah habis untuk dijelajahi.
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
TRIBUNNEWS.COM - Memiliki slogan pariwisata “Spirit of Java”, Surakarta atau yang biasa disebut dengan Solo memang menawarkan pesona yang tak pernah habis untuk dijelajahi.
Tak hanya terkenal akan kulinernya yang lezat, daerah yang mendapat julukan sebagai Kota Budaya ini ternyata memiliki banyak acara adat tradisional yang masih terus dilestarikan sampai sekarang.
Berikut beberapa acara adat khas Surakarta yang tak boleh dilewatkan ketika berkunjung ke sana.
1. Sekaten
Sekaten merupakan perayaan adat yang rutin digelar setiap tahun untuk memperingati maulid Nabi Muhammad SAW.
Acara ini biasanya dibuka dengan Grebeg Maulud, lalu dilanjutkan dengan pesta rakyat (pasar malam) yang diadakan selama 2 minggu berturut-turut di alun-alun utara Surakarta.
Pada acara ini, digelar acara adat seperti:
- Tabuh gamelan pusaka Kyai Guntur Madu dan Kyai Guntur Sari
- Jamasan (pencucian) Meriam Pusaka Kyai Setomi
- Pengembalian gamelan pusaka ke keraton
- Sedekah bumi
Baca: Siska Icun Sulastri Janjikan Rp 2 Juta Sebelum Dibunuh, Temui Pelaku di Kolam Renang
2. Tari Bedhaya Ketawang
Dari semua tari tradisional yang dikenal masyarakat Solo, tari Bedhaya Ketawang adalah salah satu yang dianggap sakral. Tarian ini hanya diperagakan sekali dalam setahun dengan tujuan penghormatan kepada raja-raja penerus dinasti Mataram.
Dulunya, Bedhaya Ketawang diperagakan oleh 7 orang penari yang semuanya perempuan. Namun karena dianggap sangat sakral, jumlah penari pun bertambah menjadi 9 orang. Konon setiap pementasan Ratu Kidul ikut menari, lho.
3. Kirab Pusaka 1 Sura
Dalam kebudayaan Jawa, tahun baru Islam lebih dikenal dengan 1 Sura. Di Surakarta, perayaan menyambut tahun baru Masehi ini dilakukan dengan menggelar Kirab Pusaka.
Acara ini diselenggarakan dengan “mengarak” pusaka-pusaka suci milik keraton dengan rute Keraton – Alun-alun Utara – Gladak – Jl. Mayor Kusmanto – Jl. Kapten Mulyadi – Jl. Veteran – Jl. Yos Sudarso – Jl. Slamet Riyadi – Gladak, lalu kembali ke Keraton lagi.
Di barisan paling depan ada sekelompok kerbau bule yang diberi nama Kyai Slamet. Lalu diikuti oleh rombongan abdi dalem keraton yang membawa pusaka dengan mengenakan pakaian tradisional Jawi Jangkep.
Pagelaran Grebeg Sudiro dihelat ntuk memperingati tahun baru Imlek. Dibandingkan ritual tradisional lainnya, festival ini memang terbilang masih baru, karena baru dimulai tahun 2007 lalu.
Grebeg Sudiro biasanya dipusatkan di Pasar Gedhe dan Balong (di Kelurahan Sudiroprajan) dan Balai Kota Solo. Jika kebetulan Anda datang ke Solo pada musim liburan Imlek, jangan lewatkan acara ini, ya!
5. Sadranan
Dalam kultur masyarakat Jawa (khususnya Solo) dikenal tradisi sadranan, yakni ritual adat yang dimaksudkan untuk mengirim doa kepada para leluhur di setiap bulan Ruwah—menjelang Ramadan. Upacara tradisional ini dilaksanakan dengan menggelar doa bersama.
Dalam acara ini, masyarakat berbondong-bondong membawa makanan untuk disantap bersama. Selain tujuan silaturahmi, tradisi ini juga dihelat sebagai bentuk rasa syukur dan doa agar senantiasa diberi kelancaran dan keberkahan dalam hidup.
Menarik sekali ya upacara adat masyarakat Surakarta.
Jika Anda berencana untuk turut serta menyaksikan salah satu dari lima tradisi tersebut, jangan lupa cari hotel di Solo untuk menginap. Sebagai referensi, Anda bisa menginap di hotel-hotel Airy Rooms.
Selain menawarkan penginapan yang murah, jaringan hotel terbesar di Indonesia ini juga dilengkapi dengan 7 fasilitas utama, seperti AC, TV layar datar, perlengkapan mandi, tempat tidur bersih, shower air hangat, air minum gratis, dan WiFi gratis. Pembayarannya pun mudah, bisa dengan transfer atau kartu kredit.
Selamat liburan di Solo!