Biaya Tol Gunung Fuji Jepang 2025 Naik Dua Kali Lipat, Ini Alasan Dibaliknya
Mulai musim panas tahun depan, biaya tol untuk jalur pendakian paling populer di Gunung Fuji akan meningkat dua kali lipat.
Penulis: Ambar Purwaningrum
TRIBUNNEWS.COM - Mulai musim panas tahun depan, biaya tol untuk jalur pendakian paling populer di Gunung Fuji akan meningkat dua kali lipat, dari ¥2.000 menjadi ¥4.000, sebagai upaya untuk mengurangi keramaian pengunjung.
Pemerintah Prefektur Yamanashi juga berencana untuk menutup gerbang masuk di stasiun pendakian ke-5 dua jam lebih awal, yaitu pada pukul 14.00, untuk mencegah fenomena "pendaki kilat" yang mendaki di malam hari.
Baca juga: Nihon Sankei: Mengungkap Tiga Tempat Terindah di Jepang yang Wajib Dikunjungi
Baca juga: Makin Banyak Lansia Jepang Hidup Sendiri, Picu Kekhawatiran akan "Lonely Death"
Rencana ini sejajar dengan rencana Prefektur Shizuoka yang akan mengenakan biaya pendakian sebesar ¥4.000 dan membatasi akses dari pukul 14.00 hingga 03.00 untuk tiga jalur pendakian menuju puncak Gunung Fuji.
Gubernur kedua prefektur ini bekerja sama untuk mengurangi overtourism selama musim pendakian musim panas.
Baca juga: Bersiap! Biaya Pendakian Gunung Fuji, Jepang Bakal Naik Dua Kali Lipat
Baca juga: Panduan Lengkap Wisata ke Tashirojima, Pulau dengan Kucing Lebih Banyak dari Manusia di Jepang
Gunung Fuji adalah Situs Warisan Dunia UNESCO dan menarik ribuan pendaki setiap tahun selama musim pendakian puncaknya dari Juli hingga awal September.
Pemerintah Prefektur Yamanashi mengumumkan bahwa kenaikan biaya ini akan menutupi biaya yang diperlukan untuk staf dan langkah-langkah keselamatan.
Masalah Overtourism di Gunung Fuji
Beberapa langkah pencegahan untuk mengatasi keramaian pengunjung telah diterapkan oleh Pemerintah Prefektur Yamanashi pada bulan Juli, ketika sebuah gerbang dipasang di stasiun kelima sepanjang Jalur Yoshida yang populer.
Perubahan lain termasuk pembatasan jumlah pendaki per hari menjadi 4.000 orang, penutupan jalur pendakian antara pukul 16.00 hingga 03.00, dan penambahan biaya tol ¥2.000 per orang.
Meskipun pembatasan semacam ini tidak jarang diterapkan di destinasi wisata populer, sistem baru ini membingungkan beberapa pengunjung rutin Gunung Fuji.
Seorang pria lokal berusia 60-an tahun mengatakan kepada NHK bahwa dia terkejut harus membayar ¥2.000 hanya untuk berjalan santai di sekitar area tersebut.
Namun, beberapa orang lainnya berpendapat bahwa aturan yang lebih ketat tersebut bisa dimengerti dan diperlukan untuk menjaga kelestarian Situs Warisan Dunia ini.
Beberapa pengguna internet juga mengungkapkan kemarahan mereka atas pengumuman kenaikan biaya tahun depan.
Satu pengguna X asal Jepang berkomentar, “Untuk apa aset publik yang tidak bisa digunakan oleh warga Jepang kecuali mereka membayar? [...] Segera, kamu tidak akan bisa menggunakan toilet, taman, atau perpustakaan tanpa membayar.”
Pengguna lainnya menyarankan, “Orang asing harus membayar tiga kali lipat dari warga Jepang.”
Masalah Pendakian 'Bullet Climbing' yang Semakin Membesar
“Bullet climbing” merujuk pada pendaki yang berusaha mencapai puncak Gunung Fuji semalam suntuk.
Pendaki ini sering tidur dalam kegelapan total di sepanjang jalur pendakian.
Yasuhiko Ota, seorang pemandu lama di Gunung Fuji, memberi tahu NHK tentang bahaya dari pendakian ini.
Selain risiko kesehatan akibat tidur dalam suhu yang sangat dingin meskipun di musim panas, Ota juga mencatat bahwa api unggun yang dinyalakan oleh pendaki untuk tetap hangat sering kali menyebabkan kebakaran.
Pendaki yang tertidur juga rentan mengalami cedera serius akibat batu yang jatuh saat pendaki lain mendaki gunung.
Dengan meningkatnya jumlah pengunjung, fenomena "bullet climbing" dan pelanggaran etika lainnya semakin mengganggu pendaki dan staf.
Dengan diperkenalkannya biaya masuk yang lebih tinggi dan jam operasional yang lebih singkat, Pemerintah Prefektur Yamanashi berharap dapat mengurangi frekuensi kecelakaan dan gangguan seperti ini.
Ambar/Tribunnews