Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Duh Gusti! Pengungsi Merapi Terus Bertambah
Pascaerupsi Kamis malam (4/11/2010) penduduk di lereng Merapi di dalam radius 20 KM dari puncak harus mengungsi.
Editor: Widiyabuana Slay
TRIBUNNEWS.COM - Pascaerupsi Kamis malam (4/11/2010) penduduk di lereng Merapi di dalam radius 20 KM dari puncak harus mengungsi. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) hingga Selasa pagi(09/11/2010) mencatat jumlah pengungsi yg tersebar di sekitar Merapi mencapai jumlah 320.090 orang.
Sejumlah 30.130 orang dianntaranya (sekitar sepuluh persen) memadati lokasi pengungsian yang dikelola oleh warga Muhammadiyah. Dibanding hari-hari sebelumnya, jumlah pengungsi terus bertambah
Berdasarkan data yang dirilis Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) jumlah pengungsi pada lokasi pengungsian yang dikelola warga Muhammadiyah kecenderungannya bertambah. Kenaikan terbesar ada di Kabupaten Sleman Yogyakarta dan Klaten di Jawa Tengah.
Sekretaris MMDC Arif Nur Kholis mengungkapkan bahwa selama ini KPosko Muhammadiyah hanya mensupprot barak barak pengungsian yang dikelola oleh pemerintah desa. Pengungsi juga sudah memasuki pengungsian yang dikelola warga Muhammadiyah di Kab. Bantul, salah satunya 750 pengungsi yang terkonsentrasi di kampus Univ. Muhammadiyah Yogyakarta.
Bahkan ada yang sudah memasuki wilayah Gunung Kidul yang jaraknya relatif jauh dari asal pengungsi. Sementara itu, lokasi pengungsian di Kab. Magelang Jum'at dini hari sudah mundur ke selatan Kota Muntilan, Ngluwar dan di sekitar Borobudur.
" Sekarang ini konsentrasi pengungsi di Kabupaten Klaten terkumpul di lokasi pengungsian Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Basin Kebonarum dan sekitarnya yang menembus angka 2000 orang. " ujar ASrif.
Ditambahkan, posko pengungsian yang dikelola warga secara swadaya ini dilengkapi dapur umum. Kekhawatirannya, persediaan beras dan lauk pauk yang terbatas bila pengungsi terus bertambah dan waktu pengungsian berlangsung lama. Termasuk juga terbatasnya tempat tinggal yang saat ini sudah menggunakan rumah warga di sekitar sekolah tersebut.
Sementara itu, menurut koordinator tim Psikososial MDMC, Sriyono, yang perlu diperhatikan juga adalah aktifitas belajar mengajar di madrasah itu yang terganggu.
Selain itu, di Klaten 1420 orang pengungsi juga terkonsentrasi di lokasi pengungsian yang dikelola oleh Pimpinan Cabang Muhammadiyah Jatinom, Klaten. Banyak pengungsi yang datang dari arah Boyolali, dan mengungsi ke Jatinom. Senin malam, (08/11/2010) datang 700 pengungsi ke Kecamatan Tulung, sebuah kecamatan di timur Jatinom. Mendadak warga Muhammadiyah di lokasi itu mendirikan posko dan mengelola pengungsian untuk menolong mereka. Bantuan beras, lauk pauk, dan air minum kemasan sangat dibutuhkan di lokasi-lokasi ini.
Tim Kesehatan khusus Bencana (Disaster Medical Commite) yang dibawah koordinasi MDMC merespon perkembangan ini dengan menambah kekuatan dan mendesain pelayanan baik pelayanan yang mendampingi lokasi pengungsian, juga mendesain layanan klinik mobile.
Tim RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta menyisir lokasi pengungsian swadaya warga Muhammadiyah di barat dan selatan DIY. Tim RS PKU Muhammadiyah Bantul menyisir di area tengah Yogyakarta. Tim RS PKU Muhammadiyah Gombong membuka layanan klinik tetap di Stadion Maguwoharjo-Sleman. Tim dar RS PKU Muhammadiyah Lamongan dan RS ‘Aisyiyah Malang menyisir area pengungsian di Prambanan dan Jogonalan – Klaten.
Sedangkan Tim Pendampingan Psikososial MDMC yang terdiri dari 40 orang relawan eks Tsunami Aceh, Gempa Bumi Yogyakarta, Gempa Bumi Tasikmalaya dan Gempa Bumi Sumatera Barat dengan didukung angkatan Muda Muhammadiyah lokal, mahasiswa psikologi Perguruan Tinggi Muhammadiyah, beserta para mubaligh dari Majelis Tabligh telah memulai pendampingan di lokasi pengungsian.