Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

VIDEO Jelajahi TCEC Wisata Edukasi yang Membawa Lebih Dekat dengan Penyu: Tidak Dipungut Biaya

buka dari Senin hingga Sabtu, pukul 09.00 WITA hingga 16.00 WITA.  Menariknya, pengunjung tidak dikenakan biaya masuk alias gratis. 

Editor: Srihandriatmo Malau

TRIBUNNEWS.COM, DENPASAR – Tempat ini menjadi destinasi yang ideal untuk wisatawan yang ingin memahami lebih dalam tentang kehidupan dan pelestarian penyu.

Di sini, pengunjung bisa melihat langsung proses perkembangbiakan penyu, serta mendapatkan kesempatan untuk berinteraksi dengan penyu-penyu yang lucu dan menggemaskan. 

Pusat Pendidikan dan Konservasi Penyu atau Turtle Conservation and Education Center (TCEC) merupakan destinasi wisata edukasi yang menarik dan sangat penting dalam upaya pelestarian penyu

TCEC berada di Jalan Tukad Punggawa, Serangan, Denpasar, Bali.

TCEC hadir sebagai solusi bagi perlindungan salah satu satwa air yang dilindungi di Indonesia, yaitu penyu

Tempat ini menjadi destinasi yang ideal untuk wisatawan yang ingin memahami lebih dalam tentang kehidupan dan pelestarian penyu.

TCEC adalah tempat yang sempurna untuk belajar tentang siklus hidup penyu, mulai dari telur hingga dewasa. 

BERITA TERKAIT

Di sini, pengunjung bisa melihat langsung proses perkembangbiakan penyu, serta mendapatkan kesempatan untuk berinteraksi dengan penyu-penyu yang lucu dan menggemaskan. 

Pengalaman ini tentunya tidak hanya memberikan pengetahuan, tetapi juga kesadaran akan pentingnya menjaga kelestarian penyu.

Tempat ini dibuka dari Senin hingga Sabtu, pukul 09.00 WITA hingga 16.00 WITA. 

Menariknya, pengunjung tidak dikenakan biaya masuk alias gratis. 

Didirikan 2006

TCEC didirikan pada tahun 2006 di Pulau Serangan.

Tujuan awal TCEC didirikan untuk mengurangi praktik perdagangan penyu ilegal di Bali yang pada saat itu marak terjadi. 

Bali memiliki tradisi adat yang sering kali menggunakan penyu dalam upacara keagamaan seperti Pedudusan Agung, Ngenteg Linggih, Eka Dasa Rudra, dan Panca Bali Krama. 

Sayangnya, prosesi upacara adat yang suci ini malah dijadikan kedok untuk perdagangan penyu ilegal, yang juga diperparah dengan kebiasaan masyarakat yang gemar mengonsumsi daging penyu dan menggunakan cangkangnya sebagai suvenir atau hiasan pada waktu itu.

Harga penyu yang bisa mencapai puluhan juta rupiah masih menjadi godaan bagi para pelaku ilegal, bahkan hingga kini. 

Di sinilah TCEC memainkan peran penting, memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai pentingnya penyu bagi ekosistem laut dan upaya mencegah kepunahannya.

“Awal berdirinya Pusat Pendidikan dan Konservasi Penyu ini adalah untuk mengurangi perdagangan penyu ilegal di Bali dan kita juga berjuang untuk memulihkan nama Bali yang awalnya disebut pembantai penyu."

 "Sekarang perlahan sudah membuat citra positif lewat perawatan dan pelestarian penyu itu sendiri, ujar I Made Sukanta, pengelola TCEC. ”

“Jadi kita di sini bertugas selain merawat dan melestarikan penyu, kita juga memberikan edukasi tentang penyu itu sendiri; kenapa itu dilindungi, kenapa perdagangan penyu itu ilegal. Kita berikan edukasi di sini baik pengunjung dalam negeri maupun luar negeri,” tambah Pak Sukanta.

Tak Sebatas Merawat Penyu

Tugas mulia yang diemban oleh Pak Sukanta dan tim TCEC tidak hanya sebatas merawat penyu yang terluka atau dalam kondisi tidak sehat.

Tetapi juga membantu penyu-penyu tersebut hingga siap dilepas kembali ke habitat aslinya. 

Penyu-penyu yang ditampung di TCEC kebanyakan berasal dari hasil tangkapan tangan dan penyitaan oleh Polda Bali, kecelakaan akibat aktivitas nelayan, serta laporan dari masyarakat dan komunitas.

Selain penyu, TCEC juga menerima dan merawat telur-telur penyu yang ditemukan di lapangan atau hasil laporan masyarakat. 

Telur-telur ini ditampung hingga menetas, kemudian anak-anak penyu dilepas kembali ke laut dalam waktu 1-2 hari. 

“Kita banyak menemukan telur-telur penyu yang dalam kondisi tidak terkubur sempurna, takutnya nanti entah dimakan anjing atau burung, atau bisa dipungut manusia."

"Selain itu, ada juga yang datang dari laporan masyarakat, jadi kita tampung di sini semua sampai menetas sekitar 1-2 hari, kita balikan ke alam lagi,” jelas Pak Sukanta.

Namun, tantangan tidak berhenti pada perdagangan ilegal saja. 

Sampah plastik yang dibuang sembarangan juga menjadi ancaman besar bagi penyu

Banyak penyu yang salah mengira sampah plastik sebagai rumput laut, yang kemudian memicu gangguan kesehatan serius dan berkontribusi pada kepunahan penyu.

Oleh karena itu, TCEC tidak hanya fokus pada konservasi, tetapi juga mengedukasi pengunjung tentang dampak buruk sampah plastik terhadap penyu dan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan. 

Kunjungan ke TCEC adalah sebuah pengalaman berharga yang mengajarkan tentang pentingnya perlindungan terhadap penyu dan ekosistem laut.

Sekaligus memberikan wawasan mendalam tentang upaya pelestarian yang dilakukan di Bali

Destinasi ini tidak hanya menambah pengetahuan, tetapi juga menyentuh hati, membuat kita lebih peduli terhadap alam dan semua penghuninya.(*)

 

Artikel ini telah tayang di Tribun-Bali.com dengan judul Jelajahi TCEC: Wisata Edukasi yang Membawa Anda Lebih Dekat dengan Penyu 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas