Dampak Corona, Industri Hotel di Solo Terpuruk, Pengusaha Dorong Pemerintah Susun Kebijakan Baru
Tingkat okupansi khususnya Hotel turun drastis sampai saat ini hingga mencapai 80 persen.
Editor: Putradi Pamungkas
Berbagai upaya dilakukan pelaku industry perhotelan agar tetap survive.
Efesinsi cost dilakukan di berbagai sektor, antara lain penghematan listrik, lalu menutup lantai yang tidak terjual, serta menimalkan penggunaan air conditioner (AC).
“Sampai mengistirahatkan karyawan mulai dari daily worker, casual maupun training sudah off.
Karyawan kontrak dan managemen kami unpaid leave.
Kami tidak merumahkan dan akan dipanggil kembali sampai situasi kembali normal seperti semula,” bebernya.
Oji berhadap dukungan pemerintah secara penuh bagi keberlangsungan Industri perhotelan.
"Kami berharap kebijakan pengurangan Pajak Perhotelan, tidak dipungutnya PPH 21%, keringanan biaya beban Listrik PLN, penangguhan pinjaman kredit bagi pengusaha dan karyawan, memberikan paket insentif pendanaan selama kondisi perekonomian belum stabil adanya wabah virus ini.
Tentunya kami pelaku Industri Perhotelan mendukung penuh upaya yang lakukan pemerintah dalam menanggulangi wabah virus corona ( COVID 19” ujar Oji.
Sementara, Sales MICE Novotel Hotel Solo, Andita Artadi mengungkapkan, sejumlah even dijadwalkan ulang demi mengantisipasi penularan atau berkembangnya virus corona.
“Khusus untuk even atau MICE, kami me-reschedule. Ini arahnya positif,” ujar Andit saat dihubungi Tribunnews, Sabtu (14/3/2020).
Andit menyebut, dampak kerugian yang dialami mencapai 90%.
“Bisa jadi 90% akan kehilangan bisnis khusunya di Maret ini untuk perhotelan, karena even-even yang terplot di Maret hingga April akan terdampak,” ujarnya.
Kamar Hotel Sepi, OYO PHK 5.000 Karyawannya
Sebelumnya, jaringan hotel budget, OYO Hotels, melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) pada sekitar 5.000 karyawannya di sejumlah negara.