Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Tegaknya Khilafah Satu-satunya Jalan Selamatkan Anak-anak dan Muslimah Gaza
Dunia internasional lemah dalam menghadapi Israel dan mandul dalam melahirkan solusi atas pembunuhan bahkan genocide terhadap anak-anak Palestina.
Editor: Dewi Agustina
Iffah Ainur Rochmah
Juru Bicara Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Jalur Gaza kembali memanas enam hari terakhir setelah serangan udara Israel diikuti serangan darat secara bertubi-tubi. Keganasan pasukan Zionis ini telah menempatkan anak-anak dan perempuan sebagai korban dan memberikan imbas yang mendalam.
Dari ratusan orang yang terluka dan sekitar 160 orang korban jiwa, lebih dari separuhnya adalah kaum perempuan dan anak-anak. Tragedi ini bukan terjadi sekali dua kali, tapi terus berulang sejak adanya entitas Yahudi Israel di tanah Palestina tahun 1948.
Sebagai respon atas kondisi tersebut dan memberikan kontribusi pemikiran bagi upaya melindungi perempuan dan anak-anak Palestina dari ancaman genocide, Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia menyatakan:
1. Dunia internasional lemah dalam menghadapi Israel dan mandul dalam melahirkan solusi atas pembunuhan bahkan genocide terhadap anak-anak Palestina khususnya Gaza.
Bila kembali ke norma internasional yang saat ini berlaku, tindakan Israel ini jelas melanggar kesepakatan Jenewa nomor 53 dan 147 soal larangan keras membunuh warga sipil dan anak-anak dalam perang. Semestinya Israel mendapat sanksi tegas, digiring ke Mahkamah Internasional dan diadili sebagai penjahat perang! Tapi apa artinya kesepakatan Jenewa itu bila menyangkut Israel? PBB hanya mengecam dan menyerukan gencatan senjata tanpa menggerakkan pasukan.
Suara 15 anggota Dewan Keamanan PBB terbelah. Sikap negara-negara Arab pun tak kalah memprihatinkan. Sebuah media internasional menyebut bahwa bangsa Arab telah meninggalkan Hamas sendirian di medan perang. Mesir sebagai tetangga dan saudara terdekat Palestina malah berkhianat, merampas roket yang dipasok untuk HAMAS karena dianggap sebagai pemicu kemarahan Israel. Karenanya Israel semakin pongah. Terlebih karena secara terbuka Amerika Serikat, Inggris dan Kanada membenarkan serangan tersebut.
2. Dunia sedang menggalang dukungan untuk Gaza, Pray for Gaza. Menggencarkan doa bagi perdamaian kedua belah pihak. Mengumpulkan dana dan logistik, juga obat-obatan dan tenaga medis. Namun semua itu tak cukup untuk melindungi dan menyelamatkan anak-anak dan kaum perempuan Palestina.
Berbagai pihak hanya menggalang bantuan untuk menolong korban (warga sipil Gaza, Palestina), tapi tidak menangkap dan menghentikan aksi pelaku kejahatan (Israel). Bantuan dana, logistik, obat dan tenaga medis memang dibutuhkan, tapi tidak akan membebaskan anak-anak dan kaum perempuan Palestina dari ancaman terenggut kehormatan dan nyawa juga kehilangan suami dan orang tua akibat kebiadaban berulang Israel.
Juga, benar doa adalah silaahul muslim senjatanya setiap muslim untuk menghadapi bahaya di hadapannya. Namun selain perintah berdoa, syariat Islam juga mengajarkan melakukan ikhtiar fisik untuk menghadapi bahaya fisik. Israel adalah entitas yang memiliki kekuatan militer besar dengan kebijakan utama menghapus Palestina dari peta dunia. Caranya dengan mencaplok wilayah dan melenyapkan penduduk Palestina. Israel berdalih membalas serangan roket Hamas untuk kali ini. Sebenarnya, mereka selalu mengobarkan nafsu untuk menghabisi siapa pun penduduk Palestina, dengan atau pun tanpa alasan.
Syariat Islam menuntun kita untuk menghadapi serangan Israel dengan kekuatan fisik pula. Yakni dengan seruan jihad fi sabilillah. Bila rakyat Palestina tidak mampu maka harus dikirim bantuan pasukan dan persenjataan dari berbagai negeri muslim, utamanya dari dunia Arab yang wilayahnya terdekat.
3. Seruan gencatan senjata dan peta jalan damai adalah opini menyesatkan yang makin memperburuk kondisi Palestina dan makin banyak korban perempuan dan anak-anak.
Jalan damai bukanlah solusi. Solusi dua negara adalah solusi menyesatkan. Tidak pernah ada kebebasan, kemerdekaan dan kedamaian bagi rakyat Palestina selama Israel belum diusir dari tanah Palestina! Karena Yahudi Israel telah menduduki lebih dari tiga perempat tanah Palestina yang telah dicaploknya. Setiap saat Yahudi siap membombardir pemukiman dan masjid dengan bom cluster, senjata kimia, melecehkan dan memperkosa kaum perempuan juga melarang penduduk salat di masjid suci al Aqsha. Terbukti hal itu malah memberi kesempatan lebih besar bagi Israel untuk mencaplok dan membantai lebih banyak lagi Palestina dan penduduknya.
Seruan perdamaian juga mengkhianati pengorbanan saudara-saudara kita di Palestina yang memahami betul bahwa solusi masalahnya adalah menghilangkan entitas Yahudi dari wilayah Palestina.
4. Klaim anah suci umat Yahudi atas Palestina hanyalah kedok untuk menutupi alasan akidah dan kepentingan politik negara Barat.
Setiap muslim semestinya mengerti sejarah panjang Palestina yang dibebaskan kaum muslim sebagai tanah kharajiyah milik seluruh umat. Alasan yang lebih mendasar dari agresi Israel adalah soal akidah. Yahudi Israel memerangi Palestina karena kedengkian yang lahir dari akidah Yahudinya. Jadi ini bukan soal penentuan batas wilayah semata, tapi soal pembelaan terhadap Islam dan kehormatan muslim.
Problem lain yang mengokohkan kedudukan Israel adalah kepentingan penjajah Barat-Inggris dan AS untuk mengontrol kawasan. Israel sengaja dibiarkan agar menjadi kanker di tubuh umat Islam, agar selalu muncul ketidakstabilan dan konflik, agar dana dan energi umat terkuras. Dengannya Barat leluasa mengintervensi kawasan timur tengah dan merampok kekayaan minyaknya.
5. Nasionalisme menghalangi solidaritas sesama muslim untuk menolong dan membantu penyelesaian Palestina.
Banyak muslim Indonesia menganggap kasus Gaza seolah sebuah peristiwa bencana yang menimpa sesama muslim di tempat yang jauh. Ketika media santer memberitakan maka berbondong memberi bantuan, setelah beberapa waktu hilanglah perhatian dan dukungan untuk Palestina. Bahkan sebuah media internasional menyebut saat ini dunia Arab meninggalkan Hamas sendirian di medan perang. Nasionalisme juga menghalangi kita memberikan hak saudara kita muslimah di sana. Muslimah Indonesia tidak merasakan apa yang dirasakan kaum ibu di Palestina. Muslimah Indonesia juga tidak menganggap anak-anak Gaza sebagai anak kita dan seterusnya. Muslimah Indonesia tidak bisa berbuat apa-apa ketika genoside terjadi pada mereka. Tidak ada lagi ukhuwah Islamiyah.
6. Sangat disayangkan bahwa tragedi Gaza ini juga menjadi bahan kampanye pencitraan dari para Capres di Indonesia.
7. Khilafah adalah satu-satunya solusi komprehensif untuk menghentikan kebiadaban Israel dan mewujudkan perlindungan generasi dan kehormatan kaum perempuan Khilafah akan mewujudkan perisai pelindung hakiki bagi umat Islam di manapun termasuk di Palestina. Hadits rasul SAW "Sesungguhnya imam (khalifah) ibarat perisai dimana umat berperang di belakangnya dan berlindung dengannya."
Palestina dan seluruh umat membutuhkan hadirnya kembali khalifah sebagaimana khalifah Mu’tashim yang telah mengirim sepasukan besar tentara muslim demi menjaga kehormatan satu orang muslimah. Jeritan kaum ibu Palestina tidak akan disia-siakan oleh khalifah. Jihad akan segera dikobarkan untuk mengusir entitas Yahudi dari tanah Palestina dan tidak ada lagi pelecehan apalagi pembantaian terhadap anak-anak umat. Tumpahnya darah seorang muslim adalah bencana besar melebihi hancurnya bumi dan seisinya.
Khalifah dengan negara khilafah juga akan menghapus sekat-sekat negara bangsa, menghilangkan nasionalisme hingga kekuatan 1,6 miliar kaum muslim bisa menyatu, saling menolong atas dasar ukhuwah islamiyah. Jadi solusi tuntas menolong anak-anak dan muslimah adalah dengan kembalinya Khilafah. Karenanya mari bersegera berjuang menegakkan kembali tegaknya khilafah Islamiyah.