Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Menggugat Alibi SBY
Penunjukan saya sebagai Ketua Umum itu bagaikan mendapatkan kertas kosong yang samasekali belum tertulis satu hurufpun
Editor: Rachmat Hidayat
Oleh Sri Mulyono,pengurus Perhimpunan Pergerakan Indonesia
TRIBUNNEWS.COM - Penunjukan saya sebagai Ketua Umum itu bagaikan mendapatkan kertas kosong yang samasekali belum tertulis satu hurufpun, kecuali misi untuk membangun kendaraan politik guna mengusung Bapak SBY menjadi presiden.
Dengan lain perkataan kerapatan “pendiri” itupun harus mempersiapkan perangkat keras maupun perangkat lunak sebagai persyaratan pendirian suatu partai baru. (Subur Budisantoso)
Pada Pemilu 2004 Partai Demokrat belum punya apa apa. Demokrat Nol besar, tapi Prof. Subur Budhisantoso dan kawan kawan mengerti darimana harus memulai?
Setahap demi setahap infrastruktur partai disempurnakan, administrasi disempurnakan, manajemen partai dikelola dengan baik akhirnya semua lengkap dan KPU meluluskan Demokrat sebagai peserta Pemilu 2004.
Pemilu 2004, Demokrat berjalan dengan segala kekurangan dan keterbatasanya. Namun Semangat menyala nyala dari para awabiqunal awalun mengalahkan segala bentuk hambatan dan rintangan. Perjuangan dan kegigihan mereka disempurnakan dengan juru kampanye Nasional SBY yang sedang naik daun. Demokrat akhirnya memperolah angka signifikan, 7,5 persen. SBY menjadi Calon Presiden.
Saat itu tidak ada keluh kesah atau curhat. Black Kampanye, serangan musuh dari manapun dan apapun adalah bumbu penyedap yang makin menambah sempurnanya rasa.
Sebagai contoh ketika bu Any SBY diisukan beragama Kristen, maka beliau menjawab dengan melaksanakan umroh. Saat itu SBY memang kelihatan sangat mampu menjawab segala keadaan. SBY yang terbaik.
Saya yang terlibat langsung sebagai pelaku sejarah merasakan bahwa saat itu memang “keikhlasan” menjadi motivator yang dominan. Para pendukung rela mengorbankan harta benda, waktu, pikiran, tenaga dan apapun yang bisa mereka lakukan untuk SBY untuk Indonesia.
Ada harapan besar kepada diri SBY yang digadang mampu membawa Indonesia ke era reformasi yang diidamkan oleh rakyat (reformis). Itulah sekilas isi kaca spion Demokrat pada Pemilu 2004.
Beralih ke Pemilu Legislatif 9 April 2014. Demokrat terjun bebas kehilangan 55 persen suara. Tragedy ini melecut ketua umum SBY untuk kembali bangkit pada pemilu 2019. Lecutan SBY ditujukan kepada para Pimpinan dan kader demokrat dengan cara SMS.
Sayangnya SBY hanya mengulang kembali lecutanya sebagaimana diungkapkan dalam HUT 12 PD dan Temu Kader, 26 Oktober 2013 di sentul, yang oleh berbagai pihak dianggap sebagai Curhat.
SMS SBY kepada seluruh kader Demokrat ada 8 poin, ditayangkan jaringnews.com, Jumat, 11 April 2014 Tulisan ini hanya akan membahas poin ke 3 yang berbunyi : ditinjau dari tergerusnya secara tajam elektabilitas PD akibat gempuran sejumlah kalangan dan media massa, akibat kasus korupsi beberapa kader, perolehan kita itu tidaklah jelek.
Apalagi kita belulm punya capres unggulan, sebagaimana halnya pemilu 2004 dan 2009 dulu. Kita juga tidak punya dana melimpah, termasuk televisi yang ternyata sangat menentukan perolehan partai dalam sebuah pemilu.
1. Gempuran sejumlah kalangan. Pidato SBY dalam acara Temu kader dan HUT PD ke 12 di SICC Bogor "Saya sebagai kepala negara juga sering difitnah, diserang, dan digebuki,Sayang sekali yang menyerang dan gebukin, sebagian kecil dulu pernah bersama-sama kita," (26/10/2013)."
Takdir politik adalah saling serang antar lawan politik. Dalam kompetisi politik saling gempur antar lawan politik adalah sesuatu yang biasa. Black kampanye, Negative kampanye dan apapun namanya sah dan halal dalam politik. PDIP digempur isu Korupsi, PKS digempur issue korupsi dan phustun, Golkar juga digempur dengan isu korupsi dan perpecahan internal. semua digempur, saling gempur. Itu biasa. Kenyataanya suara mereka naik atau setidaknya tetap utuh.
2. Gempuran Media Massa. Kembali SBY menuduh media massa sebagai penyebab merosotnya suara demokrat. hal ini pernah dikatakan SBY pada acara temu kader sekaligus perayaan hari ulang tahun ke-12 di Sentul Sabtu, 26 Oktober 2013. "S "Ada televisi yang sepanjang 2,5 tahun ini terus menelanjangi Partai Demokrat, menjadikan Partai Demokrat jadi olok-olok, cemoohan, dan bulan-bulanan.
Indonesia mempunyai UU pers, ada kode etik Jurnalistik dan Pemerintah mempunyai lembaga kontrol, KPI dan Dewan Pers. Bila memang betul ada serangan atau fitnah terhadap SBY atau Demokrat, maka SBY dan kader Demokrat mempunyai hak jawab.
Mengajukan keberatan kepada KPI atau Dewan Pers. Bahkan media massa bisa dituntut dilaporkan ke polisi bila diperlukan. Seperti yang dilakukan Tomy Winata, Marimutu Sinivasan dan Bursah Syarnubi terhadap Majalah Tempo. Namun hal itu tidak dilakukan oleh SBY dan Demokrat. Hanya curhat dan curhat.
3. Kasus korupsi para kader. Ya memang ada beberapa kader Demokrat yang korupsi. Tapi sesuai dengan statement SBY “ bukan hanya kader Demokrat yang korupsi”. Terbukti bahwa semua partai korupsi. Bahkan menurut KPK Watch kader partai yang paling banyak korupsi adalah PDIP disusul Golkar kemudian Demokrat. Namun ternyata korupsi tidak berpengaruh signifikan terhadap elektabilitas partai. PDIP melejit, Golkar naik , PKS kokoh dan partai lainya aman aman saja.
4. Belum punya capres unggulan. SBY telah memilih 11 Capres konvensi PD. Apakah ini berarti SBY salah pilih dan menyesali pilihanya?
Sebenarnya ada capres unggulan kader PD yaitu Anas Urbaningrum. Pengalaman organisasi, Kepemimpinan, keluasan jaringan, Pengalaman Politik, karakter, intelektualitas , dedikasi dan kredibilitas Anas Urbaningrum sebenarnya sangat bisa diandalkan. Sayangya Anas ditumbangkan melalui tangan KPK.
Petinggi PD, Melanie Suharlie dan prof. Ahmad Mubarok pernah berkata “ seandainya Anas masih ketua umum Demokrat, maka dialah Capres Demokrat dan tidak perlu ada konvensi Capres PD”.
5. Tidak punya dana melimpah. Hal ini sudah pernah dikatakan oleh SBY Pada acara di Sentul 26 Oktober 2013. "Kami memang tidak punya logistik, kekuatan finansial, yang melimpah ruah,". Kami memang tidak punya kemampuan yang melimpah ruah untuk membiayai kampanye ini,"
Masalah pendanaan partai, Ketua umum Pertama PD, Prof. Subur Budhisantoso bertutur: “Walaupun deklarasi berhasil dengan gemilang dan dihadiri tidak kurang dari dari 10.000 orang, namun kemelut tentang beaya penyelenggaraanpun tidak terhindarkan. Para sponsor yang semula siap membeayai penyelenggaraan membatalkan janji mereka karena ketidak hadiran Bapak Susilo Bambang Yudhoyono.
…beberapa anggota DPP disandera oleh pengusaha angkutan dan sewa hotelpun tidak terbayar. Bahkan banyak anggota yang hadir dari daerah terpaksa memperpanjang kehadiran mereka di Jakarta karena kehabisan uang untuk membeli tiket pulang angkutan darat, laut maupun udara. (dikutip dari makalah Sejarah Berdirinya Partai Demokrat oleh prof.Subur Budhisantoso)
Dengan segala kekuranganya termasuk dana, para asabigunal awalun terus berjuang. Akhirnya partai yang baru lahir itu mampu menghantarkan SBY menjadi Presiden RI yang dipilih secara langsung untuk pertama kalinya pada pemilu presiden 2004.
Sebaliknya selama sepuluh tahun SBY menjadi Presiden dan Demokrat telah menjadi Partai raksasa. Alasan yang sangat aneh dan tidak masuk akal kalau partai berkuasa tidak mempunyai dana. Indikasi sederhana, para anggota DPR dan DPRD hidup mewah, kaya raya dan semua itu dalam kendali ketua umum, SBY.
6. Tidak punya televisi. Masih dalam acara HUT PD di sentul , 26 Oktober 2013. SBY mengatakan, partainya memang tidak memiliki televisi atau berbagai media massa dalam bentuk lain. Demokrat, juga tidak punya uang triliunan rupiah untuk menguasai berbagai iklan partai. "Memang, kami tidak punya kemampuan,"
Alasan absurd dan cendrung mengada ada. Faktanya Gerindera, PKB, PDIP, PAN, PPP, semua tidak mempunyai televisi. tapi semua mampu menaikan suaranya dengan signifikan atau minimal bertahan. Sebaliknya Golkar dan Hanura yang mempunya televisi hanya naik sedikit sekali. Realitasnya, mempunyai televise bukan jaminan untuk menang.
Kegagalan dan keberhasilan sebuah organisasi adalah tanggungjawab pemimpinya. Sebagai Ketua umum, tentunya SBY harus mampu mengatasinya apalagi masalah sudah diketahui jauh jauh hari sebelum pelaksanaan Pemilu.
Kenyataanya SBY tidak mampu memberikan jalan keluar atas berbagai masalah yang sudah diketahuinya alih alih menjadikanya sebagai alibi menutupi ketidakmampuanya. Memang selalu ada pilihan. Menciptakan alibi atau bersikap ksatria.